Jumat 20 Feb 2015 15:00 WIB

Pede dengan Komunikasi Interpersonal

Red:

Kemampuan komunikasi interpersonal menjadi kompetensi penting untuk dimiliki pelajar atau mahasiswa. Karena, setelah lulus mahasiswa akan berhubungan dengan orang banyak baik dalam konteks pekerjaan atau tugas.

Jika komunikasinya tidak bagus, seseorang dapat mengalami kegagalan dalam pekerjaan. Apalagi, dalam dunia kerja kini banyak mengandalkan hasil wawancara.

Karena bertatap muka, komunikasi interpersonal (antarpribadi) memungkinkan setiap pelaku untuk menangkap reaksi orang lain secara langsung. Baik secara verbal, maupun nonverbal.

Bagi profesional, kemampuan berkomunikasi sangat berpengaruh pada kemajuan kariernya. Apalagi menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015, lulusan perguruan tinggi di Indonesia akan bersaing dengan sarjana dari luar negeri.

Lalu, bagaimana jadinya jika pelajar setingkat lulusan perguruan tinggi tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik? Maka, tidak menutup kemungkinan para sarjana Indonesia akan tersingkir dari persaingan oleh tenaga kerja luar.

Direktur Pendidikan Karakter dan Education Consulting Doni Koesoema mengatakan, terdapat indikasi kalau mahasiswa pada tingkat perguruan tinggi memiliki kesukaran dalam mengekspresikan gagasannya, baik lisan maupun tulisan. Tidak sedikit malah mahasiswa yang masih gugup dan kurang memiliki rasa percaya diri ketika berkomunikasi dengan orang lain. 

Pada umumnya, kata dia, lembaga pendidikan, dari SD hingga perguruan tinggi, kurang memiliki fokus pada public speaking. Termasuk, kemampuan ekspresi menulis yang masih lemah. Padahal, idealnya setingkat mahasiswa harus sudah bisa berpikir kritis dan mengekspresikan pendapat melalui lisan maupun tulisan. 

Ia menerangkan, kurangnya komunikasi interpersonal pada mahasiswa bisa disebabkan karena rasa kurang percaya diri, kemampuan akademik yang rendah, dan atau tidak menguasai bidang ilmu tertentu. "Mereka tidak terbiasa untuk berdialog atau berdiskusi dengan orang lain untuk hal-hal akademik. Tapi, sebaliknya, lebih pada hal-hal yang kurang bermutu," terangnya.

Hubungan interpersonal juga bergantung pada banyaknya pengalaman berjumpa dengan banyak orang. Sementara, di era teknologi saat ini, hampir semua orang menggunakan gadget dan sibuk dengan alat komunikasinya masing-masing.

Hal itu disebut menjadi satu alasan yang bisa menurunkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara interpersonal dengan orang lain. Tapi, kemampuan komunikasi interpersonal yang baik bisa dilatih. Karena, kemampuan komunikasi merupakan pengalaman dan latihan.

Ia menjelaskan, pelatihan seperti public speaking, debat, belajar berbicara dengan baik, dan menyampaikan argumentasi perlu dilakukan di dalam kampus. Dalam hal ini, universitas dapat menyelenggarakan program yang serius dalam hal pendidikan karakter bagi mahasiswa. 

Selain itu, ia berpendapat, langkah mendorong kemampuan berkomunikasi mahasiswa juga bisa dilakukan melalui metode evaluasi, seperti metode ujian secara lisan.

Guru besar Ilmu Komunikasi UIN Bandung Asep Saeful Muhtadi menambahkan, terdapat tiga kemampuan dasar dalam berkomunikasi, yaitu berbicara, menulis, dan mencatat dengan baik. Seseorang yang tidak memiliki kemampuan interpersonal akan berdampak pada pembentukan rasa percaya diri. Meskipun seseorang memiliki banyak gagasan, tetapi ia tidak bisa mengekspresikannya secara komunikatif.

Asep menilai, masih banyak proses pembelajaran di tingkat universitas yang kurang memberikan keleluasan bagi mahasiswa untuk mengekspresikan diri dan gagasan. Proses pembelajaran masih menitikberatkan pada kemampuan kognitif.

Sementara, dosen cenderung memberikan pengajaran dengan satu arah dan mahasiswa hanya menjadi pendengar serta tidak aktif berbicara.

Karena itu, tambah dia, penting untuk menciptakan suasana sosial dalam proses pembelajaran. Tak hanya itu, mata kuliah ilmu komunikasi, khususnya komunikasi terapan, juga perlu dimasukkan dalam pembelajaran di setiap fakultas.

Mata kuliah itu diberikan sebagai kemampuan dasar komunikasi bagi mahasiswa. Karenanya, penting agar universitas dapat melakukan intervensi guna menumbuhkan kemampuan berkomunikasi. Seperti, melalui ekstrakulikuler, pelatihan kemampuan retorika, acara debat, dan diskusi.

Menurutnya, komunikasi interpersonal yang baik bergantung pada kepribadian seseorang. Misalnya, bersikap terbuka, tidak terlampau mendominasi situasi, memberikan kesempatan orang lain mengungkapkan pendapatnya, dan sanggup tenggelam dalam dunia orang lain. Bahasa tubuh yang baik juga penting, bahkan lebih dari 50 persen berpengaruh dalam proses berkomunikasi yang baik.

N c73 ed: mansyur faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement