Kamis 22 Sep 2016 11:00 WIB

Mempersiapkan SDM yang Bisa Diserap Pasar

Red:

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri nasional bisa lebih kompetitif dan berdaya saing tinggi karena terbangunnya sumber daya manusia (SDM) yang berkompetensi dan melek perkem bang an teknologi terkini. Guna menuju SDM Indonesia yang mampu diserap pasar dalam dan luar negeri, pemerintah fokus mengembangkan pendidikan vokasi yang memiliki keterkaitan dan kesepadanan (link and match) dengan dunia kerja.

Mengacu kepada target pertumbuhan industri nasio nal setiap tahun, kata Airlangga, sektor industri membu tuhkan 600 ribu tenaga kerja tiap tahunnya. Me nurut dia, lewat pengembangan pendidikan vokasio nal yang me nekankan penguasaan kompetensi kerja, maka SDM Indonesia siap bekerja mengisi pasar dalam dan luar ne geri. "Akademi komunitas dapat memotong kurva pem belajaran selama ini, sekaligus meminimalkan kesalahan dalam pekerjaan di perusahaan," kata Airlangga.

Airlangga mencontohkan, salah satu akademi komunitas yang sudah berdiri yakni Akademi Komu nitas Industri Tekstil dan Produk Tektil Solo. Akademi ini didirikan karena sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdasarkan dari hasil kunjungan kenegaraan ke Jerman pada April 2016 lalu. Airlangga mengatakan, pemerintah telah menetapkan arah pengembangan pendidikan vokasi Indonesia dengan mengadopsi konsep pendidikan sistem ganda alias dual system dari Jerman.

Pendidikan sistem ganda ini berorientasi kepada penguasaan kemampuan kerja dengan mengintegrasi kan pendidikan di sekolah atau kampus dengan industri, sehingga mampu mewujudkan sinergi pembelajaran dalam kedua lingkupnya. Airlangga mengatakan, Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil tidak hanya berkomitmen memenuhi kebutuhan tenaga kerja saja, tapi juga tenaga ahli seperti supervisor dan kepala regu. Pembangunan akademi tersebut dapat menjadi pijakan untuk pengembangan pendidikan vokasi industri ke depan. Kurikulum dalam akademi komunitas ini mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang disusun bersama dengan pelaku industri tekstil dan produk tekstil.

Komposisi pembelajarannya, yakni teori sebesar 30 persen dan praktik sebesar 70 persen. Penjadwalan perkuliahan dalam satu semester terdiri dari dua bulan pembelajaran teori dan praktik di kampus, serta tiga bulan bermagang di perusahaan. Selain itu, perkuliahan juga melibatkan praktisi industri sebagai instruktur.

Fasilitas pendidikan yang disediakan di akademi komunitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri tekstil dan produk tekstil di Solo dan sekitarnya untuk kegiatan penelitian serta pengem bangan produk industri terkait. Jawa Tengah merupa kan salah satu provinsi basis produksi teksil dan produk tekstil. Di wilayah Solo diperkirakan membutuhkan tenaga kerja tingkat kepala regu atau supervisor dengan lulusan program D1 dan D2 mencapai 4.670 orang, sedangkan secara keseluruhan di Jawa Tengah mem butukan tenaga kerja tingkat supervisor sebanyak 8.496 orang.

"Industri tekstil dan produk tekstil merupakan sektor padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang atau sebesar 10,36 persen tenaga kerja di sektor industri," ujar Airlangga. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Mujiyono mengatakan, pengembangan SDM yang mumpuni sebagai faktor penggerak pertumbuhan industri merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Pembangunan SDM ini bertujuan untuk mendorong tersedianya tenaga kerja industri yang kompeten dan berdaya saing.

"Dengan disiapkannya tenaga kerja industri yang terampil maka dapat meningkatkan produktivitas, sehingga produk-produk yang dihasilkan memiliki daya saing di pasar domestik maupun ekspor," kata Mujiyono. Dia mengatakan, saat ini Kemenperin memiliki sem bilan sekolah menengah kejuruan, delapan politeknik, dan satu akademi komunitas industri. Sekolah-sekolah ini menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang industri. Ke depan, pemerintah akan mengembangkan unit-unit pendidikan sejenis di kawasan industri serta wilayah pusat pertumbuhan industri.

Tak hanya itu, Pemerintah Indonesia dan Peme rintah Australia juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama di sektor pendidikan vokasi. Kerja sama ini bertu juan meningkatkan keterampilan tenaga kerja Indonesia melalui transfer pengetahuan dari Australia. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, kerja sama sekolah vokasi ini fokus kepada transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Kerja sama bilateral ini juga akan membuka peluang bagi para lulusan sekolah kejuruan mendapatkan pe latihan maupun bermagang di Australian. Bidangbidang sekolah kejuruan yang dikerjasamakan antara lain peternakan, tenaga kesehatan terutama perawat, dan hospitality.

Enggartiasto berharap, adanya komitmen kerja sama G to G itu diharapkan mampu meningkatkan kemam puan SDM dan membuka peluang kerja bagi warga negara Indonesia (WNI) di negeri Kanguru. Menurut Enggartiasto, Australia memiliki beberapa kelebihan untuk sekolah kejuruan dan membutuhkan tenaga kerja di sektor tertentu.

"Mereka (Australia) juga ada kebutuhan tenaga kerja yang skill, kita bisa isi dengan kerja sama ini. Karena kalau tidak, dengan standar yang kita miliki susah untuk bisa masuk ke mereka," ujarnya.     rep: Rizky Jaramaya, ed: Citra Listya Rini

***

MENGGAGAS TENAGA KERJA BERKOMPETENSI

* Indonesia mengadopsi pendidikan vokasi dual system dari Jerman.

* Pasar tenaga kerja dalam dan luar negeri.

* Penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

* SDM Indonesia yang mumpuni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement