Jumat 19 Feb 2016 15:00 WIB

Sam Brodie Kembali ke Fitrahnya

Red:

Inspirator dan aktor, Sam Brodie, memutuskan meninggalkan masa lalunya. Ia kembali ke fitrahnya, tak lagi berperilaku sebagai LGBT. Saat kecil, ia merupakan sosok pendiam, tak banyak berbincang dengan orang lain, serta pemalu.

 

Sam berujar, dirinya terlahir sebagai Nasrani. Ia seorang homoseks hingga memutuskan menjadi wanita. Namun, ia kemudian memutuskan kembali menjadi heteroseksual setelah mengenal Islam. Menurut dia, sebenarnya ada banyak alasan mengapa seseorang menjadi kaum LGBT.

 

Setiap orang yang mempunyai perilaku menyimpang memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Ada yang menyebut dari sisi gen, ada pula karena kekerasan seksual. Terlepas dari itu semua, menurut Sam, kaum LGBT bisa berubah.

"Namun, mereka tidak bisa dipaksa untuk berubah," ujar Sam di Jakarta, Kamis (18/2). Itu yang dialami oleh dirinya. Tak mudah berubah kembali ke fitrahnya. Ia mengakui, kendati penampilannya sudah berbeda dari Sam yang dulu, ia masih mempunyai sisi feminin.

Ia pun menjelaskan, mengubah pola pikir kaum LGBT tidaklah mudah. Bahkan, ketika orang yang mempunyai kecenderungan mengalami kelainan seksual sudah berubah, label tersebut akan selalu melekat pada diri orang tersebut.

Sam meminta pihak-pihak terkait agar merangkul kaum LGBT. Dengan demikian,  komunitas yang selama ini mengalami kebingungan pola pikir dapat dikembalikan pada fitrahnya. Tak perlu ada paksaan kepada mereka karena itu tak bagus.

 

"LGBT mempunyai cara pikirnya sendiri. Ibaratnya kita mau belok kiri, tapi mereka ke kanan," katanya.

Sam sengaja menulis buku tentang perjalanan hidupnya untuk menunjukkan kepada masyarakat dari sudut pandang kaum LGBT dan bagaimana mereka berusaha berubah. "Ini semua karena agama, karena Allah SWT," ujar dia.

Sam mengatakan, selama ini banyak orang yang bertanya menyoal pilihannya menjadi Muslim. Ia berujar, Tuhan hanya satu. Jika ibarat klub sepak bola, lanjut dia, seseorang tidak bisa mendukung dua klub, misal Liverpool atau Manchester United.

Islam merupakan agama terakhir yang menyempurnakan agama sebelumnya. Ibarat  sebuah teknologi, ia mengatakan, seseorang pasti akan memilih produk terbaru dan terlengkap. Dan yang Sam pelajari, di Islam juga ada 99 kata yang begitu menyanjung Allah SWT.

"Dulu saya jadi mualaf bukan karena saya membenci agama saya," kata Sam. Ia menuturkan, banyak dari kaum LGBT merupakan orang yang tidak percaya Tuhan atau ateis. Maka, ia menyimpulkan bahwa pikiran ateis dan orang yang beragama itu berbeda.

Founder Azka Empowering Center Mohamad Soleh mengatakan, agama menjadi patokan mana yang benar dan salah. Pada saat kaum LGBT menyadari perilakunya dilarang baik secara norma maupun agama, secara perlahan mereka akan berunah.

Menurut Soleh, LGBT dapat sembuh dengan berbagai terapi, termasuk melalui pendekatan agama. Terapi lainnya adalah terapi kognitif, lingkungan, keluarga, serta hormonal. Semua langkah ini lebih efektif kalau dijalankan secara bersamaan.

Direktur Program Dompet Dhuafa, Imam Rulyawan mengatakan, melihat aktivitas LGBT di Indonesia, pihaknya tergerak melalukan gerakan kembali ke fitrah dengan tujuan merangkul dan menolak legalisasi LGBT.

"Ini adalah salah satu keseriusan kami memberikan yang terbaik untuk negara ini.  Insya Allah dalam konteks penggalangan dana ini, gerakan kembai fitrah mendapat dukungan optimal,'' kata Imam. Ini merupakan gerakan tandingan melawan aktivis pro-LGBT.

Selama ini, kata Imam, mereka secara aktif terus mengumpulkan dana demi menyokong kampanye LGBT. Bahkan, ia melanjutkan, LGBT sekarang sudah memiliki peta jalan yang jelas. Mereka menyusun rapi langkah-langkah yang hendak dilakukan dan tujuan yang akan dicapai.

Direktur Utama Republika Media Mandiri Agus Yusroon mengatakan, dalam isu LGBT, menyatakan isu LGBT telah menjadi perhatian Republika dan umat Islam. ";Saya yakin bukan hanya islam yang tidak setuju dengan LGBT. Agama lain pun tidak setuju dengan LGBT.''

Menurut dia, kini gerakan LGBT membentengi dirinya dengan alasan HAM, agar keberadaannya diakui. "Tujuan akhirnya menurut saya melegalisasi eksistensi mereka. Seperti di Amerika melegalkan pernikahan sesama jenis," katanya.

rep: Umi Nur Fadhilah, Retno Ajeng Tejomukti, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement