Jumat 29 Aug 2014 12:32 WIB

PKB Perkuat Dukungan NU

Red: operator
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar memberikan keterangan pers terkait hasil sementara Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2014 di Jakarta, Kamis (10/4).
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar memberikan keterangan pers terkait hasil sementara Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2014 di Jakarta, Kamis (10/4).

PKB dinilai bakal berperan krusial dalam pemerintahan mendatang.

JAKARTA -- Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan membahas soal penguatan dukungan basis massa dari kalangan Nahdhatul Ulama (NU) dalam muktamar yang akan digelar, akhir pekan ini. Hal ini akan ditempuh dengan program kaderisasi dan pemberdayaan.

"Partai ini lahir dari rahim NU, tentu kita harus memperhatikan kader NU di akar rumput," ujar Ketua DPP PKB Marwan Jafar di Jakarta, Kamis (28/8). Langkah ini akan ditempuh dengan memperkuat kaderisasi. Caranya, dengan menanamkan Islam yang Rahmatan lil 'alamin yang ditambahkan dengan pemahaman nasionalisme.

PKB, jelasnya, akan menyuarakan parpol sebagai sarana meneruskan perjuangan para kiai-kiai NU terdahulu. Kader-kader PKB tersebar di seluruh tingkatan politik, dari DPRD hingga DPR, juga yang menjadi kepala daerah akan menekankan hal tersebut. "Semuanya berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat," imbuhnya.

Pemahaman seperti ini dinilainya akan memperkuat pemahaman massa di akar rumput mengenai pentingnya nasionalisme keagamaan. "Ketum kami sudah memaparkan, semoga nantinya PKB menjadi partai pemenang pemilu pada 2019," imbuh Marwan. Target itu akan dicapai melalui konsolidasi internal yang berkelanjutan.

Ia menegaskan, muktamar yang akan digelar dalam waktu dekat di Surabaya, bertujuan untuk itu. "Berproses. Semua ada waktunya. Mohon doa," ucap Ketua Fraksi PKB DPR RI ini.

Sebelumnya, Ketua PKB Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa memperkuat akar NU PKB akan jadi fokus pembahasan dalam muktamar. "Tentu, yang paling menguras konsentrasi saya adalah di mana merawat kekuatan NU secara maksimal," kata tokoh yang akrab dipanggil Cak Imin, beberapa waktu lalu.

PKB ingin agar kader di akar rumput yang mayoritas kalangan NU dapat terus diperhatikan. Pengetahuan mereka, kemudian pemberdayaan mereka, harus dapat ditingkatkan.

Menurut Muhaimin, kader NU yang mayoritas mendukung PKB adalah kalangan petani dan kaum santri. Mereka akan dimaksimalkan peranannya agar menjadi lumbung suara PKB.

Ia tidak ingin kader dari kalangan tersebut justru berpaling mendukung parpol lain. Justru, yang diinginkannya, kader NU yang semula mendukung parpol lain berpaling menjadi pendukung PKB.

Selain itu, Cak Imin mengatakan, PKB pun akan berusaha mencari cara untuk dapat merebut konstituen non-NU secara optimal. Muktamar menjadi pertemuan penting bagi PKB untuk mulai menyusun strategi menghadapi pemilu mendatang. Target PKB pada pemilu 2019 memang cukup mentereng. "Target yang dimandatkan Muktamar ini minimal mengalahkan Golkar," kata dia.

Menurut dia, struktur pengurus sampai bawah harus bergerak. Selain itu, perlunya menggerakan kekuatan pesantren, tokoh, kalangan muda, bahkan sampai seniman. Ia menyebut, pada Muktamar nanti akan mengundang para pelaku seni. "Untuk memberikan inspirasi bagaimana pola kerja pelaku seni ini dan seterusnya," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu.

Poin lainnya yang akan menjadi pembahasan dalam Muktamar nanti, menurut Cak Imin, mengenai berbagai konsep PKB untuk membantu pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. PKB merumuskan dan menyusun konsep itu dengan menuangkannya dalam Green Book sebagai hasil dari muktamar. Green Book tersebut akan mengupas berbagai persoalan, seperti APBN, pendidikan, ekonomi, energi, dan ketahanan pangan. "Itu juga menguras tenaga," kata dia.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan, PKB harus bermanfaat bagi bangsa Indonesia dan umat Islam. "Semakin bermanfaat, semakin baik tentunya bagi bangsa ini," ujar Said, kemarin.

Dia mengingatkan, PKB dilahirkan oleh NU. Partai tersebut didirikan oleh KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH Abdurrahman Wahid, KH A Mustofa Bisri, dan KH A Muhith Muzadi. "Apa yang menjadi nasihat beliau tentu harus dilaksanakan dengan baik," imbuhnya.

Diperhitungkan

Direktur Lembaga Penelitian Konsep Indonesia (Konsepindo) Research and Consulting Veri Muhlis Arifuzzaman menilai, PKB akan memainkan peran krusial dalam pemerintahan mendatang. Terlebih, karena partai tersebut dinilai sebagai salah satu faktor penentu kemenangan presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi- JK. "Sangat terlihat peran PKB," kata Veri Muhlis.

Kendati demikian, menurutnya, arti penting PKB tak hanya dalam pemenangan pilpres yang sudah lewat. PKB, menurutnya, merupakan partai dengan perolehan suara terbesar kedua dalam koalisi Jokowi. Sebab itu, suara PKB di parlemen sangat menentukan penilaian terhadap kebijakan Jokowi nanti.

Veri Muhlis mengingatkan Jokowi untuk tidak bermain-main dengan PKB. Jika PKB nantinya keluar dari koalisi Jokowi maka dipastikan Jokowi akan mengalami kesulitan di parlemen. Terlebih, pansus pilpres yang sudah dibicarakan DPR akan berlanjut dengan berbagai agendanya.

Pengabaian PKB di masa datang juga berpotensi mendelegitimasi kekuasaan Jokowi. Presiden terpilih, menurutnya, harus mengerti kebutuhan partai, sehingga dapat merangkulnya.

Veri menyatakan, Jokowi secara individu memang kuat dan didukung banyak figur dari berbagai kalangan. Tapi, ia menegaskan, Jokowi selaku pimpinan pemerintahan membutuhkan dukungan DPR. Salah satu kuncinya, merangkul PKB dan salah satu parpol Koalisi Merah Putih.  rep:erdy nasrul ed: fitriyan zamzami

***

Pasang Surut

Sejak pendiriannya, hubungan PKB dengan PBNU mengalami pasang surut. Berikut lini masa hubungan tersebut.

30 Mei 1998:Sejumlah kiai berkumpul di kantor Pengurus Wilayah (PW) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur dan mendorong pembentukan wadah politik untuk nahdliyin.

3 Juni 1998:

Pengurus Besar (PB) NU mengadakan rapat harian syuriyah dan tanfidziyah yang memutuskan pembentukan tim untuk memfasilitasi aspirasi politik nahdliyin.

26-28 Juni 1998

Tim yang dibentuk terkait usulan mendirikan parpol mematangkan rencana pembentukan parpol.

4 Juli 1998

Unsur pimpinan NU dari PBNU dan 27 perwakilan PWNU menyepakati pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

23 Juli 1998:

PKB dideklarasikan di Jakarta.

7 Juni 1999:

PKB untuk pertama kalinya mengikuit pemilu dan memperoleh sekira 12 persen suara.

20 Oktober 1999:

PKB dan sejumlah parpol lainnya berhasil mendorong Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI keempat.

1-2 Oktober 2005:

Muktamar PKB yang digelar di Surabaya memunculkan pertentangan antara pengurus partai dengan sejumlah kiai NU.

7 Juni 2009:

Tak harmonisnya PKB dengan PBNU dinilai menjadi pemicu penurunan drastis perolehan suara PKB pada Pileg 2009.

9 April 2014:

Pendekatan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar terhadap para kiai NU selepas perpecahan dianggap berhasil, perolehan suara PKB kembali meningkat.

9 Juli 2014:

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj secara pribadi mengatakan, mendukung pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Sebaliknya, PKB secara resmi memberikan dukungan untuk Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Sumber: Pusat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement