Jumat 29 Apr 2016 16:00 WIB

FOKUS PUBLIK- Agar tak Kecanduan Gim Daring

Red:

JAKARTA — Ada anak yang menjadi penyendiri. Dia lebih suka duduk di warung internet (warnet) atau menyendiri bermain dengan gawainya.

Anak tersebut jarang bergaul dengan temannya. Pada saat anak-anak bergembira bermain, anak tersebut justru terlihat tidak bergaul. Anak tersebut sedang menikmati gim daring atau kini marak disebut dengan game online.

Kebiasaan ini belum tentu terpantau oleh orang tua. Bahkan, ada juga orang tua yang sengaja membiarkan anaknya asyik berselancar di dunia maya, entah itu menikmati gim daring atau membuka berbagai situs.

Tanpa disadari, kebiasaan ini memberikan pengaruh buruk. Gim yang berbau kekerasan mengarahkan anak untuk temperamental. Anak ingin tampil sebagai jagoan sebagaimana aktor di gim yang biasa dimainkannya.

Psikolog anak, Seto Mulyadi, mengatakan, pemerintah perlu memiliki dasar hukum sebagai acuan menertibkan peredaran game online atau gim dalam jaringan (daring). Dasar hukum diperlukan agar penertiban gim daring dapat berjalan maksimal. Seto ingin agar semua tindakan pemerintah dalam mengatur peredaran gim daring ada dasarnya. "Jika memang sudah membahayakan bagi perkembangan dan jiwa anak, memang harus ada penertiban dengan cara pemblokiran," jelas Kak Seto, Selasa (26/4).

Aturan tersebut nantinya dapat diturunkan hingga tingkat daerah hingga ke warnet-warnet. Selain ketegasan pemerintah, masyarakat juga diminta berperan aktif mengatasi dampak anak yang kecanduan gim daring.

Sebanyak 15 gim sebagaimana dikutip dalam laman sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id dinyatakan mengandung kekerasan dan berbahaya bagi anak-anak. Hal ini berdampak pada anak sebagaimana penelitian Iowa State University Amerika Serikat menunjukkan, bermain gim yang mengandung kekerasan selama 20 menit saja dapat 'mematikan rasa'. Menurut Direktur Indonesia Heritage Foundation Wahyu Farrah Dina, anak akan mudah melakukan kekerasan dan kehilangan empati kepada orang lain.   ed: Erdy Nasrul

***

Tak Ada Manfaat

Suharto karyawan SMPIT Nururrahman Depok, Jawa Barat

Gim online (daring) digemari banyak kalangan. Anak dan orang dewasa sudah kecanduan permainan ini. Pelajar rela tidak sampai ke sekolah demi mampir ke warnet. Di tempat kerja pun orang dewasa menghibur diri dengan permainan yang seru dan menyenangkan itu.

Sebenarnya, gim daring besar bahayanya karena mengakibatkan kecanduan. Saking banyaknya waktu dimanfaatkan untuk gim daring, seseorang tak sadar sudah sampai pada waktu rehat. Sementara, masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.

Ada sebagian orang yang berpendapat gim bisa mengasah kecerdasan. Tapi, bagi saya pribadi, tidak ada manfaat sama sekali.

Sulit Membedakan Khayalan dan Kenyataan

Fauzan Suhada, Alumni UI, Depok, Jawa Barat

Masuknya budaya asing dan teknologi barat tak dapat dicegah. Budaya lokal tergantikan dengan budaya luar. Jika tak bisa disaring dengan baik, hal ini akan merugikan bangsa. Salah satunya adalah gim daring yang telah menimbulkan implikasi serius, di antaranya, menyebabkan anak bersifat antisosial karena lebih suka menghabiskan waktu luang di depan gawai ataupun komputer memainkan game online dibandingkan beraktivitas lapangan dengan teman. Padahal, Rasulullah SAW mengajarkan bersosialisasi dan berbuat baik (QS al-Qalam: 4 dan QS al-Ahzaab: 21). Sudah sepatutnya anak-anak Muslim meniru perilaku Rasulullah SAW untuk berbuat baik terhadap sesamanya dan memberikan bantuan pada orang-orang yang butuh pertolongan (lihat kitab Jaami'ul Ulum wal Hikam I/454-458).

Gim daring menyebabkan anak kesulitan untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan. Hal ini akan membahayakan bagi perkembangan jiwa anak. Gim daring juga menyebabkan anak lalai menjalankan syariat Allah SWT, seperti shalat dan lainnya. Padahal, Allah SWT telah mengancam neraka Wail bagi orang yang lalai dalam shalatnya (lihat QS al-Maa'uun ayat 4-5).

Ibadah dan Belajar tak Jadi Prioritas

M Syakir Arif, Mahasiswa Unida Gontor, Ponorogo, Jawa Timur

Gim daring membuat konsumennya betah. Mereka seperti merasa hampa tanpa gim atau no game no life. Tanpa rasa berdosa, mereka lupa beribadah dan rela membolos dari sekolah.

Shalat terbengkalai. Belajar terabaikan. Dalam sehari, intensitas waktu bermain menjadi lebih lama daripada waktu belajar. Pecandu gim daring kurang konsentrasi menangkap pelajaran di kelas dan lalai mengerjakan tugas. Pikirannya dipenuhi oleh gim.

Hal-hal tersebut akan berdampak pada menurunnya prestasi di sekolah. Tak hanya itu, dampak buruk bagi kesehatan, keuangan, dan sosial juga perlahan akan datang menghampiri.

Batasi Penggunaan Teknologi

Ahmad Agus Fitriawan, Guru MTS Yamanka, Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Membatasi peralatan teknologi merupakan salah satu upaya agar anak tidak terlena tipu muslihat dunia maya, seperti gim daring. Jika ia butuh alat komunikasi, belikan telepon seluler dengan perangkat standar dan tidak berlebihan.

Begitu pun dengan fasilitas internet. Sebelum diaktifkan, sebaiknya batasi situs yang dapat dibuka anak dengan mengatur perangkat komputer. Tanyakan hal ini pada yang ahli.

Anak selalu menirukan apa yang orang tuanya lakukan. Jika membatasi peralatan teknologi yang digunakan, kita pun selaku orang tua dan pendidik harus melakukan hal sama. Tidak adil jika kita melarang anak memainkan gim daring, mengakses Facebook, tapi kita sendiri setiap hari asyik mengomentari foto orang di Facebook dan santai menikmati gim daring sendirian.

Butuh Komunikasi dan Pendekatan

Uhah Maftuhah, Guru SMK Avicenna Mandiri, Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Setiap anak dan remaja memiliki sifat yang berbeda. Cara mereka menerima perkataan orang tua pun berlainan, terutama remaja yang tengah asyik dengan dunianya. Terkadang, mereka enggan dinasihati orang tua karena merasa seperti digurui.

Orang tua harus jeli mencari celah dan pendekatan ke anak. Sampaikan informasi mengenai penyebab dan akibatnya yang membahayakan bila terus-menerus mengunakan gim daring. Sebaiknya, pilih waktu yang tepat untuk menyampaikan hal-hal penting itu.

Bicaralah saat suasana hati sang anak tengah bagus. Sebisa mungkin hindari kata 'jangan' jika ingin melarang untuk melakukan sesuatu yang berbahaya. Ini justru akan memancing keingintahuannya. Ia pun jadi ingin menguji kesabaran orang tuanya. Jelaskan saja sebab akibat kejadian-kejadian yang bisa mencelakakan anak kelak dalam bermain gim daring.

Harus Mau Kenal Teknologi

Ahmad Anshori, Guru MAN 1 Kota Bogor

Sebagai orang tua, jangan segan dan malas untuk belajar teknologi. Cari tahu dan pahami perangkat atau jenis teknologi informasi apa yang sedang disukai anak. Misalnya, anak kita tengah demam gim daring. Maka, orang tua seyogianya mengenal secara perlahan gim tersebut. Secara perlahan, berikan informasi yang positif dan negatif dari gim daring yang sedang digandrungi anak kita.

Butuh Pengawasan Orang Tua

Herwin Nur, Kota Tangerang Selatan, Prov Banten

Gim daring sangat dinamis, berkembang melampaui imajinasi pengguna. Penggunanya banyak dari kalangan anak sekolah. Pengawasan orang tua bisa dilakukan pada penggunaan komputer atau laptop di rumah. Beda cerita kalau anak dengan gawainya bisa bebas berselancar mengikuti gim daring di mana saja. Anak bersepeda, bergerombol duduk bareng adu pintar otak-atik gim daring. Mereka seperti tak merasakan banyak waktu belajar dihabiskan untuk gim daring.

Mencuri Waktu untuk Gim

Nur Fitria Primastuti, Mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Syariah

Gim daring awalnya dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang. Namun, permainan ini ternyata membuat penggunanya kecanduan sehingga banyak waktu tersita untuk gim ini. Ketika seorang pelajar sudah kecanduan gim daring, bagaimanapun mereka harus mencari waktu untuk dapat memainkan gim ini, baik dengan mencuri-curi jam pelajaran maupun bolos sekolah.

Tak heran bila akhirnya muncul pelajar yang lihai bermain gim daring daripada menguasai mata pelajaran. Gim ini juga memengaruhi emosi anak karena banyak sekali gim daring yang mengandung unsur kekerasan.

Pemerintah kurang memerhatikan masalah ini. Pemerintah masih berkutat pada masalah peningkatan mutu pendidikan dari tahun ke tahun. Seharusnya, permasalahan mengenai banyaknya pelajar yang menjadi pecandu gim daring juga diperhatikan.

Gim Daring Mengkhawatirkan

Giyat Yunianto, Bekasi, Jawa Barat

Pesatnya perkembangan teknologi informasi adalah sebuah keniscayaan dan tak bisa dicegah. Hal tersebut merupakan cobaan sekaligus tantangan bagi para orang tua dan para pendidik.

Bahaya gim daring di gawai dan warnet yang dikonsumsi anak sekolah memang semakin mengkhawatirkan. Pemerintah dan aparat terkait harus bertindak tegas, salah satunya dengan rutin menggelar razia di sekolah dan warnet ketika jam sekolah tiba.

Dengan adanya razia rutin, diharapkan akan menimbulkan efek jera bagi anak sekolah yang gemar game online di gadget dan warnet. Ya Allah, lindungilah anak sekolah dan keturunan kami dari gim daring yang kian membahayakan.

Berhenti Sebelum Kecanduan

Siti Rofiah, Pascasarjana Unwahas, peneliti pesantren riset Al-Madani Semarang, Jawa Tengah

Tak hanya warnet yang menyediakan berbagai fitur gim daring. Setiap alat elektronik baru yang dibeli, baik itu anak, remaja, dewasa, maupun orang tua, terasa hambar jika tidak dilengkapi fitur gim.

Anak-anak yang menurut ilmuwan Elizabet Hurlock pada usia demikian adalah saat-saatnya menikmati indahnya bermain bersama dengan kawan sebaya, sudah seyogianya dipuasakan sejak dini dari gim sebelum adiksi menguasai jiwa anak. Contoh nyatanya, anak penghafal Alquran, Musa, yang baru-baru ini menyabet juara tiga hafalan Alquran di Mesir.

Pembinaan perangai harus lebih diprioritaskan dibanding membiarkan kesenangan anak bermain gim. Dampak positifnya lebih sedikit dibandingkan bahayanya.

Melepaskan diri dari gim sejak dini akan dapat lebih mengontrol emosi anak terhadap lingkungan sekitar. Anak akan lebih peka dan peduli kepada sesama. Menurut laporan penelitian sosiologi, dalam sehari anak adiksi terhadap gim bisa menghabiskan Rp 10 ribu-Rp 15 ribu. Jika ditotal satu bulan bisa sampai Rp 450 ribu. Nilai uang tersebut akan lebih, bahkan sangat bernilai bagi anak jika dapat dimanfaatkan untuk sesuatu yang jauh lebih bermanfaat ketimbang gim daring.

Terperangkap Zona Berbahaya

Tatang Muljadi, Pegawai Pemda Karawang, Jawa Barat

Teknologi bisa memudahkan manusia. Namun, juga bisa menjerumuskan jika tidak pandai menyikapinya. Jika orang tua menyadari gawai dan warnet memiliki sisi negatif bagi anak, janganlah berdiam. Orang tua harus serentak bersama-sama mencegah sejak awal.

Jika anak kecanduan bermain gim daring, mereka bisa menjadi anak yang asosial, kurang bergaul, dan tak peduli dengan lingkungan. Atau, juga akan menjadi anak yang berperilaku kasar dan temperamental jika yang dikonsumsinya terus-menerus gim kekerasan.

Mengenalkan kembali budaya baca buku, olahraga, kesenian, serta kegiatan remaja, seperti pramuka, mengenal alam, kegiatan sosial, pesantren kilat, atau Maghrib mengaji, perlu terus dipupuk. Kegiatan ini semua harus dikembangkan dalam kehidupan remaja pada sela-sela waktu senggang mereka. Kegiatan ini semua dapat mencegah anak dari sergapan gawai yang memang lebih memikat bagi mereka.

Merosotnya Moralitas Anak

Epifanius Solanta, Mahasiswa Sosiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Kehadiran gadget dengan berbagai macam aplikasi yang ada di dalamnya memberikan kemudahan bagi anak-anak untuk mengakses gim daring. Hemat saya, tidak ada salahnya jika anak mengakses dan menggunakan hal baru tersebut, semisal, gim daring. Namun, yang dipersoalkan di sini adalah ketika mereka semakin terpaku dan memikat hati secara penuh pada gim ini. Kemudian, mereka mengabaikan tugas pokok mereka, seperti belajar.

Sangat disayangkan menyaksikan banyak anak yang masih berstatus sebagai pelajar sudah kecanduan gim daring. Mereka mengabaikan tugas pokok mereka, waktu belajar, waktu untuk makan, dan waktu untuk beristirahat.

Tidak jarang pula gim daring yang cenderung brutal akan menjadi contoh dan model bagi mereka dalam berkelahi melawan temannya. Puncaknya, anak kerap terlibat perkelahian.

Pentingnya Pengawasan dari Orang Tua

Yulita Hety Sujaya, Manggarai, Flores, NTT

Era globalisasi hadir dengan menyajikan beragam hal menarik. Namun, dalam perkembangannya, globalisasi semakin tak terarah. Gim daring di gawai maupun di warnet kerap kali memikat hati banyak orang, khususnya anak.

Ibarat sebatang magnet, gim daring menarik hati para konsumen, terutama di kalangan anak dan remaja, untuk menikmatinya. Jika anak dibiarkan begitu saja dengan zona nyaman ini, akan berdampak terhadap perkembangan mereka selanjutnya. Anak menjadi kecanduan. Konsentrasi terhadap dunia pengetahuan perlahan menjadi hilang. Di samping itu, juga akan berdampak pada terganggunya kesehatan karena mereka lebih sibuk dengan gim daring daripada menikmati makanan.

Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan moralitas anak, sangat diperlukan pengawasan dari orang tua. Sebagai agen sosialisasi yang pertama, orang tua harus mengawasi, mendidik, dan mengarahkan anak ke jalan yang benar. Tentu saja di sini tidak bermaksud untuk mengekang kebebasan dari anak-anak, tetapi bagaimana caranya supaya anak-anak bisa memainkan kebebasannya dengan penuh tanggung jawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement