Rabu 27 Jul 2016 15:00 WIB

Ulama Asia Tenggara Satukan Langkah

Red:

BOGOR — Dai dan ulama se-Asia Tenggara mengakhiri pertemuan selama empat hari di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (26/7). Di akhir pertemuan, mereka sepakat untuk meningkatkan kerja sama di sejumlah bidang strategis.

"Kerja sama meliputi bidang politik, ekonomi, dan dakwah," kata Ketua Panitia Pertemuan Dai dan Ulama se-Asia Tenggara Muhammad Zaitun Rasmin di Hotel Aston, Sentul, Bogor, kemarin. Diyakini, penguatan bidang tersebut kian menguatkan posisi umat dan dakwah.

Dengan demikian, para dai dan ulama mesti memperkuat perhatian dan menguasai politik, ekonomi, serta dakwah yang akan menjadi fokus mereka. Dalam konteks politik, mereka merumuskan konsep relasi antara ulama dan pemimpin.

Di setiap negara, diharapkan ulama dan pemimpin tidak berpisah jalan. Ketika pemimpin berbuat salah, ulama tidak perlu mencelanya, tetapi sebaliknya, dekati dan nasihati pemimpin itu agar bersikap lebih baik. Jangan pula ulama mendekati pemimpin untuk kepentingan pribadi.

Para dai dan ulama, jelas Zaitun, sepakat bahwa jalinan hubungan dengan pemimpin harus demi kepentingan umat. Ia menambahkan, mereka pun sepakat soal pentingnya penyebaran informasi dan jaringan dakwah.

Karena itu, mereka menghendaki terjalinnya kemitraan dengan media baik di masing-masing negara maupun di kawasan ASEAN. Penyebaran informasi dan dakwah juga ditempuh dengan pengiriman dai ke daerah terpencil di Indonesia ataupun negara lainnya.

Dalam hal ini, ungkap Zaitun, masing-masing dai dan ulama setiap negara Asia Tenggara bakal saling membantu mengembangkan  dakwah. "Jadi, jika di Indonesia ada kelebihan dai, kita akan mengirimkan dai ke negara lain," jelas dia.

Selain itu, akan ada pelatihan dai yang diselenggarakan baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara. Seluruh negara telah sepakat dengan pelaksanaan pelatihan, tetapi bentuk dan sistemnya akan dibahas lebih lanjut.

Seluruh dai nantinya memperoleh pengajaran untuk lebih memahami konsep al-Washatiyah atau jalan tengah,  akhlak, dan fikih dakwah. "Setelah paham, mereka dituntut menyebarkannya ke seluruh umat Islam agar kualitas dai dan umat sama-sama meningkat," ujarnya.

Menurut Menteri Perumahan Sri Lanka Sajith Premadasa, pertemuan ini sangat baik dalam menghubungkan ulama di Asia Tenggara, khususnya demi persatuan umat Islam. "Kami prihatin dengan situasi di Sri Lanka ketika pemimpin dan ulama berjalan masing-masing."

Premadasa berharap, Penasihat Yayasan al-Hai`ah al-Alamaiyah al-Islamiyah li at-Ta'lim (Lembaga Internasional Pendidikan Islam cabang Indonesia) Syekh Khaleed bin Abdulllah al Hamdy dapat membuat acara seminar yang sama seperti pertemuan ini di Sri Lanka.

Dia berharap terdapat materi mengenai politik dan kepemimpinan bagi ulama di Sri Lanka. Ia memimpikan pula suatu saat Sri Lanka akan dipimpin seorang ulama yang paham politik dan kepemimpinan yang membuat umat maju.

Pertemuan yang berlangsung mulai 22 Juli 2016 itu diselenggarakan Rabithah Ulama wa Du`at Janub Syarq Asia (Ikatan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara) dan al-Hai`ah al-Alamaiyah al-Islamiyah li at-Ta'lim (Lembaga Internasional Pendidikan Islam Cabang Indonesia).

Dalam acara penutupan, hadir Menteri Perumahan Sri Lanka Sajith Premadasa, Kuasa Usaha Arab Saudi untuk Indonesia Faisal al Khumaini, hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar, dan Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah.

Hadir juga hafizah cilik, Masyita dan Kayla. Mereka mendapatkan hadiah dari Kedubes Arab Saudi sebagai tamu istimewa untuk berhaji tahun ini bersama kedua orang tuanya. Hadiah haji juga diberikan kepada nenek Kayla yang selama ini merawatnya.

Patrialis Akbar yang juga alumnus Lembaga Internasional Pendidikan Islam Cabang Indonesia mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, Islam sedang mengalami gangguan baik dari mereka yang mengaku Islam maupun yang bukan Islam.

"Dari kalangan internal, mereka yang mengaku Islam telah menjadi orang munafik dan fasik karena mau meminta bayaran dari musuh Islam untuk menjelek-jelekkan Islam," jelas dia. Ada juga yang mengaku Islam melakukan aksi terorisme sehingga menghancurkan nama Islam.

Kemudian muncul kelompok egoistis yang bermain politik dan memperebutkan kekuasaan. Namun, menurut Patrialis, mereka tidak pernah bersatu sehingga tak berhasil dalam merebut kekuasaan di negara-negara Islam.

Menurut dia, pertemuan dai dan ulama se-Asia Tenggara sangat penting untuk membahas gangguan yang dihadapi umat Islam di dunia, apalagi umat selalu dirugikan. Ia juga prihatin karena selama ini umat bercerai-berai dalam memilih pemimpin.

Bahkan, umat lebih memilih pemimpin non-Muslim, padahal banyak tokoh Islam yang bisa menjadi pemimpin. "Banyaknya provokasi membuat umat memilih pemimpin dari kalangan non-Muslim," ujar Patrialis.

Ia menuturkan, banyak non-Muslim yang mengaku berjuang atas nama solidaritas, padahal dalam sejarah, solidaritas umat Islam tidak boleh mengalahkan akidah. Saat minoritas mereka mengklaim toleran, tetapi setelah menjadi mayoritas kemudian menghancurkan umat.

Patrialis mengingatkan kader bangsa, khususnya umat Muslim, tidak lengah dan malas untuk mengisi jabatan di negara ini. Karena di beberapa tempat dan negara non-Muslim, sejumlah Muslim telah berhasil menempati posisi penting di lembaga pemerintahan.

Patrialis menegaskan, sebagai hakim di Mahkamah Konstitusi, dirinya berusaha ikut dalam menentukan arah perjalanan bangsa ini. Salah satunya menjaga agar hak dasar umat Islam tidak bertentangan dengan kebijakan dan undang-undang negara.

Garis keras

Wali kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan siap menjadi tuan rumah pertemuan dai dan ulama se-Asia Tenggara selanjutnya pada 2017 mendatang. Apalagi, Padang juga telah membangun hubungan baik dengan negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi.

Ia mengatakan, dua putra Padang telah menjadi imam dan ulama di Arab Saudi, yaitu Ahmad al Khatib al Minangkabui dan Yasin al-Padang. Menurut dia, tema pertemuan pada tahun ini, "Al-Ummah al-Washatiyah" atau umat pertengahan, sangat bagus.

Umat pertengahan atau Islam moderat, jelas Mahyeldi, merupakan solusi terwujudnya persatuan umat. "Ini merupakan konsep Islam moderat yang tidak ekstrem kiri dan tidak ekstrem kanan." Saat ini, jelas dia, umat Islam terpojok karena munculnya kelompok garis keras.

Dai dan ulama mempunyai posisi strategis untuk memberikan pemahaman agama yang benar kepada umat. Ulama harus bisa menebarkan kedamaian dan ini menjadi tugas berat dalam proses dakwah.   rep: Ratna Ajeng Tejomukti, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement