Kamis 08 Sep 2016 13:00 WIB

Mangadar Situmorang, Dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan: Pertemuan Jokowi-Duterte Positif

Red:

Presiden Indonesia Joko Widodo akan menerima kunjungan Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada 8-9 September 2016. Bagaimana tanggapan Anda? 

Saya pikir adanya pertemuan ini sangat positif. Kedua negara memiliki persoalan yang sama dan masing-masing berkepentingan dalam banyak hal. Karena itu, agar upaya relasi semakin jauh lebih baik, seperti di tingkat antarmenteri dua negara, kedua pemimpin harus memberikan dukungan. Diharapkan, melalui pertemuan ini, kerja sama bilateral yang terjalin semakin erat dan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Pendapat Anda mengenai adanya iktikad baik dari Filipina terkait pemulangan calon jamaah haji Indonesia yang ditahan dikaitkan dengan kasus Mary Jane Veloso, terpidana mati kasus narkoba asal negara itu?

Dikaitkan dengan Mary Jane, terpidana kasus narkotika yang terancam hukuman mati di Indonesia dan dipertukarkan dengan pemulangan calon haji negara kita oleh Filipina, itu sangat mungkin terjadi. Tetapi, perlu diingat pertukaran ini adalah kesepakatan yang dikenal dengan istilah deal trade off sehingga tidak akan menjadi konsumsi publik.

Tapi, kasus Mary Jane dan calon jamaah haji sangat berbeda?

Kesepakatan semacam itu bukan hal yang baru terjadi dilakukan antarnegara di dunia. Hanya saja, bagi publik sering kali pertukaran semacam ini mungkin dianggap tidak etis dan tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku karena ini dua isu yang memiliki perspektif berbeda.

Perlu diingat, masing-masing negara memiliki kewajiban untuk melindungi warganya, termasuk dalam hal ini Indonesia dan Filipina. Karena itu, dalam pertemuan politik antara Jokowi dan Duterte, apa pun hasil kesepakatan yang mereka miliki, semuanya sangat mungkin beyond ethical and legal consideration (di luar pertimbangan etika dan hukum).

Kedua pemimpin juga akan mendapatkan credit point karena dianggap berjasa menyelamatkan warganya masing-masing. Jokowi dapat mengembalikan warga Indonesia yang ditahan dan tiba di Tanah Air dengan selamat, demikian dengan Duterte yang meloloskan warganya dari ancaman hukuman mati di negara lain.

Satu yang perlu dilakukan adalah bagaimana Pemerintah Indonesia mengemas dengan baik pemberitaan yang ada ke publik. Saya yakin, meski banyak yang kontra, masyarakat tetap akan menerima hasil akhirnya dengan baik.

Apakah Indonesia dirugikan?

Saya rasa tidak ada kerugian karena, bagaimanapun, Pemerintah Indonesia dianggap dapat menyelamatkan warga negaranya. Ini adalah prestasi yang membanggakan karena bukan selalu hal mudah untuk mencapainya.

Saya tidak melihat jika Indonesia menghukum mati warga negara lain itu adalah prestasi. Namun, mengembalikan warga negara dengan selamat, itu yang dinamakan prestasi. Seperti saya katakan sebelumnya, ini menambah nilai kepemimpinan Jokowi.

Tentunya, jika kesepakatan tersebut benar adanya, Indonesia juga bisa meminta perlindungan bagi warga yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Dapat dilihat, selama ini kerja sama yang dilakukan dapat menyelamatkan beberapa korban, meski belum keseluruhan.      Oleh Puti Almas, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement