Senin 03 Aug 2015 14:00 WIB

Pri Agung Rakhmanto, Reforminer Institute: Produksi Puncak Bisa Meleset

Red:

Apakah kejadian di Blok Cepu berpengaruh ke lifting minyak nasional?

Ya kalau pengaruh ke lifting sebenarnya tergantung. Pertama, terhadap produksi yang ada saat ini seberapa cepat bisa dikembalikan produksinya. Maksudnya yang sudah berproduksi seberapa lama dihentikannya.

Kalau sudah kembali ke produksi, ya kehilangannya seperti yang dikatakan itu 50 ribu barel per hari. Jadi, kalau cuma sehari-dua hari, ada kehilangan, tapi tidak signifikan karena tidak berlarut-larut. Terhadap puncak produksi bisa juga berpengaruh.

Kalau kemudian kerusuhan itu tidak bisa segera ditangani dan merambat pada penyelesaian proyek, ya memang akan berdampak pada kemunduran proyek, yang artinya puncak produksi bisa mundur lagi. Kalau proyeknya tidak selesai-selesai, ya tidak akan mencapai puncak produksi itu (tahun ini).

Ada perhitungan produksi jika berhenti sekian hari produksi puncak bakal mundur sekian minggu?

Belum lah, pemerintah juga nggak punya, baru sehari gini, apalagi saya orang luar, ya enggak tahu, hehehe. Soalnya kalau membaca pernyataan ExxonMobil Cepu Liited (ECML) dan pemerintah, selalu menyatakan "terkendali." Seberapa terkendalinya, kita tidak tahu.

Apa dampak terburuk kalau peak mundur?

Kalau puncak mundur, target lifting tidak terpenuhi, tidak sesuai di APBNP, berarti ya ada revisi di APBNP. Itu dampak terhadap ekonominya. Selanjutnya, biaya operasional dan cost recovery naik. Misalnya, tahun ini puncak kemudian mundur berapa hari berapa bulan, tentu akan menaikkan ongkos operasi.

Bagaimana Anda melihat kerusuhan di Blok Cepu?

Sebetulnya persoalan manajemen di tingkat operasional. Mungkin ada akumulasi kekecewaan dari pekerja subkontrak. Ada yang berkaitan dengan masalah sosial, kalau proyek ini berhenti, mereka tidak punya pekerjaan lagi.

Di satu sisi, pihak yang mempekerjakan kan ingin mendisiplinkan, ya kan, kalau saya cermati seperti itu. Menurut saya, butuh pendekatan yang lebih manusiawi terhadap pekerjanya di level seperti itu. Di sisi lain, harus membangun sistem yang tetap mendisiplinkan.

Maksudnya begini, supaya orang masuk tepat waktu dan istirahat tepat waktu, itu kan caranya bukan dengan pintunya dibikin satu, dari semula empat. Harusnya ada sistem lebih baik, ada reward-punishment lebih jelas. Kalau kerja jam sekian, ya datang jam sekian.

Dari manajemen ExxonMobile Cepu Limited (EMCL), apa yang harus dibenahi?

Paling tidak, dia kan punya standar kualitas kontrol terhadap bawahannya. Pengaturan jam kerja, operasional, dan layout pekerjaannya kan pengawasnya EMCL dan yang melakukannya Tripatra atau pihak lain dan kemudian disubkontrakkan, kondisinya memang begitu. Tetapi, pihak yang punya kewenangan, EMCL, bisa dibenahi sistemnya. n ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement