Selasa 22 Jul 2014 14:30 WIB
wawancara

Kami Netral tanpa Manipulasi

Red:

Hasil hitung ce pat alias quick count yang digelar Radio Republik Indonesia (RRI) jadi sorotan belakangan. Ken dati sukses menggelar quick count dengan hasil yang ter bilang akurat pa da Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, keter li batan RRI meng gelar hitung cepat dipertanyakan pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014.

Sebagian meni lai, RRI tak sepatutnya menggelar hitung cepat sebagai lembaga penyiaran negara. Lain nya menyandarkan akurasi RRI atas hasil pilpres.

Bagaimana kisah dibalik hitung cepat RRI? Wartawan Republika Andi Mohammad Ikhbal mewawancarai Direktur Utama RRI Rosarita Niken Widiastuti terkait hal itu. Berikut petikannya.

Kendati disebut akurat, quick count RRI dituding tak netral, bagaimana tanggapan Anda dan kolega?

Saya tegaskan, RRI tak punya konsultan atau pihak tertentu di balik survei. Semua dilakukan secara profesional.

Meski ada tuduhan seperti itu, kami mungkin akan tetap melakukan survei pada pemilu mendatang. Karena hanya melalui cara itu kami dapat menginformasikan ke publik bagaimana hasil pemungutan suara.

RRI itu netral dan independen, tidak ada sama sekali keterkaitannya dengan politik. Quick count ini adalah produk intelektual dengan metodelogi ilmiah yang kami pakai. Jangan ditarik ini kepada isu, keberpihakan pada salah satu pasangan calon, karena kami tak ada kepentingan di sana. Survei ini hanya alat pembanding sebagai informasi saja.

Apa resep di balik akurasi hitung cepat RRI?

Survei RRI menggunakan kuantitatif multistage ran dom sampling. Dengan sistem ini, kami menentukan 2.000 TPS amatan yang dipilih dengan pertimbangan paling merepresentasikan suara pemilih, bahkan sampai ke daerah-daerah perbatasan. Sebab, TPS sampel yang RRI ambil haruslah cerminan dari seluruh Indonesia.

Survei RRI ini melalui beberapa proses tahapan seperti melakukan stratifikasi, mulai dari tingkat provinsi sampai ke desa/kelurahan. Ada rumus agar sampel bisa mewakili keseluruhan.

Siapa yang diterjunkan untuk mengumpulkan data?

Sebenarnya, mayoritas dari karyawan RRI sendiri yang jumlahnya lebih dari 8.000 orang. Sekitar 70 per sen yang mengumpulkan data dari mereka. Kalau ada yang kurang, di mana dalam satu daerah tidak ada orang internal kami, maka sisanya 30 persen adalah ke lompok pemerhati RRI.

Kami tentunya melakukan seleksi kepada kelompok tersebut dan mereka menandatangani pakta inte gritas. Komitmennya harus menyampaikan data secara benar tanpa melakukan manipulasi dan tidak berafilia si pada pasangan calon atau partai politik manapun.

Siapa penggagas survei RRI ini?

Sebenarnya, yang menggagas survei RRI ini, saya sendiri, tidak ada pihak yang menawarkan jasanya untuk keperluan tersebut. Awal mulanya, pada 2009 mantan dirut RRI Parni Hadi mencetuskan ide untuk menyelenggarakan quick report. Konsepnya sama dengan hitung cepat sekarang ini. Saya sebagai direktur program dan produksi yang menjalankannya.

Sebelumnya, saya memang pernah berkecimpung di penelitian, jadi bagaimana konsep dan metodeloginya saya yang susun sendiri. Sekarang ini, quick count ini dipegang Divisi Pusat Penelitian Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan (Puslitbangdiklat).

RRI sebenarnya bukanlah lembaga survei yang baru akan melakukan penelitian, sehingga memerlukan biaya pengadaan yang besar. Kami memiliki SDM yang cukup banyak, sehingga bisa dioptimalkan dalam proses pengumpulan data pemilu. Selain itu, RRI juga memiliki fasilitas yang memadai dalam hal teknologi.

Bagaimana pembiayaan quick count?

Itu pendanaan rutin RRI. Tapi, berapa jumlahnya sa ya tidak tahu karena ada 86 satuan kerja. Puslit bang diklat hanya salah satunya, lalu berapa anggaran mereka untuk survei, saya tidak hapal.rep:andi mohammad ikhbal ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement