Kamis 23 Oct 2014 12:00 WIB

Selamatkan Partai Ka'bah

Red:

Kaharjo (62 tahun) mengaku sedih melihat konflik yang terjadi di tubuh PPP. Selama beberapa hari terakhir, ia tak pernah lekang menatap media massa yang terus memberitakan perseteruan kubu Romahurmuziy (Romi) dan kubu Suryadharma Ali (SDA).

Simpatisan PPP sejak era Orde Baru ini menilai, perseteruan yang terjadi lebih karena ego dari tiap-tiap individu untuk memperoleh apa yang diharapkan. Ia berharap konflik ini segera bisa diakhiri. "Jangan sampai PPP menjadi terpecah belah begini," katanya kepada Republika, Senin (20/10).

Warga Jalan Swadaya I Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini merupakan pensiunan pegawai BUMN. Ia mengaku menjadi pemilih PPP sejak pemilu 1977 dan 1982.

Ideologi keislaman yang dibawa PPP menjadi alasan baginya untuk menjatuhkan aspirasi politiknya kepada partai Ka’bah ini. Tetapi, ketika menjadi pegawai BUMN sejak tahun 1985, ia "terpaksa" memilih Golkar. Keadaan ini diakuinya sebagai kondisi yang sangat dilematis yang terjadi pada waktu itu karena hatinya masih ingin memilih PPP.

Reformasi yang terjadi pada 1998 kembali mengubah semuanya. Pada pemilu 1999 ia kembali bebas memilih sesuai hati. Kaharjo kembali ke PPP. Partai yang pernah menjadi tambatannya sebelum Orde Baru membuat hak politiknya tak berdaya. Ia mengaku tetap setia untuk memberikan suaranya ke partai Ka’bah pada pemilu 2004, 2009, dan 2014 meski ada beberapa parpol Islam baru yang lahir. Ke depan, ia tidak berpikir sama sekali untuk beralih ke partai lain. Walaupun juga, presiden pilihannya pernah tak sama dengan yang didukung PPP.

Kaharjo berharap konflik segera bisa diakhiri. Polemik yang berkepanjangan hanya akan menghabiskan energi, waktu, dan tenaga. Lebih baik, katanya, bersama-sama membangun partai yang disebut rumah besar umat Islam itu. Ia juga berharap semua pihak bisa bersatu dan bersama bahu-membahu membesarkan kembali partai yang terpuruk selama beberapa kali pemilu belakangan. "Kalau bisa tetap utuh, jangan sampai terjadi lagi seperti (lahirnya) Partai (Bintang) Reformasi atau apa itu. Cukup sekali itu saja," ujarnya.

Kaharjo kesal dan sedih dengan yang terjadi hari ini ketika mengingat sejarah lahirnya partai berasaskan Islam tersebut. Lahir pada masa Orde Baru—begitu represifnya penguasa—PPP datang untuk memperjuangkan nilai-nilai keislaman. Tetapi, partai yang dideklarasikan 5 Januari 1973 itu hari ini dilanda konflik internal yang tak berkesudahan.

Pada tahun ini PPP memang terus menyedot perhatian publik. Sayangnya, bukan karena capaian prestasi, melainkan justru ambisi dari dua kubu yang saling berseteru. Perseteruan dua kubu yang saling klaim kebenaran menjadikan partai berlambang Ka’bah itu kini berada di tubir jurang perpecahan.

Perseteruan itu pun menemui momentumnya. Puncaknya, kubu Sekretaris Jenderal DPP PPP M Romahurmuziy menyelenggarakan muktamar di Surabaya, 15-17 Oktober 2014. Lebih dari 2/3 dewan pimpinan wilayah (DPW) dan dewan pimpinan cabang (DPC) diklaim hadir dalam muktamar tersebut. Muktamar itu pun dianggapnya sah dan legitimate karena telah memenuhi syarat, baik AD/ART partai maupun Undang-Undang Partai Politik.

Tak tinggal diam, kubu kedua yang digawangi Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) ikut angkat bicara. Perang urat saraf pun terjadi. Pernyataan keduanya selama beberapa hari menghiasi halaman hampir di seluruh surat kabar di Indonesia.

SDA menganggap, muktamar Surabaya tak lebih hanya akal-akalan Romi, sapaan Romahurmuziy, yang tak sabar ingin menduduki takhta kepemimpinan di PPP. Sebelum muktamar Surabaya digelar, SDA juga menyatakan bahwa salah satu tujuan muktamar kubu Romi, yakni untuk bergabung dengan koalisi pendukung pemerintah.

Ujungnya, kata SDA, jabatan di kabinet Jokowi-Jusuf Kalla. Bahkan, menurut SDA, muktamar itu hanya menjadi bahan lelucon partai lain. Tak lama, muktamar Surabaya akhirnya memutuskan untuk memilih Romi secara aklamasi dan menyatakan diri sebagai partai pendukung pemerintah.

Di sisi lain, majelis syariah yang diketuai KH Maimoen Zubair mengeluarkan fatwa tertanggal 15 Oktober 2014. Kiai yang sangat dihormati itu meminta kedua kubu yang berseteru untuk islah sebelum muktamar digelar. Majelis syariah untuk sementara akan mengambil alih dan akan melaksanakan muktamar sesuai keputusan Mahkamah Partai. Mbah Moen begitu Kiai Maimoen akrab disapa juga menyatakan bahwa muktamar di Surabaya tidak sah. Namun, seperti masuk telinga kiri kemudian keluar telinga kanan, muktamar kubu Romi dkk terus jalan. Fatwa Mbah Moen pun tak dihiraukan.

Bukan pertama

Konflik di tubuh PPP tahun ini bukanlah yang pertama. Tokoh senior PPP Machfudhoh Aly Ubaid mempunyai cerita bahwa PPP pernah dilanda konflik internal.

Menurutnya, konflik dalam organisasi sangat wajar apalagi dalam partai politik.  Ia menceritakan, ketika kepemimpinan Djailani Naro (1978-1989), PPP pernah dilanda konflik serupa pada 1987. Kemudian, ketika era PPP dipimpin Hamzah Haz (1998-2007) juga terjadi konflik yang berujung lahirnya Partai Bintang Reformasi (PBR) tahun 2002.

Tapi, Machfudhoh berharap konflik kali ini tidak sampai berujung pada hal yang sama seperti tahun 2002. Ia berkeyakinan, konflik yang terjadi saat ini akan berujung pada perdamaian atau islah antarkedua kubu. "Asalkan ada kemauan, insya Allah ada jalan," ujarnya.

ed: muhammad hafil.

***

Kronologis Perseteruan

23 Maret 2014

Suryadharma Ali (SDA) hadiri kampanye Gerindra. Sikap ini memicu protes dari elite internal PPP.

11 April 2014

Waketum PPP Emron Pangkapi menyuarakan evaluasi kepemimpinan SDA.

16 April 2014

SDA mengumumkan pemecatan waketum PPP Suharso Monoarfa dan empat ketua DPW PPP.

17 April 2014

Emron Pangkapi membela Suharso. Ia dan Sekjen PPP Romahurmuziy mengatakan SK pemecatan palsu.

18 April 2014

SDA mendukung Gerindra dan Prabowo Subianto sebagai capres.

19 April 2014

- SDA memecat sekjen Rohamurmuziy.

- Romahurmuziy dibela oleh tiga waketum PPP, yakni Emron Pangkapi, Lukman Hakim Saifuddin, dan Suharso Monoarfa, serta menggelar Rapimnas untuk memecat SDA.

22 April 2014

Rapat pleno untuk Islah kedua kubu dan menganulir semua keputusan SDA terkait pemecatan dan koalisi ke Gerindra.

23 April 2014

DPP PPP menggelar Mukernas di Bogor dan menghendaki SDA mengakhiri jabatan lebih cepat.

24 Apil 2014

SDA menyatakan permintaan maaf dan menerima semua keputusan mukernas.

22 Mei 2014

DPP PPP menggelar rapimnas untuk berkoalisi dan mendukung Prabowo sebagai capres.

*Pascapilpres

9 September 2014

- Rapat harian DPP PPP memecat SDA dari posisi ketum.

- SDA melawan dan memecat 15 pengurus.

- Kedua kubu lalu berlomba mendaftarkan legitimasi kepengurusan ke Kemenkumham.

25 September 2014

- Mahkamah Partai dan Kemenkumham menyatakan kepengurusan yang sah adalah SDA sebagai Ketum dan Romahurmuziy sebagai Sekjen.

6 Oktober 2014

- PPP tidak mendapat jatah kursi pimpinan MPR di Koalisi Merah Putih sehingga memutuskan bergabung ke Koalisi Indonesia Hebat pengusung Jokowi-JK.

10 Oktober 2014

- Elite PPP kubu Romahurmuziy menegaskan bahwa mereka sudah resmi meloncat ke Koalisi Indonesia Hebat.

- SDA menegaskan bahwa mereka tetap di Koalisi Merah Putih.

11 Oktober 2014

- Kedua kubu sama-sama ingin mengadakan muktamar.

- Kubu Romahurmuziy ingin mengadakannya pada 15-18 Oktober 2014, sedangkan kubu SDA menginginkan pelaksanaan pada 23-26 Oktober.

- Mahkamah Partai menyatakan semua kegiatan sah apabila ditandatangani SDA dan Romahurmuziy.

- SDA membatalkan muktamarnya, sedangkan Romahurmuziy melanjutkan.

15-18 Oktober 2014

- PPP kubu Romahurmuziy menggelar Mukernas di Surabaya.

- Romahurmuziy terpilih sebagai Ketum PPP.

- Ketua Majelis Syariah PPP KH Maium Zubair tidak mengakui hasil muktamar Surabaya.

20 Oktober 2014

- Majelis Syariah mengagendakan forum muktamar pada 30 Oktober. Muktamar ini digelar sebagai forum islah kedua kubu yang masih bersitegang.

Sumber: Pusat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement