Kamis 04 Feb 2016 15:00 WIB

Masalah Klasik Mengadang

Red:

Meski sudah mulai melebarkan sayap ke level ASEAN, industri makanan dan minuman (mamin) nasional masih menghadapi masalah klasik, yakni jaminan ketersediaan bahan baku. Ketua Umum Gabungan Asosiasi Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman Adhi mengatakan, perlu ada solusi jangka panjang terkait pasokan gula dan garam untuk industri agar pelaku usaha mendapatkan kepastian dan tidak dihadapkan pada isu ini setiap tahun.

Karena itu, pelaku usaha dan pemerintah perlu bekerja sama membuat peta jalan pemenuhan gula dan garam dengan menyempurnakan aturan impor kedua bahan baku tersebut sebagai solusi jangka pendek. Menurut Adhi, pemerintah sudah berkomitmen untuk memberikan pasokan gula dan garam selama enam bulan ke depan.

"Nanti tinggal kita tunggu saja realisasinya supaya industri mamin lebih berdaya saing," kata Adhi. Untuk mengatasi permasalahan bahan baku, industri mamin telah meminta pemerintah agar dibuatkan gudang logistik di Pusat Logistik Berikat (PLB). Gudang tersebut nantinya akan dipakai untuk menyimpan bahan baku dalam mendukung industri mamin nasional.

Sejauh ini ada tiga komoditas yang dipertimbangkan untuk disimpan di gudang logistik tersebut antara lain gula, garam, dan konsentrat buah-buahan. Faktor utama penentuan komoditas tersebut, yakni karena adanya kebutuhan impor yang tinggi.

Adhi mengatakan, kebutuhan gula bagi industri mamin dalam satu tahun mencapai tiga juta ton. Sedangkan, kebutuhan garam sebesar 400 ribu ton. Bahkan, jika dihitung dengan kebutuhan industri lain, kebutuhan impor garam bisa mencapai 2 juta ton per tahun.

Jika komoditas tersebut bisa diletakkan di PLB, akan sangat membantu industri dan menghemat biaya logistik. Apalagi, biaya logistik memiliki porsi sebesar delapan persen terhadap keseluruhan biaya produksi.

Menurut Adhi, jika pemerintah mengabulkan permintaan ini, lokasi gudang logistik untuk komoditas gula kemungkinan berada di Indonesia bagian barat. Sebab, sebanyak 70 persen industri yang membutuhkan gula berlokasi di Jawa Barat dan Banten.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan Gapmmi juga akan merekomendasikan bahan baku lain yang mendukung pengemasan pada industri mamin. Dia mencontohkan, bijih plastik merupakan bahan baku yang sangat dibutuhkan dalam pengemasan produk mamin. Saat ini sebanyak 60 persen bahan baku kemasan plastik tersebut masih dipenuhi dari luar negeri atau impor.

Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengatakan, pemerintah sedang menyusun standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) untuk sejumlah produk makanan dan minuman olahan. Hal ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor industri mamin.

"Dengan penyusunan ini, nantinya rantai nilai tidak hanya di bagian produksi, namun juga distribusi," ujar Rochim. Rochim menjelaskan, penyusunan SKKNI ini merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja pada era MEA. Pasalnya, pada MEA fokusnya bukan hanya pada peredaran barang, melainkan juga mulai merambah ke sektor jasa.

Selain itu, SKKNI juga diperlukan untuk melatih tenaga kerja di sektor logistik agar dapat memperlakukan produk mamin agar bisa sampai ke konsumen dalam keadaan baik.  "Jangan sampai produksinya udah bagus tapi logistik dan cara penyimpanannya tidak baik," kata Rochim.  Rizky Jaramaya, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement