Jumat 13 Mar 2015 14:00 WIB

SMP GIBS Gelar Seminar Pendidikan Karakter

Red:

BARITO KUALA -- Sekolah Menengah Pertama Global Islamic Boarding Schools (GIBS) Barito Kuala, Kalimantan Selatan, mengadakan launching sekaligus menggelar seminar pendidikan bertajuk "Pendidikan Berkarakter untuk Remaja Awal". Seminar dengan pembicara psikolog Tanti Diniyanti Nugraha dan Presiden Direktur Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Sutrisno Muslimin itu diadakan di kampus GIBS, Jalan Trans Kalimatan, Desa Sungai Lumbah, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel, Sabtu (21/2). "Seminar pendidikan tersebut kami adakan dalam rangka peluncuran SMP GIBS yang mulai menerima peserta didik untuk tahun ajaran 2015/2016," kata Kepala SMP GIBS Andi Gunawan kepada Republika, Senin (9/3).

SMP GIBS merupakan pengembangan GIBS. Sebelumnya, GIBS yang bernaung di bawah Yayasan Hasnur Centre (didirikan oleh H Abdussamad Sulaiman HB, seorang pengusaha asli Kalimantan) sudah mempunyai SMA yang tahun ini akan meluluskan angkatan pertamanya. Andi menjelaskan, pada acara launching, SMP GIBS mengundang para siswa kelas VI SD dan III SD serta para kepala sekolah dan guru dari empat kabupaten/kotamadya di Provinsi Kalsel, yaitu Kabupaten Barito Kuala, Kotamadya Banjarmasin, Kotamadya Banjar, dan Kabupaten Banjar Baru.

Tatkala para siswa mengikuti try-out maka para kepala sekolah dan guru SD dan SMP yang berjumlah sekitar 300 orang mengikuti seminar pendidikan. "Seminar pendidikan memiliki tujuan utama memberikan dan membuka wawasan para kepala sekolah dan guru mengenai dunia remaja awal," ujar Andi. Saat didaulat berbicara, Sutrisno Muslimin mengungkapkan, dalam Islam, pembicaraan ihwal karakter bisa dilihat Alquran surah Ali Imron (3) ayat 190-192.

"Ayat tersebut intinya menjelaskan dua indikator ulil albab, yakni selalu ingat kepada Allah dan selalu berpikir tentang ciptaan Allah," kata Sutrisno. Sutrisno kemudian menjelaskan, berkaca pada ayar tersebut, terdapat beberapa kriteria ulil albab. Pertama, harus religius, termasuk di dalamya sabar, ikhlas, tawadhu, tawakal, dan tangguh.

Kedua, kritis, termasuk di dalamnya yatafakkur (berpikir), ya’lam (mengetahui), dan yasy’ur (tidak hanya berdasarkan logika, tapi juga perasaan). Ketiga, memiliki wawasan luas. Keempat, bisa membaca fenomena alam dan fenomena sosial.

"Kalau bicara pendidikan untuk remaja awal (baru masuk SMP), perlu dibagi visi pendidikan jangka pendek dan jangka panjang," kata pria peraih gelar doktor pendidikan dari Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Jawa Barat itu. Lebih lanjut, Sutrisno menambahkan, pembicaraan pendidikan karakter sebaiknya merujuk kepada Asmaul Husna. "Sebanyak 99 sifat atau nama Allah dalam Asmaul Husna merefleksikan 99 karakter," kata Sutrisno.

Sebagai contoh Ar-Rahman (Maha Pengasih) yang disebutnya sebagai visi pendidikan jangka pendek.  Semua manusia mendapat rahman dari Allah, misalnya, udara yang sifatnya gratis untuk semua manusia. "Sedangkan Ar-Rahim (Maha Penyayang) merupakan visi pendidikan jangka panjang yang sifatnya abadi (akhirat). Ar-Rahim ini hanya diberikan kepada orang-orang tertentu, yakni yang beriman dan beramal saleh," ujar Sutrisno. n Irwan Kelana ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement