Rabu 28 Sep 2016 14:00 WIB

Pembelotan Warnai Pilkada DKI

Red:

JAKARTA - Daftar pihak-pihak yang membelot dari kebijakan dukungan parpol dalam Pilkada DKI 2017 bertambah. Pihak partai politik mulai menggadang-gadang sanksi untuk para pembelot tersebut.

Salah satu yang menyatakan akan membawa gerbong kader adalah politikus Golkar Sirajuddin Abdul Wahab. Ia mengatakan, dalam waktu dekat bakal ada kejutan dari anak muda Partai Golkar untuk mendukung pasangan bakal calon Agus Harimurti-Sylviana Murni.

"Saya dulu wakil sekjen, tapi sejauh ini masih kader. Saya meyakini kemungkinan besar dalam waktu dekat ada kejutan dari anak muda Golkar, karena dukungan Golkar tidak up to date," kata Sirajuddin, di Jakarta, Selasa (27/9). Sejauh ini, Partai Golkar secara resmi menyatakan dukungan bagi pasangan pejawat Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Sedangkan, Agus-Sylviana diusung PKB, PPP, PAN, dan Partai Demokrat.

Sirajuddin pernah menjabat wakil sekretaris jenderal bidang pemuda Partai Golkar hasil munas Bali. Ia menyatakan tidak khawatir mendapatkan sanksi karena mendukung Agus-Sylviana.

Di pihak lain, Sekjen Golkar Idrus Marham menegaskan, partainya akan menerapkan sanksi disiplin bagi kader yang membelot dari keputusan partai mendukung pasangan Basuki-Djarot dalam Pilkada DKI Jakarta. "Kalau ada satu-dua kader mendukung pasangan lain, kita jalankan penegakan disiplin. Kalau tidak, akan seenaknya," ujar Idrus, di Jakarta, kemarin.

Menurut Idrus, kader dan partai merupakan hubungan yang tidak terpisahkan. Semua kader harus menjalankan visi-misi Partai Golkar.

Sedangkan, dari Demokrat, ada Ruhut Sitompul dan Hayono Isman yang mendukung pasangan Basuki-Djarot alih-alih Agus-Sylviana. Ruhut mengungkapkan, sewaktu komunikasi awal dalam penetapan cagub DKI, ia menyampaikan kepada Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dirinya setuju jika kader Demokrat yang diusung adalah Edhi Baskoro Yudhono (Ibas) atau Pramono Edhi.

''Saya bilang ke Pak SBY, sayang kalau Agus dimajukan sekarang,'' ungkap mantan koordinator juru bicara Demokrat tersebut. Dengan alasan itu, ia tetap memantapkan dukungan untuk Ahok, sapaan akrab Basuki Tjahaja Purnama.

Politikus Demokrat Sartono menilai, Ruhut sebaiknya mundur dari partai bila kukuh dengan pilihannya. "Akan lebih hormat dan kesatria mengundurkan diri jika dia merasa tidak cocok dengan partai," kata anggota Komisi VI DPR tersebut, di Kompleks Parlemen Senayan, kemarin. Selain Sartono, Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan juga meminta Ruhut mundur.

Dari pihak PDIP, ada Boy Sadikin yang resmi mengundurkan diri pada 21 September 2016. Keputusan itu diambil sehari setelah DPP PDIP resmi mengusung Ahok-Djarot sebagai pasangan calon dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Daripada menghalangi partai, saya mengambil keputusan. Saya memilih keluar," kata dia, di kediamannya di Jalan Borobudur, Jakarta, Selasa (27/9). Ia kemudian menempatkan diri pada posisi pendukung pasangan bakal calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Gerindra dan PKS.

Meski begitu, Boy menyatakan tak akan mengajak rekannya di PDIP untuk ikut membelot. Boy mempersilakan kader PDIP untuk memutuskan pilihan sesuai hati nurani masing-masing.     rep: Mas Alamil Huda, Eko Supriyadi/antara, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement