Senin 14 Jul 2014 12:00 WIB
samba 2014

Ironi Brasil di Tanahnya Sendiri

Red:

Menjadi tuan rumah Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1950, Piala Dunia 2014 seharusnya menjadi kesempatan Brasil untuk kian menegaskan dominasinya di kancah sepak bola internasional.

Tapi, apa yang terjadi justru sebaliknya, juara lima kali Piala Dunia itu malah hancur lebur di tanahnya sendiri. Meski mampu mengakhiri turnamen pada posisi empat besar, tapi kekalahan memalukan dari Jerman dan gagal mengalahkan Belanda pada perebutan tempat ketiga membuat Brasil menutup Piala Dunia 2014 dengan kekecewaan besar.

Kekalahan 0-3 dari Belanda pada laga perebutan tempat ketiga, Ahad (13/7) dini hari WIB, menjadi akhir petualangan Brasil pada Piala Dunia 2014. Alih-alih mampu bangkit seusai dihajar Jerman 1-7 pada laga semifinal, Brasil malah tidak bisa tampil maksimal menghadapi Belanda.

Status Brasil sebagai tuan rumah dan juara Piala Konfederasi 2013 silam pun tercoreng dengan berbagai rekor buruk yang dipecahkan oleh tim besutan Luiz Felipe Scolari tersebut dalam sejarah Piala Dunia. Secara khusus pada Piala Dunia 2014, Brasil menjadi tim yang paling banyak kebobolan dengan 13 kali. Ini menjadi jumlah gol terbanyak yang mereka derita pada satu ajang Piala Dunia.

Kekalahan 1-7 dari Jerman dan 0-3 dari Belanda jelas menjadi kontribusi terbesar atas catatan tim Samba itu. Tidak hanya itu, kekalahan dari Jerman mengantarkan Brasil sebagai tim kedua yang mengalami kekelahan terbesar pada putaran final Piala Dunia, yang hingga kini masih digenggam Arab Saudi dengan kekalahan 0-8 dari Jerman. Belum lagi kekalahan itu sebagai kekalahan terbesar yang diterima Brasil dalam 100 tahun terakhir atau selama perkembangan sepak bola modern di Brasil.

Wajar rasanya jika publik Brasil langsung mengungkapkan kekecewaannya atas penampilan David Luiz dan kawan-kawan. Bahkan, salah satu warga Brasil menilai, kegagalan total mereka pada Piala Dunia 2014 akan benar-benar mengubah persepsi warga Brasil terhadap tim Selecao.

"Negara ini kemungkinan besar sudah tidak percaya lagi kepada mereka. Mereka telah melewatkan kesempatan untuk bisa kembali membangun reputasi mereka," kata warga Sao Paulo, Fernando, seperti dikutip DW.

Warga Brasil lainnya, Daniela, bahkan menyebutkan, kegagalan pada Piala Dunia 2014 dan kekalahan dari Belanda jelas akan mejadi beban tersendiri buat para penggawa timnas Brasil. Secara lebih khusus, kegagalan pada Piala Dunia akan memberi imbas kepada warga Brasil. "Tanggung jawab tim Selecao untuk bisa tampil lebih baik lagi akan kian besar. Tidak hanya itu, kegagalan itu juga akan mempengaruhi rakyat Brasil, karena kami adalah tuan rumah Piala Dunia 2014," kata Daniela.

Dalam sebuah kolomnya pada harian olahraga Brasil, mantan pemain timnas Brasil, Tostao, dengan tepat menggambarkan kelemahan yang dihadapi tim Samba saat ini. Kelemahan itu menjadi kunci kegagalan Brasil pada Piala Dunia 2014 serta kegagalan mereka merengkuh titel Piala Dunia di tanahnya sendiri. "Kami (para pemain timnas Brasil) sepertinya sudah lupa bermain sebagai tim," tulis Tostao seperti dikutip Reuters.

Secara taktik dan strategi tim, Tostao juga menyebut, pelatih Brasil, Luiz Felipe Scolari, terlalu memaksakan diri untuk mengandalkan permainan Brasil di lini tengah. Padahal, Brasil tidak memiliki pemain dengan kualitas mumpuni di lini tengah. Ketidaan pemain bagus di lini tengah membuat para penyerang Brasil kesulitan menembus pertahanan lawan. Belum lagi dengan ketergantungan yang terlalu besar terhadap Neymar.

Tostao tidak berlebihan dalam memberikan komentarnya. Sejak ditinggal Neymar lantaran mengalami cedera tulang punggung pada laga perempat final, Brasil memang limbung dan terlihat gagap saat harus menginisiasi serangan ke pertahanan lawan. Fred, Oscar, dan Hulk sepertinya sudah lupa untuk bisa memulai serangan dan melakukan ancaman ke gawang lawan.

Puncaknya, saat Neymar dan Thiago Silva absen pada laga semifinal, kontra Jerman. Kekalahan 1-7 benar-benar memukul Brasil. Dampak psikologis akibat kekalahan itu pun masih terasa hingga tim Samba memainkan laga perebutan tempat ketiga.

"Setelah kekalahan 1-7, laga melawan Belanda benar-benar berat secara psikologis. Tapi, kami seharusnya bisa mengevaluasi penampilan kami dan tidak lagi melakukan kesalahan-kesalahan serupa pada kemudian hari," kata bek tengah Brasil, Thiago Silva, seusai laga melawan Belanda.

Satu-satunya hal bagus yang bisa diambil dari perjalanan Brasil pada Piala Dunia 2014 adalah kemunculan pemain-pemain muda yang masih menjanjikan untuk bisa tampil apik pada Piala Dunia 2018. Saat ini, Neymar masih berusia 22 tahun sedangkan Oscar dan Willian, masing-masing masih berusian 23 dan 25 tahun. Selain itu, pemain-pemain tim utama, seperti Hulk, Marcelo, dan Luis Gustavo, juga baru menginjak awal 30-an saat melakoni Piala Dunia 2018.

Selain itu, ada rasa kebanggaan tersendiri yang terpancar dari para pemain muda itu saat membela tim Samba. "Para pemain ini masih muda dan mereka sudah begitu bangga memperkuat Brasil pada Piala Dunia. Ini adalah kelebihan yang harus kami terima," kata Daniela.rep:reja irfa widodo ed: abdullah sammy

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement