Selasa 01 Dec 2015 15:00 WIB

Turki Blokade Kapal Rusia

Red:

ANKARA – Turki mulai melakukan blokade secara de facto terhadap kapal-kapal milik Rusia yang akan melalui perairannya. Dengan blokade ini, kapal Rusia tak bisa transit di perairan Dardanelles serta Selat Bosporus yang terletak di antara Laut Hitam dan Mediterania.

Berdasarkan pantauan sistem pelacakan AIS, hanya kapal-kapal Turki yang saat ini berlalu-lalang di Bosporus, sedangkan di Dardanelles tak ada pergerakan apa pun. Sementara, di Laut Hitam dan Mediterania ada sejumlah kapal berbendera Rusia terpantau di sana. "Kapal-kapal tersebut terlihat tak bergerak dan menunggu komando untuk bergerak,'' demikian hasil pantauan AIS, seperti dilansir laman Inforwars, Ahad (29/11).

Di sisi lain, dalam pelayaran di Laut Hitam dari Novorossiisk dan Sevastopol yang mengarah ke Bosporus, tak terlihat satu pun gerakan kapal berbendera Rusia. Fakta Ini mengonfirmasi laporan CNN yang menyatakan bahwa Turki telah memblokade gerak kapal Rusia.

Turki menyandarkan aksinya pada Montreux Convention 1936. Konvensi ini memberi kewenangan kepada Turki untuk mengontrol lalu lintas di Bosporus selama masa damai, termasuk mengatur transit kapal perang di perairan tersebut.

Namun,  konvensi ini melahirkan penentangan, khususnya dari Rusia, terkait akses militer mereka ke Mediterania. Konvensi ini ditandatangani pada 20 juli 1936 di Montreux Palace, Swiss, dan didaftarkan ke League of Nations Treaty Series, pada 11 Desember.

Turki telah menggunakan kekuasan yang dimiliki melalui konvensi tersebut. Namun, mereka tak menyatakannya secara publik memblokade kapal-kapal Rusia karena mempertimbangkan ancaman agresi atau menganggap saat ini dalam keadaan perang.

Langkah ini diambil Turki menyusul penembakan pesawat tempur SU-24 milik Rusia oleh Turki pada Selasa (24/11) lalu. Kejadian ini kemudian memicu ketegangan dua negara, bahkan Rusia telah menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan 150 ribu tentara dan perlengkapannya ke Suriah. Ia juga mengerahkan 7.000 tentara lainnya serta tank, peluncur roket, dan artileri ke Armenia yang merupakan wilayah perbatasan Turki dan Rusia.

Seorang pengamat di Istanbul menyatakan, aktivitas Angkatan Laut Rusia meningkat. Aktivitas yang bersifat militer itu ditandai dengan bergeraknya kapal Rusia dari Laut Hitam menuju Mediterania melalui Selat Bosporus.

Mantan komandan Black Sea Fleet, Laksamana Viktor Kravchenko, menyatakan, Turki tak bisa memblokade kapal-kapal Rusia melewati Bosporus dan Dardanelles yang mendukung operasi militer yang dilakukan di Suriah.

"Mereka tak bisa menghalangi kapal Rusia yang akan menuju Suriah,'' kata Kravchenko, seperti dikutip laman berita Sputnik. Jika Turki melakukannya, kata dia, maka mereka melanggar hukum dan konvensi itu sendiri.

Menurut dia, berdasarkan Konvensi Montreux, hanya dalam keadaan perang Turki bisa menutup selat tersebut dari kapal-kapal asing yang akan melintas. Bahkan, pada Perang Dunia II, meski ditekan Jerman, Turki tetap berlaku netral dan tak menutup Bosporus. "Saat ini tak ada alasan bagi Turki menutup Bosporus dari kapal-kapal asing,'' katanya.

Turki dan Rusia masih terus bersitegang setelah insiden penembakan jet tempur Rusia. Rusia menghendaki Turki meminta maaf atas kejadian tersebut.

Namun, Perdana Menteri Turki Ahmed Davutoglu menegaskan kembali bahwa Turki tak akan meminta maaf. Dalam pertemuan dengan petinggi NATO di Brussels, Belgia, dia menyatakan tak akan meminta maaf kepada Rusia. Ia menegaskan, penembakan pesawat Rusia merupakan aksi mempertahankan kedaulatan negara Turki. ap/reuters/erik purnama putra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement