Senin 14 Mar 2016 14:00 WIB

Pedagang Ancam Mogok Jual Cabai

Red:

PURWAKARTA -- Harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, masih melejit dan menembus Rp 70 ribu per kilogram, Ahad (13/3). Akibat kondisi tersebut, sejumlah pedagang sayur kecil merencanakan mogok berjualan cabai merah.

Yatinah (62 tahun), pedagang sayur asal Gang Beringin, Kelurahan Nagri Kaler, Purwakarta, mengatakan, kenaikan harga cabai terjadi tiap hari. "Harga Rp 70 ribu ini, sudah tiga hari terakhir. Kalau dari pasarnya semahal itu, di jualnya berapa?" ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (13/3).

Menurutnya, kenaikan harga cabai merah tersebut tidak rasional. Sebab, kenaikannya sudah melebihi kebiasaan saat bulan puasa dan menjelang Lebaran.

Dengan kondisi ini, lanjutnya, seharusnya pemerintah sudah turun tangan. Jangan sampai, kenaikan harga ini dimanfaatkan oleh oknum pihak tak bertanggung jawab.

Iman Suherman (43 tahun), pedagang sayur keliling Perum Oesman Singawinata, mengiyakan, saat ini pedagang kecil tak berjualan cabai merah. Kalaupun ada yang mau, pelanggan harus memesannya khusus. "Kalau eceran, harga jual per biji pasti di atas Rp 2.500. Dengan harga segitu, ibu-ibu akan menolaknya," ujarnya.

Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura membuka Pasar Tani pada Ahad (13/3). Pasar fokus menjual bawang merah dan cabai keriting dengan harga miring.

Harga yang ditawarkan berada di bawah harga pasar, yakni Rp 25 ribu per kilogram untuk komoditas bawang merah dan Rp 30 ribu per kilogram untuk cabai keriting. "Kita ingin menunjukkan, produksi cabai bawang kita melimpah, untuk Pasar Tani sekarang, kita bawa cabai dan bawang dari Garut," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Yazid Taufik, kemarin.

Ia menyebut, terjadi disparitas harga yang lebar antara petani dengan pedagang. Catatan Republika, pernyataan serupa selalu diutarakan ketika merespons harga pangan yang tinggi. "Ini pasti ada yang memainkan," lanjutnya.

Yazid menguraikan, disparitas harga yang terjadi saat ini, yakni di tingkat petani Rp 12 ribu – Rp 15 ribu per kilogram. Normalnya, ketika masuk ke pasar harganya Rp 20 ribu. Tapi, kenyataannya saat ini harga melambung hingga mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

Kementan mencatat, pada Februari 2016 harga cabai besar di tingkat petani Rp 21.467 per kilogram. Harga tersebut merespons harga cabai di pasar induk yang melambung hingga Rp 36 ribu dan di pedagang eceran lebih tinggi lagi, yakni Rp 43.742 per kilogram.

Ia lantas menguraikan rincian target surplus cabai besar atau keriting sepanjang 2016 setelah memperhitungkan kondisi produksi, luas tanam, jumlah penduduk, ketersediaan benih, dan yang lainnya. Tercatat, prediksi surplus, yakni 230.888 ton. Ia disumbang dari potensi olahan primer sebanyak 126.989 ton atau 0,55 persen, di kantong pedagang sebanyak 80,811 ton atau 0,35 persen, dan ekspor berpotensi 23.089 ton atau 0,1 persen.

Sementara, cabai rawit juga surplus sebesar 193.302 ton. Ia terbagi untuk konsumsi primer 55 persen sebesar 106.316 ton, pedagang 35 persen atau 67.656 ton, dan ekspor bisa mencapai 10 persen atau 19,330 ton.

Adapun surplus bawang merah akan ada sebanyak 191.284 ton sepanjang 2016. Ia terdiri atas olahan primer sebanyak 0,3 persen atau 57.385 ton, pedagang 0,51 persen atau 97,555 ton, dan ekspor 0,19 persen atau 36.344 ton.

Di sisi lain, Direktur Bahan Pokok  Barang Strategis (Bapokstra) Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Robert Bintaryo mengatakan, kenaikan harga cabai saat ini dipengaruhi oleh pasokan yang berkurang. Catatan Kemendag, stok cabai di pasar Induk Kramat Jati sebanyak 65 ton pada Kamis (10/3). "Biasanya, stok cabai mencapai dua kali lipat, yakni 150 ton per hari," ujarnya.

Ia menyebut, stok dari sentra cabai berkurang. Lahan yang biasaya digunakan untuk menanam cabai kini beralih menjadi sawah untuk padi. Akibatnya, persediaan cabai ketika sampai di konsumen menurun. Faktor cuaca juga memengaruhi produktivitas.

Kemendag melakukan tindak lanjut, yakni bekerja sama dengan dinas terkait untuk memantau sentra cabai. Kenaikan harga dinilainya wajar karena pergantian cuaca. Berbeda dengan Kementan, ia belum mendapat laporan soal kartel. "Kalaupun cabai sangat mahal, saya kira masyarakat masih bisa menggantinya dengan saus. Cabai masih golongan makanan substitusi," kata Robert. rep: Ita Nina Winarsih, Sonia Fitri, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement