Jumat 26 Aug 2016 14:00 WIB

Dana Olahraga Harus Diawasi

Red:

JAKARTA -- Rencana Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk membentuk Yayasan Olahraga Indonesia, ditanggapi positif oleh Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI). Syaratnya, pengunaan dana tersebut harus benar-benar terkendali.

Ketua Bidang Organisasi PB PABBSI, Sony Kasiran, mengatakan, PABBSI sedianya mendukung rencana pembentukan badan baru keolahragaan tersebut. Mantan sekjen PB PABBSI ini mengatakan, pendanaan untuk cabang olahraga (cabor) sejauh ini masih dirasakan kurang meskipun sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Dengan adanya yayasan tersebut, pendanaan untuk cabor tidak selalu harus mengandalkan pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah bisa mencari dana dari berbagai sumber, termasuk swasta.

Yang penting, kata dia, penyaluran dana itu digunakan dengan benar dan terkendali. "PABBSI mendukung rencana membentuk yayasan dana olahraga. Yayasan setidaknya membantu pendanaan olahraga. Sekarang jika dirasakan kurang, bisa ditangani yayasan tersebut," ujar Sony saat dihubungi Republika, Kamis (25/8).

Sony menyarankan, sebaiknya yayasan tersebut nantinya diawasi oleh Badan Pemeriksa keuangan (BPK). Yayasan tersebut juga bisa melibatkan orang-orang dari cabang olahraga. Dengan catatan, tetap ada pengawasan.

Pembentukan yayasan olahraga itu dinilai Sony sangat penting dan urgen. Sebab, proses regenerasi terhadap atlet yang meraih medali di Olimpiade harus terus berjalan. "Harapannya, pejabat olahraga, terutama pemerintah, sadar betul persiapan empat tahun untuk Olimpiade itu singkat, regenerasi di masing-masing cabor harus didukung," katanya.

Terkait hal itu, pengelola cabang olahraga membutuhkan dana untuk peningkatan kualitas dan kuantitas di pelatnas. Sementara itu, kuantitas saat ini di pelatnas angkat besi masih dirasakan minim.

Cabang angkat besi juga masih minim dalam hal sarana dan prasarana. Termasuk, masih kesulitan dalam mencari bibit atlet meski animo untuk menjadi atlet angkat besi sudah mulai meningkat.

Selain itu, penarikan biaya untuk latihan dari atlet masih sulit. Berbeda dengan cabor permainan lainnya seperti bulu tangkis. Karena itu, klub harus membiayai sendiri. Untuk mendukung regenerasi, PB PABBSI, menurut dia, juga dengan rutin menyelenggarakan kejuaraan tingkat remaja yang minimalis.

Pengamat olahraga Tomy Apriantono juga mengapresiasi rencana Kemenpora, terkait yayasan dana olahraga. Dia mengharapkan, yayasan dana olahraga dapat dikelola secara bijak dan terealisasi dengan baik.

Namun, Tomy juga mewanti-wanti supaya yayasan dana olahraga tidak senasib dengan yayasan terdahulu yang pernah ada. Di antaranya, yayasan beasiswa pendidikan Supersemar yang didirikan oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto, pada 1974 silam.

Menurut dia, tidak menutup kemungkinan yayasan dana olahraga nanti akan sama dengan nasib Supersemar, yang saat ini tidak ada kejelasannya. Sebab, biasanya yayasan akan mengikuti rezim yang mendirikannya. Apabila rezim pendirinya sudah tidak lagi berkuasa, kemungkinan besar bakal berakhir pula, apalagi latar belakang pendiriannya hanya untuk pencitraan.

"Karena biasanya mereka tidak rela harus meninggalkan yayasannya, apalagi sudah terkumpul dana besar. Apalagi, penerus rezimnya adalah lawan politiknya," kata Tomy, saat dihubungi, Kamis (26/8).

Maka itu, ia mendorong dibuat payung hukum yang jelas soal yayasan pengumpul dana keolahragaan dari swasta tersebut. Dengan diatur undang-undang atau regulasi lainnya, pendanaan akan terlepas dari masalah pergantian menteri atau rezim.

Ia mencontohkan, soal pemberian bonus terhadap para atlet yang meraih medali Olimpiade. Jika diatur regulasi yang jelas, siapa pun menterinya memiliki kewajiban untuk mengucurkan bonus dengan nominal yang sama.

Kalau tidak diatur dalam undang-undang, besaran bonus setiap periode akan berubah-berubah, dan bisa menimbulkan kecemburuan di kalangan atlet peraih medali emas. "Kalau sudah ditetapkan di undang-undang bisa jadi menteri kan memberikan bonus sebesar-besarnya, dan dapat dijadikan alat untuk pencitraan," kata Tomy.    rep: Kiki Sakinah, Ali Mansur, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement