Senin 25 Apr 2016 18:00 WIB

Kemitraan Avalist Guna Menangkis Gejolak Harga

Red:

Operasi pasar yang berhasil menekan fluktuasi harga bawang merah adalah solusi jangka pendek untuk mengatasi instabilitas harga komoditas di lapangan. Dirjen Hortikultura Kementan Spudnik Sujono mengatakan, untuk menghindari oknum tidak bertanggung jawab yang menaikkan harga di pasaran dalam jangka panjang, Kementerian Pertanian membentuk kemitraan bernama avalist.

 

Kemitraan avalist (penjamin) menjadikan para mitra, yakni pedagang atau BUMN, akan berfungsi seperti Bulog. Nantinya para pedagang dan BUMN itu akan melakukan perjanjian kerja sama dengan petani. Apabila harga hasil panen murah, produksi akan ditampung para pedagang dan BUMN. Meski demikian, Spudnik berharap, BUMN mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk bekerja sama dengan para petani. Misalkan, belum ada, berarti avalist melakukan kemitraan dengan pedagang-pedagang yang siap membantu menjaga stabilitas harga komoditas bawang merah di pasaran.

"Pedagang-pedagang kita arahkan agar membantu stabilitas harga. Karena, kalau pemerintah saja tidak mungkin dapat melakukannya," kata Spudnik di Brebes, Jawa Tengah, Senin (18/4).

Melalui kerja sama avalist, pedagang akan menyerap produksi bawang merah dari petani langsung dan membawanya ke pasar sehingga ada beberapa pintu rantai yang tidak perlu bisa dipotong. "Saya ingin pemerintah berperan 20 persen sampai 30 persen dalam kendali distribusi di lapangan," ujar Spudnik.

Saat ini pengembangan skema avalist masih dalam skala kecil, tetapi Kementan berencana memperbanyaknya. Spudnik menyebutkan, Kementan juga akan menggenjot jumlah Toko Tani Indonesia (TTI) yang tahun ini ditargetkan 1.000 titik. Dengan adanya TTI, pedagang pun diharapkan dapat mengambil langsung ke petani

Spundik melanjutkan, dengan adanya kemitraan, para mitra akan membantu petani untuk menjual hasil tani mereka secara langsung. Ke depan, apabila manajemen kemitraan jalan, mitra avalist atau BUMN tidak perlu lagi mendapatkan penugasan dari pemerintah. "Kalau BUMN sudah bekerja sama dengan kelompok tani dan membelinya dari mereka, ya tinggal jalan. Inilah yang kita bangun, yaitu kemitraan terintegrasi yang saya sebut avalist atau champion istilahnya," ujar Spudnik.

Sambil menunggu penunjukan BUMN yang berfungsi seperti Bulog, kata Spudnik, Kementan sudah bemitra dengan avalist yang merupakan pedagang besar yang peduli dan ingin membantu pemerintah. Sampai sekarang, mitra avalist tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Sulawesi, NTB, dan daerah-daerah sentra produksi komoditas. Para mitra avalist ini hanyalah pengusaha atau pedagang yang benar-benar ingin membantu pemerintah.

"Misalkan ngambil di Bima, kita lihat di sana harganya berapa untuk ke Jakarta. Kalau harganya Rp 23 ribu, maka dijual rata-rata Rp 25 ribu. Jadi, mereka tidak mengambil untung banyak," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Budiarso Dwi Hartono, mengatakan, belum ada gangguan berarti terhadap produktivitas bawang merah di daerah itu. Serangan hama yang terjadi di beberapa lokasi sudah berhasil ditangani dengan baik. Lagi pula, serangan hama ulat masih di bawah lima persen. "Jadi, tidak memengaruhi produktivitas petani. Efek serangan hama ulat juga masih sangat awal dan menyerang bawang yang masih muda sehingga bisa dikendalikan," kata Budiarso.

Budiarso menuturkan, tahun ini ada 3.546 hektare lahan yang ditanami bawang merah di Brebes. Adapun lahan yang terkena dampak hama ulat ngengat hanya sekitar 126 hektare.

Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) Jawa Tengah Maryadi mengatakan, untuk mengurangi pestisida, petani diminta mengutamakan jebakan yellow trap, botol lem, dan light trap untuk menangani hama ngengat. Alasannya, jebakan seperti yellow trap lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pestisida. "Selain itu, harganya juga jauh lebih murah," kata dia.

Maryadi menuturkan, dengan hanya bermodalkan Rp 200 ribu, petani dapat membuat yellow trap untuk menjebak ngengat jantan. Sebanyak 24 kaleng lem juga dapat dibeli untuk mengolesi papan sebanyak empat kali dalam sebulan. "Jadi, dengan adanya jebakan hama semacam ini, dapat mengurangi penggunaan pestisida," ujar Maryadi.n c21, ed: EH Ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement