Jumat 10 Oct 2014 12:00 WIB

Memupuk Minat Belajar Iptek

Red:

Bicara mengenai teknologi, akan terbayang negara Jepang. Jepang merupakan salah satu kiblat di Asia dalam hal teknologi rekayasa. Penemuan-penemuan di bidang robotik dari Jepang hampir selalu menimbulkan decak kagum. Negara Matahari Terbit itu sudah mampu membuat berbagai jenis robot. Bahkan, mereka sudah bisa membuat robot yang memiliki perasaan.

Menciptakan teknologi rekayasa sedemikian canggih ini menjadi impian dari komunitas robot Indonesia. Kemajuan teknologi terapan di Indonesia, terutama bidang robotika, masih perlu dikembangkan. Suka tidak suka, robotik menjadi salah satu jalan menuju kemandirian teknologi.

Langkah menuju kemandirian teknologi terus dirajut. Siang itu, Selasa (30/9), siswa-siswa SMA percaya diri memamerkan karya robot kreasi mereka dalam sebuah workshop. Ghenas Daffa, siswa SMA Rawabunga, Jakarta Timur, memamerkan robot pengangkat benda-benda ringan. Siswa-siswa lain juga memamerkan karya mereka yang tak kalah menarik. Robot kian populer di kalangan anak muda.

Ketua komunitas robot Indonesia Adiatmo Rahardi mengatakan bahwa kreativitas penyuka dan pembuat robot ini diharapkan bisa memicu lahirnya inovasi teknologi di Indonesia pada masa yang akan datang. Adi mengatakan bahwa anak-anak seusia TK pun ada yang tergabung dalam komunitas ini.

Tentu, katanya, anak-anak seusia empat hingga delapan tahun itu tak lepas dari dukungan orang tua. Orang tua yang tertarik pada robotik mengirimkan anaknya untuk mulai membuat robot-robot sederhana. Ia menganggap ini sebagai angin segar agar kelak beberapa tahun lagi muncul di bidang teknologi untuk semakin memudahkan manusia dalam beraktivitas. "Adanya komunitas ini kita harapkan mereka baik nantinya kuliah elektro atau tidak, mereka bisa membuat sesuatu," ujar Adiatmo.

Mayoritas komunitas robot Indonesia terdiri atas mahasiswa-mahasiswa elektronika. Namun, orang-orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan teknik juga cukup banyak yang bergabung. Karena minat yang tinggi dan keuletan, mereka autodidak sehingga mampu belajar secara mandiri membuat robot.

Diawali dengan pembuatan robot, pada masa depan ia mengharapkan orang-orang Indonesia bisa terlatih mengembangkan teknologi. Dengan begitu, orang-orang Indonesia sudah terbiasa dengan inovasi. Beruntung, sekolah-sekolah di kota besar sudah menaruh perhatian kepada robotika. Di Jakarta misalnya, ia menyebutkan komunitas sekolah di Kebayoran telah menjadi wilayah percontohan untuk pendidikan robot.

Diakuinya, perlu waktu yang tidak sebentar untuk menjadikan robotik ini akrab dengan anak-anak SMA. Pria yang juga membina ekstrakurikuler di beberapa sekolah itu tak menyangka anak-anak selevel SMA sudah bisa membuat robot yang cukup canggih. Mereka sudah mampu membuat robot, desain tiga dimensi, bahkan sudah mulai menggunakan aplikasi ponsel yang makin canggih. Pretasi inilah yang lantas diduplikasi di sekolah-sekolah lain di wilayah Kebayoran.

Kemitraan SMART Lab

Tak ada yang gratis dalam membangun inovasi. Pun ketika ingin maju dalam dunia robotik, diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk memfasilitasi bakat dan minat anak-anak untuk berkarya. Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI) bekerja sama dengan The U.S. Agency for International Development (USAID) meluncurkan program Science, Math, Art, Engineering and Technology (SMART) Laboratory (SMART Lab) untuk siswa tingkat SMA.

SMART Lab memberikan pelatihan khusus kepada guru sehingga mampu menumbuhkan minat pelajar Indonesia di bidang science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) melalui metode ajar yang inovatif. Pelatihan ini diharapkan juga mampu memberikan cara pengajaran lebih mendalam mengenai STEM di Indonesia. Saat ini, sebanyak 350 tenaga pendidik dari SMA tersebut mendapatkan pelatihan mendalam mengenai STEM dari Program SMART Lab.

Asisten Deputi Urusan Pendidikan Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat Kemenko Kesra, Femmy Kartika Putri, mengatakan bahwa implementasi STEM di sekolah-sekolah percontohan ini diharapkan mampu menyempurnakan teknik pembelajaran yang mendukung implementasi Kurikulum 2013. "Siswa akan menyenangi pelajaran yang berhubungan dengan STEM sehingga bisa inovatif dan kreatif," katanya.

Ia mengungkapkan bahwa tingkat persaingan global Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Meskipun berada di peringkat 38 dari 148 negara, di bidang inovasi Indonesia masih tertinggal dibandingkan Malaysia. Indonesia berada di peringkat 33, sedangkan negeri jiran itu sudah berada di peringkat 25.

Berdasarkan studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2012, peringkat pendidikan Indonesia di bidang matematika dan sains menempati urutan ke-64 dari 65 negara. Ketinggalan ini, menurutnya, harus dikejar dengan berbagai upaya agar bisa meningkatkan daya saing bangsa.

Derrick Brown, Acting Mission Director, USAID, mengatakan, keahlian yang belum memadai dan minimnya minat tenaga pendidik dalam mengajar STEM menjadi penyebab rendahnya kemampuan pelajar Indonesia untuk berprestasi pada bidang ini. Kegiatan yang dilakukan di SMART Lab dirancang agar para peserta dapat belajar STEM dengan cara menyenangkan. "Lab ini memungkinkan pelajar untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari untuk merancang world-changing projects," ujarnya.

Rektor USBI Aman Wirakartakusumah mengatakan, untuk mengikuti perkembangan zaman, para guru harus dibekali dengan pelatihan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi di dalamnya. Hal ini bertujuan agar metode ajar dapat menjadi inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan minat pelajar pada bidang STEM. Dengan sistem pendidikan STEM yang kuat, Indonesia memiliki modal untuk menghadapi berbagai tantangan dalam beberapa bidang, seperti energi, kesehatan, lingkungan, dan keamanan nasional. rep:dwi murdaningsih ed: hiru muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement