Ahad 13 Nov 2016 17:00 WIB

Mendeteksi Kecerdasan Si Mungil

Red:

Hasan Basri Asyari di usia 21 bulan sudah bisa bernyanyi. Walaupun belum semua lirik lagu anak-anak dihafalnya, satu-dua lagu dia sudah bisa. Selain itu, Hasan juga sudah pintar menggenjot sepeda roda tiganya. Bahkan, ketika di rumah ia tidak bisa diam banyak bergerak dan banyak berbicara.

Melihat perkembangannya, sang bunda tentu sangat senang. Kecerdasan yang dimiliki Hasan belum tentu dimiliki anak lainnya. Karena itu, cara mengajarkan anak pun berbeda sesuai dengan kecerdasannya.

Psikolog dan pendidik, Thomas Armstrong, mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, orang tua perlu memahami kemampuan belajar anak mereka. Juga menstimulasinya sesuai dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing anak.

Saya percaya kita perlu memahami bahwa anak-anak kita pintar dalam banyak hal dan harus menstimulasi mereka dengan pengalaman yang menarik untuk mengembangkan kepintaran mereka, ujar pria yang juga pakar multiple intelligence. Armstrong menulis disertasi doktoral pertamanya mengenai topik tersebut 30 tahun yang lalu. Saat ini, memiliki lima buku tentang multiple intelligence, dalam acara peluncuran Parenting Club PT Wyeth Nutrition di Jakarta, belum lama ini.

Armstrong menjelaskan, ada delapan jenis kecerdasan atau kepintaran yang dimiliki oleh setiap anak, yakni word smart, number smart, picture smart, music smart, body smart, people smart, self smart, dan nature smart. Semuanya dapat dioptimalkan melalui stimulasi yang tepat. Cara terbaik untuk mengembangkan kepintaran anak adalah dengan memahami karakternya, karena setiap anak berbeda, ujarnya.

Orang tua dapat mencari tahu minat dan kekuatan anak, sehingga dapat mempertajam kepintarannya berdasarkan kedua aspek tersebut. Mereka kemudian dapat melakukan berbagai hal bersama-sama dengan keluarga untuk menstimulasi berbagai macam kepintaran.

Mengenal kecerdasan anak

Parenting educator, Dr Andyda Meliala, mengatakan, untuk mengetahui delapan kecerdasan anak, rumah adalah tempat yang tepat. Kecerdasan anak ini sudah bisa terlihat sejak anak masih bayi. Misalnya, sebelum satu tahun kita sudah bisa melihat anak bisa berguling-guling dengan cepat, lincah, itu berarti body smart-nya bagus.

Atau ada anak yang cepat bisa bicara, usia enam bulan sudah bisa mengatakan mama, papa, dada. Ini menunjukkan word smart yang bagus dan bahasanya sudah mulai muncul. Contoh lainnya, saat orang tua menyetel musik anak usia satu tahun langsung bergoyang. Itu tandanya music smart-nya sudah mulai berkembang, katanya.

Terkadang karena banyak bergerak, orang tua berpikir si anak tergolong nakal. Padahal, anak tersebut bisa jadi memiliki body smart yang bagus. Anak yang memiliki body smart juga bisa berguling, melempar bola dan hal lainnya di usia dini.

Ketika sudah menemukan kecerdasan anak, orang tua perlu melakukan stimulasi, ujarnya.

Mengembangkan optimal

Andyda Meliala mengatakan, kepintaran anak akan berubah terus bergantung kepada stimulasi yang diberikan. Orang tua perlu memberikan stimulasi yang tepat sejak dini. Untuk mencapai hasil terbaik, orang tua harus membiasakan untuk memberi stimulasi setiap hari melalui kegiatan yang menyenangkan dan kreatif. Stimulasi adalah kunci untuk mengembangkan otak anak secara optimal, ujarnya.

Stimulasi, kata dia, harus diberikan sejak dini. Bagaimana bentuknya? Ia mencontohkan, stimulasi music smart dengan menyanyikan lagu bersama anak. Kalau anak masih kecil kita menyanyikan anak mendengarkan. Misalnya, sebelum anak tidur, kita nyanyikan dahulu, Nina Bobo.

Dan ketika bangun pagi nyanyikan lagu ceria, untuk membangunkan mood anak, katanya. Bentuk stimulasi lain yang bisa mendorong perkembangan delapan kecerdasan anak adalah dengan membacakan buku. Kegiatan seperti ini, menurut dia, bisa dilakukan dengan cara sederhana di mana pun.

Misalnya, saat  ke supermarket, belajar angka dengan cara yang mudah. Nak, ini ada cara supermarket mengatur barang-barangnya, berdasarkan kategori, lihat, ujarnya mencontohkan dialog anak dan orang tua.    Oleh Desy Susilawati, ed: Nina Chairani

Self  Smart, People Smart yang Terlupakan

Meski semua kecerdasan itu penting dikembangkan, Andyda Meliala mengingatkan pentingnya self smart. Kecerdasan ini, menurut dia, belum terlalu disadari orang tua. Ini adalah kemampuan untuk mengelola diri, mengenali emosi, mengeksplorasi, dan lalu bisa mengelolanya.

Misalnya ketika anak sudah besar, dia bisa mengerjakan pekerjaan rumah tanpa disuruh. Dia mungkin mau main gim. Dia harus menghindari distraksi itu, pengendalian itu agar dia bisa mengerjakan yang harus dikerjakan, itu bagian dari self smart, katanya.

Menurut dia, self smart ini adalah kemampuan yang masih kurang mendapat perhatian. Padahal, ini adalah fondasi dari semua kecerdasan. Jika ingin anak cerdas secara matematika, secara bahasa kuncinya ada di self smart. Sebab, anak yang self smart-nya berkembang, dia merasa nyaman, aman, dan dia bisa belajar. Selain itu,  people smart juga perlu distimulasi.

Dia mengatakan, anak perlu bergaul. Sejak balita mereka perlu belajar untuk antre, berbagi, minta tolong, berterima kasih dan minta maaf. Ini semua perlu dikembangkan sejak dini. Selama ini, orang tua sering takut jika anaknya kebanyakan stimulasi.

Namun, selama kegiatan yang dilakukan menyenangkan dan anak merasa senang dapat dilanjutkan. Sebaliknya kalau anak sudah mulai menoleh, sudah terlihat mulai bosan, hentikan. Cobalah cari kegiatan yang lain. Karena itu, dia menyarankan agar para orang tua kreatif dan makin pintar.

Menurut dia, tidak ada kata terlambat untuk mendeteksi dan menstimulasi anak. Sebab, sifat otak dinamakan plastisitas otak senatiasa berubah. Otak itu senantiasa berubah bergantung kepada apa yang dilakukan dan dipikirkan anak. Stimulasi yang konsisten, kata dia, idealnya dilakukan setiap hari. Jika belum pernah, bisa dimulai 15 menit satu hari dan mencoba melakukan selama 21 hari agar menjadi kebiasaan.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement