BANJARMASIN--DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kalimantan Selatan menggelar musyawarah wilayah (musywil) VIII di Banjarmasin. Perhelatan tersebut dipercepat karena seharusnya dilaksanakan pada 2016.
Ketua DPW PPP Kalsel Rudy Ariffin mengungkapkan, meski pelaksanaan musywil dipercepat dari periodisasi kepengurusan, musywil harus tetap dilaksanakan karena hasil mandat muktamar VIII di Surabaya. "Muktamar VIII DPP PPP di Surabaya, musywil dilaksanakan selambat-lambatnya enam bulan setelah muktamar digelar," kata dia di Banjarmasin, Kamis (16/4).
Musywil VIII PPP Kalsel yang dibuka pada Rabu (15/4) akan memilih ketua DPW pengganti Rudy Ariffin. Gubernur Kalsel tersebut sudah menjabat sebagai ketua DPW hingga dua periode. Rudy sudah memenuhi batas waktu maksimal jabatan ketua sesuai AD/ART PPP.
Ketua Umum PPP hasil muktamar Surabaya M Romahurmuziy mengatakan, periodisasi kepengurusan PPP memang harus dipercepat sesuai hasil muktamar di Surabaya. Setelah muktamar digelar, DPW harus melaksanakan musywil paling lambat enam bulan, yaitu pada April. Setelah musywil digelar, paling lambat enam bulan setelahnya, musyawarah daerah harus dilaksanakan. Diikuti pelaksanaan musyawarah cabang selanjutnya musyawarah ranting dengan jangka enam bulan pascapelaksanaan musyawarah di tingkat atasnya.
Saat ini, kata Romi, sudah ada tujuh musywil yang digelar di seluruh Indonesia. Musywil juga akan diikuti untuk provinsi-provinsi lainnya pada April ini. Setelah seluruh DPW menggelar musywil, PPP akan memiliki periodisasi kepengurusan yang seragam dalam dua tahun. "Genap dua tahun siklus perubahan ketua menjadi seragam," kata Romi.
Parpol Islam
Dengan demografi penduduk Indonesia mayoritas Islam, harusnya menjadi keuntungan untuk partai politik berbasis Islam. Romi menilai parpol berbasis agama harusnya memiliki tempat yang leluasa di Indonesia. "Seharusnya, parpol berbasis agama punya cukup tempat leluasa dan menang," kata dia saat memberi kuliah umum di IAIN Antasari, Banjarmasin, Rabu (15/4).
Namun, fakta justru berbicara lain. Menurut Romi, dalam 11 kali pemilu, parpol Islam tidak pernah mengalami kemenangan. Perolehan suara untuk partai Islam masih kalah dibanding parpol berbasis nasionalisme. Partai Islam bahkan terpecah menjadi beberapa partai.
Selain itu, ciri pemenang dalam pemilu di Indonesia adalah mereka yang dapat mengerti bahasa pemilihnya. Faktanya, 62 persen pemilih dalam pemilu di Indonesia adalah mereka yang berpendidikan SMP ke bawah. Dengan ciri pemilih seperti ini, mereka tidak akan dapat membedakan visi atau misi calon pemimpin. "Jadi, yang paling penting adalah dengan bahasa kaumnya," kata dia.
rep: Agus Raharjo ed: A Syalaby Ichsan