Rabu 22 Jun 2016 15:00 WIB

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB : Sistem Peringatan Dini Bencana Sudah Baik

Red:

Bagaimana kondisi sistem peringatan dini bencana di Indonesia saat ini?

Secara umum sistem peringatan dini bencana sudah baik. Saat ini, sudah banyak terpasang sistem peringatan dini bencana (early warning system/EWS), seperti untuk gempa, tsunami,  letusan gunung api, banjir, longsor, cuaca, dan lainnya. Sekitar 7.000-an alat EWS sudah terpasang.

Pemasangan alat-alat tersebut diinisiasi berbagai kementerian lembaga. Misal, BMKG memasang EWS gempa bumi, tsunami, cuaca, hujan, dan iklim. Badan Geologi dan BNPB memasang EWS bencana tanah longsor. Badan Geologi memasang EWS letusan gunung api. Kementerian PU-Pera memasang EWS banjir, Kementerian Pertanian memasang EWS kekeringan dan banjir dan sebagainya.

Meski sudah ada sekitar 7.000-an alat terpasang, jumlah peralatan itu masih belum mencukupi pemantauan potensi bencana di seluruh Indonesia. Penambahan alat-alat EWS baru tetap diperlukan.

Sejak kapan sistem tersebut mulai efektif digunakan dan bagaimana kemanfaatannya bagi masyarakat saat ini?

Sistem EWS tersebut sudah cukup lama terpasang. Setiap tahun jumlahnya bertambah.  Sistem ini sangat bermanfaat memberikan informasi kepada masyarakat untuk melakukan kesiapsiagaan sesuai tingkatan peringatan dini yang ditetapkan. Misalnya, saat status awas atau level tertinggi, berarti harus ada evakuasi sehingga masyarakat selamat.

Berapa persen dampak negatif bencana alam bisa dicegah saat sistem ini digunakan?

EWS bisa menyelamatkan 100 persen warga jika semua sistem berjalan. Artinya, proses warning dari alat hingga direspons masyarakat untuk evakuasi berjalan lancar, maka masyarakat menjadi selamat.

End to end dari EWS tersebut dari manusia ke manusia. Bagaimana EWS tadi bisa diterima oleh masyarakat dan menjadi bagian hidupnya.

Contoh kasus EWS yang dapat menyelamatkan masyarakat adalah ketika longsor di Aceh Besar beberapa waktu lalu. Saat hujan lalu ada bunyi sirine dan diterjemahkan masyarakat untuk evakuasi, 100 keluarga selamat saat terjadi longsor dan banjir bandang.

Contoh lain EWS di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang juga cepat disikapi warga. Sementara itu, contoh pengabaian EWS adalah saat bencana awan panas di Gunung Sinabung.

Bagaimanakah evaluasi keberlangsungan sistem EWS untuk ke depannya?

Saat ini, jaringan EWS multibencana masih perlu mendapat perhatian semua pihak. Yang perlu ditingkatkan adalah menambah jaringan EWS yang ada sehingga informasi lebih akurat,  mengalokasikan biaya pemeliharaan dan operasional karena anggaran untuk pemeliharaan sangat minim sehingga alat banyak yang rusak, meningkatkan kemampuan iptek bangsa sehingga sistem EWS yang ada sehingga makin akurat.

Terakhir, kita perlu mendorong gerakan sadar bencana di mana EWS menjadi salah satu bagian dari rantai penyelamatan. Bagaimana menyiapkan masyarakat yang tangguh bencana dengan didukung EWS adalah hal yang mendesak dilakukan.

Seperti apa dukungan dana dari pemerintah untuk sistem ini?

Dukungan dana untuk peningkatan EWS masih sangat minim, baik dari APBN maupun APBD. Semestinya, dunia usaha pun berinisiasi membangun sistem EWS.     rep: Dian Erika Nugraheny, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement