Ahad 10 Jul 2016 19:49 WIB

Sepotong Negeri Bagi Pembaca

Red: Firman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebuah karya berupa cerita pendek atau cerpen, sering kali membuat pembacanya lebih mudah larut ke dalam cerita. Cerpen juga dianggap lebih mudah dipahami, dengan cerita yang sudah kompleks.

Para penulisnyapun setuju bahwa cerpen tidak memerlukan waktu yang lama untuk dibuat. Sering kali cerpen pun bisa dibaca dan dinikmati tanpa memerlukan waktu berhari-hari layaknya sebuah novel.

Hal tersebutlah yang kemudian menjadi pedoman bagi penulis kumpulan cerpen berjudul Negeri di Balik Bulankarya Achmad Munjid, yang merupakan seorang dosen di Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Dalam buku yang sampulnya berupa lukisan karya Nasirun tersebut terdapat 22 judul cerpen. Cerpen-cerpen itu adalah cerpen-cerpen yang dibuat dari Februari 1995 hingga Juni 2004.

Dalam rentang waktu tersebut, Munjid selalu berkarya dengan membuat cerpen-cerpen sastra menarik dan inspiratif baik dalam bentuk fiksi maupun yang berdasarkan kisah nyata. Beberapa cerpen karyanya bahkan diangkat dari kisah empiris personal, seperti judul "Adikku, Kakakku" dan "Pernikahan Kami".

"Inspirasinya banyak sekali, semua rata-rata diangkat dari persoalan empiris sehari-hari yang saya alami. Namun ada beberapa yang merupa rekaan imajiner, seperti judul Senja dan Gerimis yang saya tulis berdasarkan suasana hujan pada sore hari," katanya kepada Republikadi Jakarta, Senin (27/6).

Dalam buku setebal dua ratus halaman lebih dengan judul Negeri di Balik Awan sendiri tersebut, sebenarnya bukanlah cerpen unggulan dari sang penulis. Munjid mengaku bahwa pemilihan judul bukunya tersebut hanya berdasarkan judul puitis yang kiranya dapat menarik minat para pembaca.

Dikarenakan bersifat cerpen, karya- karyanya ini juga sudah sering terbit di beberapa koran, jurnal dan majalah di Yogyakarta, Bandung, Jakarta serta kota-kota besar lainnya. Bahkan, cerpen berjudul "Pernikahan Kami" yang pernah diterbitkan di Jawa Post tersebut diakuinya merupakan sebuah hadiah pernikahan untuk istrinya kala itu.

Meski begitu, Munjid mengaku dari sekian banyak karyanya dalam kumpulan cerpen tersebut, ada satu judul yang menjadi favoritnya yakni cerpen berjudul "Adikku". Cerpen ini secara keseluruhan mengisahkan tentang sebuah kritik terhadap kepatuhan mutlak para santri terhadap sang kyai-nya yang kadang bagi orang luar pesantren tidak masuk akal.

Sang adik rela dinikahi oleh lurah santri laki-laki kesayangan sang kyai atas perintah sang kyai. Sebaliknya, si suami adiknya itu tidak pernah datang menjenguk saat adiknya sakit sebab belum diizinkan oleh sang kyai.

Bahkan, puncaknya sang suami adiknya itu hanya datang untuk melihat jasad adiknya dan lang sung kembali lagi ke pesantren, tanpa mengikuti proses penguburan jenazah istrinya. Ini disebab kan oleh perintah kyai juga yang memintanya kembali malam itu juga.

Meski sulit untuk menilai kejadian itu sebagai tragedi fiksi atau nyata, namun menurutnya kisah tersebut merupakan cerita nyata yang ia dedikasikan untuk mengenang sosok adiknya yang telah lama meninggal dunia. Begitupun dengan cerita berjudul Kakakku yang juga diangkat dari empiris kisah pribadi, saat kakaknya meninggal.

"Dua karya tersebut, judulnya memang tidak menarik. Tapi banyak pembaca yang mengaku cukup larut dalam ceritanya. Kisah-kisah ini juga saya buat untuk meluapkan kesedihan saya yang pernah kehilangan orang yang disayangi," ungkapnya.

Meski judul dalam cerpen ini sangat beragam, Munjid lebih memilih judul "Negeri di Balik Bulan" sebagai judul utama dalam bukunya. Sebab, judul puitis ia anggap lebih dapat menarik pembaca dan judul tersebutpun sedikit banyak juga sudah mewakili keselurahan dari isinya.

Meskipun terselip beberapa cerpen fiksi, namun penggemar maestro sastra Indonesia Pramodya Anantatoer ini selalu yakin bahwa pembaca cerpennya tetap mendapatkan pesan moral dalam karya yang ia buat tanpa harus mengalami pengalaman tersebut. Ke depannya, bukan tidak mungkin ia juga akan membuat sebuah novel yang jauh lebih menarik dan membuat pembaca penasaran dengan berdasrkan kisah dari judul-judul unggulan dalam buku ini. Oleh Aprilia Safitri Ramdhani ed: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement