Senin 10 Oct 2016 16:46 WIB

Bertanam Padi di Lahan Terbengkalai

Red:

Menjadi salah satu kabupaten terbesar di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tidak berarti besar pula kesejahteraan penduduknya. Kabupaten Lingga yang secara teritorial berada dekat dengan semenanjung Sumatra merupakan daerah transmigrasi yang ditinggalkan. Kabupaten seluas 45.456,7162 kilometer persegi tersebut mungkin kini hanya menyisakan segelintir transmigran.

Bupati Lingga Alias Wello mengatakan, para transmigran dari Pulau Jawa memilih kembali ke tempat asalnya karena gagal mengelola lahan yang ada. "Mereka diberi lahan, tapi mengelola ini tidak mudah sementara mereka tidak dibekali teknologi," katanya.

Beberapa lahan bekas garapan di pulau tersebut pun terbengkalai. Lingga pernah mendapat predikat Kabupaten Sangat Tertinggal dan Miskin selama 12 tahun. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dimiliki hanya Rp 734 miliar, tapi kabupaten tersebut memiliki potensi alam terkaya di Provinsi Kepri.

Alias mengatakan, Lingga kaya akan mineral, seperti pasir, timah, bauksit, dan sumber minyak bumi. Sayangnya, kebijakan pusat yang memutuskan untuk tidak melanjutkan ekspor bahan mentah membuat sumber mineral itu ditutup. Kini, bupati yang baru menjabat 17 Februari lalu itu kemudian melakukan perombakan besar terhadap sektor ekonomi wilayahnya. Ia berfokus kepada tiga sektor utama, yakni pertanian, peternakan, dan perikanan. Ia telah memulai penanaman padi dan panen dalam waktu 134 hari. 

Kembali membuka cetak sawah di area bekas transmigran bukanlah perkara mudah. Apalagi, perlu menempuh perjalanan laut dan darat yang cukup lama. Ketika Republika mendatangi kabupaten berjuluk Bunda Tanah Melayu ini, membutuhkan waktu sekitar empat jam perjalanan laut dari Pulau Batam ditambah tiga jam perjalanan darat untuk mencapai Kecamatan Singken Barat, lokasi adanya cetak sawah baru tersebut.

Sepanjang perjalanan, sisi kanan dan kiri jalan menuju kecamatan tersebut masih dipenuhi dengan semak liar. Artinya, Lingga memiliki potensi besar untuk memanfaatkan lahan luas yang ada, selain bekas lahan garapan transmigran.

Enam tahun lalu, sektor pertanian masih menjadi kontributor terbesar dalam penciptaan nilai tambah perekonomian di Kabupaten Lingga. Kontributor terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sementara sektor angkutan dan komunikasi, merupakan kontributor terbesar ketiga.

Berikut adalah besarnya kontribusi dari tiga sektor ekonomi yang memberikan nilai tambah terbesar di Kabupaten Lingga pada 2010. Sektor pertanian (35,82 persen), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (22,82 persen), dan sektor angkutan dan komunikasi (10,18 persen). Namun, kontribusi pertanian cenderung menurun setiap tahunnya hingga tercatat nol hektare lahan sawah, berdasarkan data Kementerian Pertanian. "Kami memulai dari awal, irigasi, bangun gudang sendiri," ujar Alias.

Alias juga membuka kawasan strategis Agrominapolitan Lingga. Kawasan tersebut menjadi fokus dalam pengembangan sektor pertanian kabupaten tersebut yang berada di empat desa, yakni Desa Kerandin, Desa Linau, Desa Bukit Harapan, dan Desa Bukit Langkap.

Sekadar informasi tambahan, Kabupaten Lingga bagian utara berbatasan dengan Kota Batam dan Laut Cina Selatan. Lingga bagian selatan berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala. Bagian barat berbatasan dengan Laut Indragiri Hilir, sedangkan timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan.     Oleh Melisa Riska Putri, ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement