Ahad 17 Jul 2016 19:35 WIB

Ngulik 18 Fondasi Karakter Anak

Red: Firman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anak-anak jadi korban kejahatan, anak-anak jadi pelaku kejahatan. Keterlibatan anak- anak dalam dunia kejahatan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir membuat pengamat sosial dan etika Asti Kleinsteuber gundah.

"Statistik pelanggaran dan kejahatan atas dan oleh anak Indonesia beberapa tahun terakhir sudah sangat menyeramkan," ungkap Asti dalam saat ditemui di Omah Sendok, Juni lalu.

Ia menilai minimnya pendidikan nilai- nilai dasar yang tepat pada anak itu me - nyebabkan turunnya kualitas masyarakat secara umum. Penurunan kualitas ini tecermin pada perilaku masyarakat yang kurang baik itu. Asti menunjuk contoh lain pada perilaku yang abai pada lingkungan seperti membuang sampah sembarangan.

Penurunan kualitas akibat minimnya pendidikan karakter ini, lanjut Asti, juga dapat membawa dampak negatif bagi perkembangan anak-anak. Pasalnya, penurunan kualitas masyarakan juga dapat diindikasikan dari besarnya angka kejahatan yang melibatkan anak, baik sebagai korban atau pun pelaku kejahatan.

Data dari Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional perlindungan Anak Indonesia pun menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2010-2014 tercatat ada lebih dari 21,8 juta kasus pelanggaran hak anak di mana 58 persennya merupakan kasus kekerasan seksual.

Oleh karena itu, Asti terdorong untuk berperan langsung dalam meningkatkan kesadaran berbagai pihak akan pentingnya pendidikan karakter bagi anak. Pasalnya, Asti menilai selama ini pendidikan karakter untuk anak belum mendapatkan perhatian yang cukup. Salah satu cara Asti untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter ialah dengan memperkenalkan nilai-nilai dasar kehidupan yang ia tuangkan ke dalam buku Seri Budi Pekerti Pendidikan Karakter.

Pengalaman pribadi

Melalui buku Seri Budi Pekerti Pendidikan Karakterini, Asti memperkenalkan 18 nilai yang perlu dipahami dengan baik oleh anak agar anak-anak dapat memiliki fondasi yang kuat dalam proses pembentukan karakternya. Kedelapanbelas nilai tersebut ialah cinta, kejujuran, keterbukaan, respek, tanggung jawab, percaya diri, keberagaman, toleransi, kedamaian, keramahan, konsisten, harga diri, disiplin, perhatian, peduli, budaya, teknologi dan kekerasan.

Asti mengatakan ke-18 nilai tersebut ia rumuskan melalui pengalaman pribadi yang ia dapatkan selama menjalani hidup di dua benua berbeda. Pengalaman menjalani hidup di dua benua berbeda ini membantu Asti dalam memahami pendidikan karakter bagi anak-anak dari dua dimensi yang berbeda secara netral.

ke-18 nilai tersebut kemudian dijabarkan oleh Asti secara terpisah di dalam 18 jilid Seri Budi Pekerti Pendidikan Karakter. Dalam jilid 'Toleransi', misalnya, secara khusus Asti memberikan pemahaman mengenai toleransi yang mudah dipahami oleh orang tua beserta dengan ilustrasi yang menarik bagi anak.

"Toleransi itu unsur dari kedamaian. Sangat penting untuk ditanamkan pada anak sejak dini," kata Asti.

Melalui jilid 'Kekerasan', Asti juga membuka mata para pembaca mengenai beragam kekerasan yang menghantui anak dan mungkin kurang disadari oleh masyarakat. Bentuk-bentuk kekerasan tersebut dapat 'tersembunyi' di balik pilihan mainan yang kurang pantas, di balik penindasan sesama teman, di balik niat jahat pelecehan seksual oleh orang terdekat hingga di balik ketiadaan perhatian orang tua.

Jika orang tua atau pun orang terdekat anak tidak menyadari paparan kekerasan ini pada anak, maka pembentukan karakter anak pun akan terganggu. Jika dibiarkan, nilai- nilai kekerasan yang salah dan terserap oleh anak bukan tidak mungkin dapat menjadi cikal-bakal lahirnya pemahaman radikalisme pada anak.

Fondasi kokoh

Melalui 18 nilai yang dikupasnya, Asti berharap anak-anak akan memiliki fondasi yang kokoh untuk tumbuh menjadi generasi penerus yang kuat, kompetitif, jujur dan positif. Dengan begitu, Asti optimistis anak- anak akan lebih siap untuk tumbuh menjadi generasi yang transparan dan mampu untuk membangun interaksi yang lebih baik lagi.

Di samping muatan yang kental akan pendidikan karakter, buku Seri Budi Pekerti Pendidikan Karakter juga hadir dengan tampilan yang manis dan penuh warna. Tiap- tiap jilid dari Seri Budi Pekerti - Pendidikan Karakter dibalut oleh warna sampul buku yang cerah sehingga dengan mudah dapat me narik minat anak-anak untuk mempelajarinya bersama orang dewasa.

"Melalui buku ini, saya ingin membantu revolusi mental ke arah mental yang positif," ujar Asti.

Aktivis sosial kemasyarakatan Krisnina Maharani atau lebih dikenal dengan Nina Akbar Tandjung menyambut baik terbitnya buku Seri Budi Pekerti Pendidikan Karakter. Pasalnya, Nina menilai saat ini pendidikan karakter masih sangat minim dan banyak kekurangan.

Oleh karena itu, Nina menilai buku terbitan Genta Kreasi Nusantara ini dapat menunjang pendidikan karakter yang menurut Nina masih kurang memadai. Dengan tampilan buku yang menarik, Nina pun optimistis jika Seri Budi Pekerti Pendidikan Karakterdapat menumbuhkan kembali kepedulian masyarakat akan pentingnya pendidikan karakter bagi anak.

"Senang sekali kami memiliki kepedulian yang sama (tentang pendidikan karakter anak). Buku ini juga manis, tipis, sehingga mudah dipelajari," terang Nina.  Oleh  Adysh Citra R ed: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement