Kamis 28 Aug 2014 16:21 WIB

Antrean di SPBU Masih Terjadi

Red:

YOGYAKARTA -- Antrean kendaraan bermotor di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) masih terjadi di beberapa daerah. Di beberapa SPBU di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), panjang antrean bervariasi antara 100 meter dan 200 meter. Petugas kepolisian tampak berjaga-jaga di sekitar SPBU tersebut.

Berdasarkan pantauan Republika, pada Rabu (27/8), antrean di SPBU di Wates, Kulonprogo, mencapai Terminal Wates. Para pengantre menunggu giliran jatah pembelian BBM bersubsidi jenis Premium. "Antrean kendaraan hingga depan Terminal Wates," kata Direktur Perumda Aneka Usaha Kulonprogo, Fitroh, kepada Republika di Wates, Rabu (27/8).

Fitroh menerangkan, pada Rabu (27/8) pukul 07.00 WIB, SPBU-nya mendapat pasokan Premium sebanyak 24 ribu liter. Pasokan ini, kata Fitroh, lebih banyak dibandingkan beberapa hari sebelumnya yang hanya dijatah 16 ribu liter.

Meskipun mendapat pasokan 24 ribu liter, Fitroh mengaku, jumlah itu belum bisa mengurangi antrean di SPBU-nya. Pihaknya pun telah mengajukan permohonan tambahan pasokan 24 ribu liter untuk Rabu (27/8). "Kami sudah mengajukan DO (delivery order) ke Pertamina sebanyak 24 ribu liter untuk hari ini (27/8). Tetapi saya tidak tahu apakah permintaan ini disetujui atau tidak," kata Fitroh.

PT Pertamina cabang DIY dan Surakarta, mulai kemarin menggelontorkan Premium bersubsidi sebanyak 2.000 kiloliter. Jumlah itu telah melebihi kebutuhan sebenarnya yang mencapai angka 1.500 kiloliter. "Karena itu masyarakat tidak perlu panik dan mengantre untuk mendapatkan Premium bersubsidi. Karena sejak Selasa malam (27/8) Pertamina sudah mulai melakukan normalisasi  pasokan BBM Bersubsidi di SPBU seluruh DIY," kata  Manajer Pemasaran Pertamina Cabang DIY dan Surakarta Freddy Anwar, kepada Republika, Rabu (27/8).

Freedy mengakui, di beberapa SPBU masih terjadi antrean masyarakat yang akan membeli Premium. Antrean, kata Freedy, terjadi karena masyarakat belum mengetahui bahwa Pertamina telah melakukan normalisasi pasokan BBM bersubsidi. "Berapa pun kebutuhan masyarakat akan kami penuhi," tuturnya.

Adapun kelangkaan BBM bersubsidi yang terjadi di banyak SPBU di Kabupaten Indramayu, telah teratasi. Antrean panjang pembeli yang terlihat pada beberapa hari terakhir, pada Rabu (27/8), tak lagi terlihat. Kondisi normal terlihat di SPBU Jalan Sudirman Kecamatan Indramayu. Kemarin bahkan, hanya terlihat kurang dari 10 sepeda motor yang hendak mengisi BBM di SPBU tersebut.

 

Manajer Pemasaran Pertamina Unit 3 Cirebon, Ciko Wahyudi, mengatakan, pada Selasa (26/8) malam, pemerintah telah menginstruksikan Pertamina untuk mendistribusikan BBM secara normal. "Untuk wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), sebenarnya sudah kami suplai secara normal sejak tiga hari lalu," ujar Ciko, Rabu (27/8).

Beradasarkan laporan Antara, antrean calon pembeli terjadi di sejumlah SPBU di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, pada Rabu (27/8). Antrean panjang terjadi seperti di SPBU Simpang Empat, SPBU Coco km 34, SPBU Loktabat, SPBU Landasan Ulin depan Jalan Golf, dan SPBU bundaran Liang Anggang.

Antrean di lima SPBU memanjang hingga keluar area SPBU.

Pengawas SPBU Coco Banjarbaru, Agus, mengatakan, antrean disebabkan jatah Premium untuk SPBU dikurangi dari lima mobil tangki atau 50 ribu liter menjadi tiga mobil tangki per hari. "Jatah Premium dikurangi sejak dua hari lalu sehingga tidak bisa melayani kebutuhan masyarakat. Apalagi ada isu kenaikan BBM sehingga pemilik kendaraan rela mengantre," kata Agus.

 

Sawah kering

Menyusul adanya kebijakan pengendalian solar bersubsidi, para petani Rawapening mulai kesulitan mengairi sawah mereka. Sejauh ini irigasi mereka sangat mengandalkan pompa untuk menarik air dari Rawapening ke petak sawah petani. "Namun dalam beberapa hari terakhir kami tak bisa lagi membeli dari pom bensin," kata Parianto (60) petani Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Rabu (27/8).

Menurutnya, saat ini sebagian sawah petani di desa ini sudah mulai kekurangan air. Alasannya, pompa air bantuan pemerintah tak bisa dioperasikan. Hal ini diamini Sunarto (41), petani lainnya. Untuk mengairi sawah seluas empat hektare milik kelompok tani membutuhkan 8 liter solar.

Belakangan, petani sudah tidak boleh antre membeli solar di SPBU di sekitar Ambarawa. Akibatnya, sebagian sawah petani mulai kekurangan air. Sunarto sudah mencoba membeli dengan berbekal surat dari kelompok tani. "Namun kadang dilayani tetapi juga kadang tidak dilayani," katanya.

Padahal, lanjutnya,  untuk bahan bakar pompa petani biasanya Sunarto bisa membeli solar di SPBU Ambarawa dengan jumlah 10 liter hingga 40 liter per hari. "Kini kami benar-benar kesulitan mendapatkan solar ini. Jika ini berlangsung terus petani di Rawapening ini akan merugi," tambahnya. n neni ridarineni/bowo pribadi rep: heri purwata, lilis sri handayani ed: andri saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement