Selasa 03 Mar 2015 14:06 WIB

Rupiah Melemah Bagus untuk Ekspor

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai melemahnya rupiah pada awal pekan ini bagus bagi ekspor Indonesia. Ia beralasan, pendapatan rakyat lebih banyak berasal dari hasil ekspor. Pada Senin (2/3), nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.993 per dolar AS.

“Kalau rupiah melemah artinya ekspor akan naik. Hal bagus. Pendapatan rakyat lebih banyak ekspor, impor akan lebih sulit,” kata Kalla di kantor Wapres, Jakarta, Senin (2/3). Menurut dia, selama ini Indonesia mengekspor komoditas serta mineral.

Selain itu, Indonesia juga mengekspor berbagai produk pabrikan, seperti baju, tekstil, alat-alat listrik, dan lainnya. Menurut dia, Indonesia lebih banyak mengekspor manufaktur daripada komoditas. Batu bara juga diekspor dalam jumlah banyak.

Meski demikian, ia mengakui melemahnya rupiah berdampak pada pembayaran utang luar negeri karena jumlahnya lebih tinggi ketika rupiah melemah.

Namun, ia menambahkan, kalau utang baru pemerintah akan lebih banyak rupiahnya. Jadi, tak jauh berbeda. Ia menyatakan, sejumlah faktor menyebabkan rupiah melemah. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi Cina.

Pakar ekonomi Kodrat Wibowo mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah bisa dimanfaatkan pelaku ekonomi di sektor riil untuk memperkuat modal. Sebab, tingkat suku bunga yang turun menyebabkan pergeseran investasi.

Di sisi lain, menurut Kodrat, kondisi rupiah yang melemah ini juga menguntungkan masyarakat lokal yang menjadi pelaku ekonomi. Sebab, masyarakat lokal akan memilih investasinya pada dolar dan akan melahirkan keuntungan lebih besar.

Namun, Kodrat menilai, penurunan rupiah ini tidak perlu ditanggapi secara besar-besaran karena hal ini merupakan hal yang lumrah dalam mekanisme pasar yang berjalan. Ia malah menyebut, mestinya pemerintah bisa memanfaatkan momen ini menjadi menguntungkan.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto menyebut, pelemahan rupiah pada awal pekan ini berpotensi mengganggu bisnis pengusaha impor. Namun untuk bisnis ekspor, tentu pelaku usaha terkait akan senang-senang saja.

“Pengusaha impor akan berat, yang punya pinjaman dolar juga, rupiah tak boleh dibiarkan melemah,” kata dia. Hal yang sudah pasti, bila situasi nilai tukar terus melemah maka iklim usaha akan cukup terganggu.

Meski belum melakukan analisis khusus soal pelemahan rupiah, ia menduga penyebab utamanya karena faktor eksternal. Sebab, menurutnya, jika melihat kondisi dalam negeri saat ini, situasinya stabil bahkan cenderung baik-baik saja.

Menurut Yugi, hampir seluruh mata uang di dunia juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Hal baik dari pelemahan rupiah, lanjut dia, persaingan usaha ekspor akan menjadi lebih kompetitif.

Untuk mengembalikan kekuatan rupiah, kata dia, pemerintah bisa memulainya dengan membenahi permasalahan dalam negeri, misalnya membenahi birokrasi dan memudahkan investasi di bawah perlindungan regulasi. Pemerintah juga harus mengendalikan inflasi. rep: Dessy Suciati Saputri c78/c15 ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement