Ahad 15 May 2016 15:28 WIB

Bermain Bersama Anak

Red: operator

Bermain dengan anak bukan masalah waktunya, tetapi bermain dengan cara yang efektif 

 

Qonita (3,5 tahun), mengajak bundanya bermain lego. Ia ingin membuat istana putri yang megah dan cantik. Maklum, dia sangat terobsesi dengan tayangan yang berbau putri-putrian. Sang bunda meskipun sibuk bekerja mencoba meluangkan waktu untuk putri kecilnya itu.

Bunda ikut bermain. `'Qonita mau main apa, Nak?'' tanya Bunda. 

Qonita pun mengatakan keinginannya untuk membuat istana. Sang bunda menyambutnya antusias.

Sesekali bunda memuji kreativitas Qonita. Namun, tak sedikit pula bunda bertanya dan mengkritik si upik saat bermain.

Bunda Qonita termasuk salah satu orang tua yang beruntung masih bisa bermain bersama anaknya. Di luar sana, kondisi saat ini banyak anak yang kurang bermain bersama orang tuanya. Hal ini diakui oleh psikolog anak, Ine Indriani.

Ia mengatakan fenomena yang ada saat ini mengenai masalah bermain adalah kedua orang tua sibuk bekerja.

Aktivitas ayah bunda yang padat ditambah dengan kemacetan di jalan raya. Alhasil, waktu berkumpul menjadi semakin singkat. Selain itu, fenomena gawai membuat interaksi anak dan orang tua menjadi berkurang.

"Ini membuat anak kurang gerak. Apalagi kalau orang tua sedang capeksepulang kerja, jadi tak ada waktu untuk bermain," jelas Ine dalam parenting workshop seriestentang bermain sejenak untuk emosi anak yang lebih sehat dan lebih dekat dengan ayah- bunda, di Perguruan Cikini, Jumat (29/4).

Bukan hanya itu, kondisi anak juga berbeda dengan zaman orang tuanya ketika masih kanak-kanak. Dulu anak-anak bisa bermain dengan rumput, pasir, air comberan, tanah, dan lain-lain. Namun, kondisi sekarang yang ada adalah rumput sintetis.

Selain itu, masih banyak orang tua yang tidak tahu cara membangun hubungan berkualitas dengan anak.

Anak juga banyak mengikuti berbagai les yang mengasah kognitif dan kurang bermain. "Padahal tugas utama anak usia nol sampai enam tahun adalah bermain. Dan usia di atas enam tahun masih membutuhkan waktu bermain," jelasnya.

Nah sekarang waktunya para orang tua merefleksikan diri, berapa lama waktu yang kita luangkan untuk bermain dengan anak? Permainan apa saja yang biasa di mainkan anak sehari-hari? Bagaimana komunikasi kita saat bermain dengan anak? Apakah orang tua ikut main atau menemani anak bermain?

Manfaat bermain Bermain memiliki banyak manfaat, mulai dari manfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, sampai perkembangan emosi dan sosial. Perkembangan fisik misalnya, anak menjadi lebih sehat dan kuat dengan bergerak. Selain itu, koordinasi dan kontrol tubuh anak lebih baik. Pada gawai hanya jempol yang bermain.

Manfaat pada perkembangan fisik lainnya adalah sensori-motoranak juga menjadi lebih matang.

Sementara, perkembangan kognitif anak juga berkembang saat bermain. Misalnya, anak mampu mengasah kemampuan bahasa dengan banyak bertanya.

Kemampuan logika dan analisis pun berkembang, serta mengasah pengetahuan umum anak.

Sedangkan perkembangan emosi dan sosial anak yang berkembang saat bermain, misalnya meningkatkan rasa aman dan percaya diri, mengasah kemampuan regulasi emosi dan mengasah empati. Selain itu juga mengasah resiliensiatau kemampuan anak ketika ada masalah tidak mudah murung. Juga mengasah kemampuan berkerja sama, bersosialisasi dan mengasah kemampuan mengatasi konflik.

Masalah-masalah emosi-sosial pada anak misalnya cemas, tidak percaya diri, sulit diatur, sulit diajak bekerja sama, membangkang, dan sulit mengontrol emosi.

Prinsip PRIDE Nah, apakah sebagai orang tua kita sudah bermain efektif dengan anak? Ine mengajak orang tua untuk bermain efektif. Bermain efektif tidak harus selalu berlama-lama, yang terpenting mengetahui prinsip bermain dan Anda hadir saat bermain.

Ine mengatakan untuk itu bisa diterapkan prinsip PRIDE, yaitu pujian, refleksi, imitasi, deskripsi, dan enjoy. Prinsip pertama pujian, yaitu memuji perilaku positif. Manfaatnya adalah meningkatkan perilaku yang diinginkan, memungkinkan anak tahu apa yang Anda suka, meningkatkan harga diri anak dan menambah kehangatan hubungan. Selain itu, bisa menjadi model perilaku sosial yang positif dan membuat kedua orang tua dan anak merasa baik.

Contoh pujian misalnya "Ide bagus menggambar bunga ini." Bisa juga dengan "Keren ya pilihan warnanya." Atau "Terima kasih sudah berbagi dengan Mama." Atau "Kreatif bisa gambar dengan berwarna-warni".

Prinsip kedua adalah refleksi ucapan anak. Hal ini bermanfaat untuk menunjukkan Anda mendengarkan dan memahami anak. Meningkatkan kemampuan berbicara anak, meningkatkan komunikasi sosial, menenangkan anak yang cemas dan cara nonkritis mengoreksi anak.

Contoh refleksi misalnya, anak: "Aku bisa sendiri".

Orang tua : "Ya, kamu melakukan sendiri". Atau bisa juga, Anak : "Aku menggambar bunga berwarna biru".

Orang tua : "Kamu menggambar bunga biru". Bisa juga, Anak : "Aku lelah". Orang tua : "Kamu lelah".

Prinsip ketiga, imitasi, yaitu imitasi perilaku positif atau sesuai. Manfaatnya adalah membantu anak merasa penting, mengekspresikan rasa setuju terhadap permainan anak, sebagai contoh dan meningkatkan perilaku yang diinginkan serta meningkatkan perilaku meniru anak terhadap apa yang Anda lakukan.

Contoh imitasi, misalnya orang tua mengatakan,"Mama juga mau pasang balok seperti kamu." Atau,"Mama juga mau aduk-aduk tehnya".

Prinsip keempat adalah deskripsi, mendeskripsikan perilaku anak yang sesuai. Manfaatnya bisa mening katkan konsentrasi dan perhatian terhadap aktivitas, menenangkan anak yang aktif, mengajarkan kosa kata untuk perilaku yang diinginkan, meningkatkan kesa daran anak dan mengelola rasa ingin tahu anak. Contoh deskripsi adalah, orang tua mengatakan,"Adik menaruh kembali mainannya". Atau "Adik memotong-motong play dough-nya."

Prinsip kelima dan terakhir adalah enjoy. Manfaatnya adalah menunjukkan minat pada anak, model emosi positif, meningkatkan minat anak dalam bermain, menciptakan kehangatan dalam hubungan serta memperkuat perilaku yang diinginkan.

Contoh bermain enjoyadalah senyum, kontak mata, merangkul anak, menggosok punggung, mengusap rambut, suara yang hangat, tertawa bersama, bertepuk tangan atau mengatakan,"Mama senang bermain dengan kakak."   Oleh Desy Susilawati, ed: Nina Chairani

 

Tugas utama anak usia nol sampai enam tahun adalah bermain. Dan usia di atas enam tahun masih membutuhkan waktu bermain.

 

 

Jangan Lakukan Ini

1 Jangan banyak memerintah 

Memerintah itu menciptakan peluang konflik dan sikap negatif, serta mengalihkan perhatian dari momen positif saat bermain. Misalnya orang tua mengatakan ,"Baloknya ditaruh situ, dong." Atau "Harus dikasih warna kuning bajunya." Jika orang tua melakukan itu, menurut Ine, anak akhirnya akan malas atau capekbermain.

2 Jangan banyak bertanya 

Dengan banyak bertanya anak merasa tidak didengar dan tidak disetujui. Selain itu dapat meningkatkan frustrasi anak, dapat menimbulkan rasa bersalah jika terdapat jawaban tidak tepat. Contohnya orang tua mengatakan,"Ini lagi buat gunung-gunung ya?" Atau "Mana orangnya?"

3 Jangan mengkritik 

Dengan mengkritik orang tua tidak memberikan arahan apa pun, fokus perhatian pada perilaku negatif, anak-anak merasa tersudut oleh kata-kata tersebut, membuat ini tidak efektif, dan dapat memicu perilaku negatif. Misalnya orang tua mengatakan,"Masa gunung warna hitam." Atau,"Gambarnya jelek banget." Karena itu Ine mengingatkan orang tua untuk meminimalkan kata jangan, tidak, setop, cukup, dan bukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement