Sabtu 14 Feb 2015 17:55 WIB

Pasca-Valentine, Konseling Marak

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG --Sejumlah lembaga pemerhati anak dan remaja mengatakan, laporan kekerasan seksual kerap muncul selepas perayaan Valentine's Day. Mereka menilai, perlu ada upaya-upaya khusus mencegah hal tersebut.

Direktur Women's Crisis Centre (WCC) di Palembang, Yeni Roslaini Izi, mengatakan, lembaganya kerap menerima laporan kekerasan seksual hing ga tiga bulan selepas Valentine's Day yang jatuh pada 14 Februari ini. "Tiga bulan atau empat bulan pasca perayaan hari kasih sayang banyak datang ke WCC para remaja yang meminta konse ling. Mereka datang bercerita, kekasihnya tidak mau bertanggung ja wab setelah berhubungan badan," kata Ros laini.

Dalam konseling yang berlangsung gratis, menurut Yeni, tak jarang para aktivis WCC ikut melakukan pendampingan terhadap mereka yang menjadi korban dalam proses hukum. Ia mengatakan, sebagian dari kasus-kasus yang dilaporkan terjadi pada Valentine's Day. "Hubungan itu menurut mereka terjadi pada saat merayakan hari kasih sayang."

Menurut aktivis perempuan, yang terjadi pada perayaan hari kasih sayang tersebut merupakan bagian dari kekerasan dalam pacaran (KDP).

Modus yang dilakukan pada saat pacaran tersebut, sang cowok meminta kekasihnya membuktikan bahwa dia mencintai dirinya dengan memberikan izin berhubungan.

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Nusa Tenggara Ba rat (NTB) juga mencatat terjadi peningkatan kekerasan seksual di saat perayaan hari Valentine. "Kita mengamati tahun baru kemudian hari Valentine, peningkatannya (tingkat kekerasan seksual) cu kup," ujar Ketua Divisi Advokasi dan Hukum LPA NTB Joko Jumadi kepada Republika, kemarin.

Menurutnya, bentuk kekerasan seksual yang terjadi semisal hubungan badan dan pencabulan. Selain itu, para korban biasa melaporkan kekerasan seksual yang dialami setelah mengalami akibatnya. "Ada (korban) yang kami tangani," ungkapnya.

Sebab itu, Joko meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk membuat edaran agar masyarakat terutama pelajar dan remaja tidak merayakan hari Valentine.

Sebelumnya, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengiyakan peningkatan kekerasan seksual pada Valentine's Day. "Tidak sedikit anak sekolah yang menjadi korban kekerasan seksual di hari Valentine. Bahkan, Valentine sering dipahami sebagai hari bersenang-senang dan seks bebas bagi pasangan di luar nikah, ini salah besar,"kata Susanto.

Di lain pihak, terang dia, hari Valentine sering dimanfaatkan oleh pelaku bisnis.

Seperti memberikan diskon menginap bagi pasangan muda di luar nikah. KPAI juga mendapat pengaduan dari masyarakat ada pelaku usaha hotel yang memberikan diskon 50 persen kepada pasangan yang menginap di hari Valentine. "Bagaimana jika yang menginap adalah anak usia sekolah?"

Hal tersebut, ujar Susanto, merupakan masalah serius. Sebab itu, KPAI meminta pemerintah daerah di seluruh Indonesia agar memproteksi anak agar tidak menjadi korban kejahatan seksual. rep: Maspril Aries c75, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement