Jumat 26 Sep 2014 14:32 WIB

Jaring Arsitek Profesional Lewat Sayembara

Red: operator

Arsitek muda perlu dukungan agar bisa berkembang.

Saat Presiden kedua Indonesia Soeharto masih berkuasa, Indonesia giat menggalakan slogan untuk melakukan berbagai pembangunan fisik. Proyek padat karya, istilah gotong royong saat itu mudah didengar dan dilihat. Di era itu juga, jurusan arsitektur dan teknik sipil menjadi primadona. Sebab, dua bidang itu selaras dengan rencana besar Indonesia untuk menggiatkan pembangunan infrastruktur. Arsitektur dan teknik sipil menjadi jurusan primadona bagi lulusan sekolah menengah awal (SMA) sebagai tujuan selanjutnya meneruskan jenjang pendidikan. Mantan presiden Soeharto pun mendapat sebutan sebagai Bapak Pembangunan.

Namun, seiring perubahan zaman, minat kaum muda terhadap jurusan arsitektur dan teknik sipil mulai terganti dengan jurusan-jurusan sosial. Jurusan ilmu komunikasi, ekonomi, maupun hukum menjadi rebutan lulusan SMA. Meskipun, jurusan arsitektur tidak juga surut peminat. Hal ini terkait kebutuhan dunia kerja saat ini yang  tidak seperti dulu. Kesempatan berkarier dari jurusan ilmu sosial menawarkan lebih banyak kesempatan karena dapat berkarier lintas jurusan. Sementara, bidang ilmu seperti arsitektur, hanya mampu memberi ruang lebih sempit bagi lulusannya untuk berkarier di bidang tersebut. Akibatnya, banyak lulusan arsitektur justru menyeberang untuk berkarier di luar bidang yang selama perkuliahan dipelajarinya.

Muhammad Amry, Staf Khusus Kerja Sama Strategis Ikatan Arsitek Indonesia, mengungkapkan, dari seluruh lulusan jurusan arsitektur tiap tahunnya, hanya sekitar 20 persen yang berkarier di bidang arsitektur. Selebihnya, mereka bekerja bukan dalam bidang ini. Kondisi ini memang sangat ironis, pasalnya, saat ini bidang arsitektur memang sedang mengalami surut penghargaan dari pemerintah. Lulusan bidang arsitektur tak banyak dimanfaatkan bagi pembangunan bangsa. Padahal, di banyak negara di dunia, pemerintah memanfaatkan tenaga arsitek untuk ikut mengembangkan kawasan.

Sebagai negara berpenduduk kelima terbesar, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah arsitek yang minim. Secara profesionalitas, tenaga arsitek Indonesia hanya sekitar 48 orang yang sudah memegang sertifikasi arsitek Asia. Sebagai pembanding, misalnya, Singapura yang luasannya sangat kecil dibanding Indonesia sudah menyumbang sekitar 350 arsitek yang tersertifikasi di tingkat Asia.

Salah satu penyebabnya, kata Amry, banyak lulusan arsitek yang tidak melanjutkan karier di bidangnya. Atau, bahkan lulusan jurusan arsitektur masih sedikit yang mendapatkan pekerjaan sesuai pendidikannya.

“Sayembara arsitektur menjadi upaya untuk mengangkat dan memberi peluang lulusan baru agar lebih aware terhadap spesialisasi arsitektur,” kata Amry kepada Republika. Menurut Amry, perlu lebih banyak sayembara bidang arsitektur untuk kembali mengangkat minat mahasiswa maupun lulusan jurusan arsitek bekerja di bidang yang mereka pelajari. Bahkan, sayembara arsitektur menjadi ajang mengasah kemampuan bibit arsitek sebagai persiapan menuju dunia profesional. Pasalnya, sayembara arsitektur pasti menerapkan tahapan pembuatan desain, seperti yang diterapkan dalam dunia kerja profesional. Mereka yang sudah pernah mengikuti sayembara arsitek pasti lebih mudah memasuki dunia profesional karena sudah berpengalaman.

Sayangnya, sayembara arsitektur di Indonesia dapat dikatakan masih minim. Dalam setahun, Ikatan Arsitek Indonesia hanya mampu membuat empat sayembara. Sedangkan, mahasiswa maupun lulusan arsitek sangat banyak. Solusinya adalah pemerintah ikut menunjang dengan sayembara bangunan publik yang akan dibangun. Sebab, harusnya setiap bangunan publik perlu disayembarakan. Selain mendapat desain terbaik, juga untuk menggairahkan jurusan arsitektur. Selain itu, juga perlu dukungan instansi di luar pemerintah, misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang properti.

PT Sinar Mas Land adalah salah satu pihak swasta yang menyambut ide menggelar sayembara bidang arsitektur. Sinar Mas Land menggelar Young Architect Competition 2014. Sayembara yang merancang desain bangunan ini ditujukan untuk mahasiswa minimal semester tujuh hingga mereka yang baru lulus jurusan arsitektur. Sayembara arsitek muda Sinar Mas Land memberikan tiga kategori lomba, yaitu Master Plan, Commersial Development, serta Residential Development. Selain menyediakan total hadiah ratusan juta rupiah, Sinar Mas juga membuka peluang bagi bibit arsitek profesional yang berminat bergabung dengan Sinar Mas Land.

Sayembara ini menjadi cara Sinar Mas peduli terhadap dunia pendidikan, terutama yang berkaitan dengan bidang perusahaan yang bergerak di dunia properti. Ini juga menjadi cara Sinar Mas untuk melatih arsitek muda agar selalu membuat desain yang ramah lingkungan. Karena bobot penilaian dalam sayembara ini paling besar ada di aspek ramah lingkungan. “Ke depan, produk-produk baru properti akan dirancang mendekati green building,” kata Panji Himawan, Head of Corporate Communication PT Sinar Mas Land.

Saat ini, konsep green building memang membutuhkan biaya yang besar dalam rancang bangunnya. Konsep ini juga biasanya menggunakan material-material yang lebih mahal. Tapi, dari sisi operasional, justru memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Biaya operasional bangunan ramah lingkungan lebih murah karena meminimalkan penggunaan pendingin ruangan, lampu, serta mendaur ulang penggunaan air. Meskipun, saat ini desain green building hanya diterapkan pada bangunan perkantoran, belum menyentuh pada produk-produk residensial.

Mahasiswa Universitas Taruma Negara (Untar) Akhmad makhbub Nafii yang ikut sayembara ini berharap, sayembara bidang arsitektur lebih sering diselenggarakan. Menurutnya, selama ini sayembara arsitektur lebih sering diperuntukkan bagi mereka yang sudah profesional. Sedangkan, untuk mahasiswa jurusan arsitektur masih sangat minim. Padahal, sayembara arsitektur dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mengumpulkan portofolio. Hal ini juga sebagai ajang untuk melatih diri ketika lulus dan memasuki dunia kerja. “Ini adalah salah satu wadah ekspresi dan peluang calon arsitek muda untuk lebih diperlihatkan dengan dunia nyata arsitektur,” kata mahasiswa semester tujuh ini.

Sayembara ini juga memungkinkan mahasiswa semakin giat untuk melatih diri dan berkumpul sesama jurusan arsitektur. Kampus Untar, misalnya, mahasiswa jurusan arsitektur sudah membentuk tim-tim arsitek muda untuk mencari peluang mempraktikan ilmunya. Tim-tim arsitek muda ini sering mengikuti sayembara arsitektur baik lingkup nasional maupun internasional.

rep:ahus raharjo ed: wulan tunjung palupi 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement