Jumat 24 Jun 2016 15:00 WIB

Hegemoni Cina Semakin Kuat

Red:

JAKARTA--Pengamat hubungan internasional, Hizkia Yosie Polimpung, melihat Cina sudah mulai menancapkan hagemoninya di ASEAN, terutama di Laut Cina Selatan. Menurutnya, Cina sudah memiliki strategi yang cukup kuat untuk memainkan peran di Laut Cina Selatan. Yosie mengatakan, Cina mulai menggunakan pendekatan bilateral ke beberapa negara ASEAN, seperti Laos, Kamboja, dan Brunei Darussalam. "Cina kayak nantang banget," katanya, Rabu (22/6).

Yosie melihat Cina dengan stabil menancapkan hegemoni geopolitiknya dengan pendekatan struktural ekonomi. Menurut Yosie, pendekatan bilateral menjadi salah satu cara Cina untuk mempereteli kekuatan ASEAN.

Pendekatan bilateral ini, menurut Yosie, akan sangat berbahaya karena Cina tidak lagi melihat ASEAN sebagai kekuatan regional. Selain itu, fungsi ASEAN di bidang pertahanan pun jadi tidak berjalan.

Yosie menambahkan, nota-nota protes Cina karena nelayannya ditangkap hanya sebuah gerakan kecil Cina. Yosie menuturkan, beberapa waktu lalu, ia mendapat informasi pasukan Cina melakukan latihan perang di selatan Laut Jawa.

"Kalau menurut aturan lewat, ya lewat saja, tapi tidak latihan perang juga," katanya.

Keberanian Cina menunjukkan hegemoninya, menurut Yosie, disebabkan oleh tidak ada gerakan dari Indonesia. Yosie menambahkan, persoalan Laut Cina Selatan akan terus berlarut-larut karena Indonesia menolak menyatakan diri sedang bersengketa. Sedangkan, Cina sudah memiliki strategi-strategi untuk memperkuat posisinya di kawasan ASEAN.

Dia juga menilai, kepentingan Amerika di Laut Cina Selatan untuk menggeser pengaruh Cina di kawasan tersebut sampai ke titik nol. Yosie mengatakan, saat ini beberapa pemikir hubungan internasional melihat geopolitik global sedang dalam perang dingin atau proxywar antara Amerika dan Cina. Dan, area pertarungannya di Asia Timur dan Asia Tenggara.

"Misalkan, kita bisa lihat Amerika sangat gencar untuk mengegolkan TPP (Trans-Pacific Partnership) di Asia Timur dan Tenggara, sementara Cina punya perjanjian serupa yang bernama Asia-Pacific Regional Economic. Sebenarnya sama, hanya yang satu Amerika, yang satunya lagi Cina," katanya.     rep: Lintar Satria, ed: Muhammad Hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement