Senin 02 May 2016 18:00 WIB

Hardiknas- Tumbuhkan Kreativitas Pelajar Indonesia

Red:

Setiap individu diyakini memiliki kemampuan bawaan. Adalah kreativitas yang menjadi bekal bagi setiap orang untuk mengembangkan ide-ide dalam dirinya. Kreativitas dapat diasah mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Lingkungan menjadi salah satu faktor yang akan menentukan, di mana ia tinggal dan menghabiskan waktunya guna mengembangkan kreativitas yang ada dalam diri.

Pendiri Pendidikan Karakter Education Consulting, Doni Koesoma, mengungkapkan, kreativitas merupakan sebuah daya cipta yang membutuhkan imajinasi. Dalam sebuah proses pendidikan, seorang siswa ataupun mahasiswa membutuhkan kemampuan berimajinasi. Imajinasi memiliki dua kategori, di antaranya sesuatu yang dinyatakan dan yang tidak diungkapkan. Apabila kreativitas tersebut masih dalam bentuk angan-angan, menurut Doni, hal itu belum terwujud. Maka, kreativitas itu merupakan sebuah imajinasi yang harus diwujudkan dalam dunia nyata.

"Kalau hanya bayangan, itu nggak kreatif. Misalkan, orang memba yang kan sebuah mobil terbang, kata kanlah itu, mungkin dia bisa gambar dulu. Tetapi, ketika nanti, mewujudkan itu namanya kreativitas. Jadi, kreativitas itu gabungan antara imajinasi dan realisasi dalam kenyataan," ujarnya.

Namun, sayangnya, kata dia, proses pendidikan di Indonesia belum begitu banyak membangkitkan kreativitas. Dalam pembelajaran masih begitu standar. Contohnya, ketika membaca sebuah teks dalam bahasa Indonesia, maka pertanyaan hanya seputar bacaan tersebut. Tidak ada pertanyaan yang kreatif sehingga membuat pelajar menelurkan jawaban yang out of the box atau di luar dari cara berpikir yang biasa.

Berpikir saja, menurut Doni, memang tidak cukup. Seseorang harus dapat menelurkan idenya dalam dunia nyata. Sekolah ataupun kampus memiliki peranan penting guna membangkitkan kreativitas anak didiknya melalui lingkungan yang di luar dari pemikiran biasa.

Sebelumnya, Doni mengunjungi salah satu SD. Di sekolah ini disediakan sebuah papan kreativitas. Namun, gambar dalam lukisan dari semua siswa isinya serupa, yang membedakan hanya warnanya. Maka, dari papan tersebut, menurut dia, bukanlah sebuah kreativitas yang lahir. "Pelajar seharusnya dapat mewujudkan sesuatu yang unik, khas, berbeda, bentuk, dan ekspresi."

Padahal, dengan kreativitas yang terus dibangun dari sekolah, seseorang akan dapat memiliki jalan keluar alternatif apabila menemui sebuah masalah. Sedangkan, orang biasa tidak memiliki jalan keluar. Sementara, dengan kreativitas, seseorang dapat memiliki solusi alternatif yang tidak banyak dipikirkan orang lain serta dapat mengeluarkannya dari masalah.

Lembaga pendidikan, menurut Doni, harus dapat memberikan ruang dan mengapresiasi kreativitas siswa. Ke depan, ia berharap, sistem pendidikan dapat mewadahi kreativitas anak dan memberikan kebebasan dalam berpikir dan belajar. Artinya, anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya, maka sesuatu yang menarik baginya bisa dijadikan sebuah pembelajaran.

Pemicu kreativitas

Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Andreas Tambah, menjelaskan beberapa faktor yang dapat memicu anak lebih kreatif di tempatnya menimba ilmu. Salah satunya, orang tua dan sekolah hendaknya memberikan kebebasan bagi anak dalam memilih program atau jurusan yang disukai. Selain itu, orang tua juga dapat mengarahkan anaknya untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat dan bakatnya.

Sekolah dan kampus hendaknya mem fasilitasi peserta didik atau mahasiswa dengan berbagai kegiatan yang menum buhkembangkan minat atau bakat yang mereka miliki. "Sekolah dan kampus bisa menciptakan sebuah pembelajaran yang bersifat student center," ungkapnya.

Ia melanjutkan, lembaga pendidikan dapat menyuguhkan pembelajaran yang bersifat eksploitasi, penemuan, dan entrepreneur. Selanjutnya, sekolah juga dapat memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada anakanak tampil di depan untuk memimpin.

Andreas mengatakan, akan timbul dampak yang buruk apabila jurusan yang dipilih disesuaikan dengan kemauan orang tua daripada anaknya. Ke depan, jati diri anak akan hilang, produktivitasnya akan rendah, dan anak hingga dewasa akan menjalani hidup tidak sesuai dengan dunianya. Ijazah yang dimiliki pun tidak sesuai dengan keahlian dan ia bisa bekerja di bidang yang bukan keinginannya.

Sejauh ini orang tua dan sekolah, menurut Andreas, belum menyadari betul akan kreativitas anaknya. Mereka belum dapat menampung segala kreativitas yang dimiliki oleh para pelajar. "Pemerintah harus mendukung generasi muda untuk mandiri, tidak menjadi follower dan konsumer produk luar negeri. Seorang anak sebaiknya mampu bersaing dalam kancah internasional," kata Andreas.

Ada beberapa macam kreativitas yang dapat dibangun oleh para pelajar. Di antaranya, kemandirian di rumah, termasuk mengurus diri, pandai memanfaatkan benda-benda di sekitar, menjadi pemimpin di komunitasnya, pandai memanfaatkan waktu dan peluang untuk hal-hal yang positif, serta mampu menyelesaikan masalah. rep: Rossi Handayani  ed: Khoirul Azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement