Senin 23 Nov 2015 17:00 WIB

Mendongkrak Kredit Sektor Kelautan dan Perikanan

Red:

Kelesuan melanda perekonomian Indonesia pada tahun ini. Terbaru, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi kuartal III 2015 hanya tumbuh 4,73 persen.  Perlambatan terjadi pada semua sektor ekonomi, semisal industri pengolahan dan industri pertambangan dan penggalian.

Namun, tren berbeda ditunjukkan sektor kelautan dan perikanan. "Sektor kelautan dan perikanan tahun ini tumbuh 8,4 persen. Angka pertumbuhan ini hampir dua kali lipat sektor-sektor lain," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam acara program Jaring (Jangkau, Sinergi, dan Guideline) yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Pantai Sendangbiru, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (13/11).

Susi menjelaskan, potensi kelautan dan perikanan Indonesia luar biasa. Nusantara memiliki panjang garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, yakni lebih dari 91 ribu kilometer. Dalam konteks ini, Indonesia hanya kalah dari Kanada.

Luas laut Indonesia lebih dari 5 juta km persegi. Sebanyak dua pertiga wilayah Indonesia adalah laut. Di wilayah pesisir dan laut itu terkandung beragam sumber daya alam (SDA) dan jasa-jasa lingkungan (environmental services) yang sangat besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal. "Saya yakin kalau sektor kelautan dan perikanan dibangun dan dikembangkan dengan sebaik mungkin oleh seluruh stakeholder yang terkait, akan meningkatkan kesejahteraan nelayan pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya," kata Susi.

Saat ini, menurut Susi, terdapat sedikitnya 800 ribu nelayan. Agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, nelayan membutuhkan sokongan dana dari perbankan.  "Nelayan harus diberi akses kepada pendanaan murah. Ekonomi nasional akan tumbuh tinggi kalau nelayan diberikan kemudahan memperoleh akses dana perbankan," ujar Susi.

Susi menambahkan, nelayan itu seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM). "Kalau UMKM diberikan kemudahan akses perbankan dan perlindungan, nelayan seharusnya mendapatkan kemudahan akses bank dan perlindungan agar terus berkembang," katanya.  Namun, menurut Susi, salah satu tantangan yang hingga saat ini masih dihadapi para pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan, khususnya nelayan, adalah sulitnya akses dana perbankan.

Bank masih enggan menyentuh kredit sektor kelautan dan perikanan dengan alasan penyaluran kredit ke sektor tersebut berisiko tinggi. "Hal itu mengakibatkan sektor kelautan dan perikanan yang seharusnya menjadi primadona perekonomian nasional belum bisa memberikan kesejahteraan yang seharusnya kepada bangsa dan rakyat Indonesia," ujar Susi.

Menjawab persoalan tersebut, OJK menggagas program untuk meningkatkan akses pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan ke perbankan. Program tersebut bernama Jaring, yang merupakan singkatan dari Jangkau, Sinergi, dan Guideline. Program Jaring secara resmi diluncurkan oleh Wakil Presiden Indonesia M Jusuf Kalla di Pantai Bodia, Takalar, Sulawesi Selatan, 11 Mei 2015. 

Dalam program ini, OJK menggandeng KKP, industri perbankan, dan industri keuangan non-bank (IKNB). Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, OJK terus memperluas program Jaring. "Tujuannya untuk semakin meningkatkan pembiayaan ke sektor kelautan dan perikanan," kata Muliaman pada acara yang sama.

Menurut Muliaman, target utama program Jaring adalah meningkatkan kredit dan pembiayaan di sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, mendorong perluasan akses masyarakat di sektor kelautan dan perikanan kepada layanan jasa keuangan. Sejauh ini, ujar Muliaman, perkembangan program Jaring berjalan sesuai rencana karena berhasil mendorong pemahaman pelaku jasa keuangan terhadap bisnis di sektor kelautan dan perikanan sehingga kredit perbankan dan pembiayaan ke sektor ini terus meningkat.

Jumlah bank yang mengikuti program Jaring sejak diluncurkan Mei lalu pun telah bertambah lima menjadi 13 bank. "Ini pertanda positif terhadap berjalannya program Jaring ke depan sesuai dengan cita-cita pemerintah," kata Muliaman. Pada tahap awal terdapat delapan bank partner program Jaring, yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Bukopin Tbk, dan PT BPD Sulselbar.

Sementara, lima bank yang menyusul menjadi bank partner Jaring adalah PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga, PT Bank Sinarmas Tbk, dan PT BPD Jawa Timur Tbk. "Total target pemberian kredit baru dari lima bank tersebut pada tahun ini minimal sebesar Rp 363 miliar," ujar Muliaman.

Menurut Muliaman, keikutsertaan lima bank partner baru membuktikan bahwa sektor kelautan dan perikanan memiliki prospek yang baik. Selain itu, memperkuat optimisme bahwa pelaksanaan program Jaring melalui pelaksanaan focus group discussion (FGD) dan penerbitan buku Jaring mampu mendorong akselerasi peningkatan kredit perbankan ke sektor kelautan dan perikanan sejalan dengan perluasan terhadap layanan dan produk jasa keuangan. Selain dari perbankan, partner program Jaring adalah IKNB melalui konsorsium perusahaan pembiayaan, asuransi jiwa, asuransi umum, dan penjaminan.

Muliaman mengemukakan, OJK akan terus mendorong agar program Jaring semakin besar dan memberi manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya nelayan dan pengusaha di sektor kelautan dan perikanan. OJK juga akan terus mendorong kalangan perbankan agar turut berpartisipasi dalam program Jaring. "Ke depan, kita akan dorong lebih banyak lagi bank untuk terlibat program Jaring. Kalau bisa tentunya semua bank,  juga industri keuangan nonbank. Sehingga, penyaluran kredit kepada nelayan melalui program Jaring akan makin besar," kata Muliaman.

Dengan adanya program Jaring ini, ujar Muliaman, diharapkan hubungan nelayan dengan industri keuangan semakin mesra. Walaupun keberadaan nelayan jauh dari lokasi bank, mereka tetap terhubung dengan bank. "Dalam hal ini, nelayan tak hanya bisa menabung di bank, tapi juga mendapatkan kredit untuk memajukan usaha mereka," katanya.

Menurut dia, penting membangun kesejahteraan masyarakat dari desa, pantai, dan pegunungan sehingga kesejahteraan masyarakat Indonesia dari hari ke hari makin meningkat. "Saya berharap perbankan yang menjadi bank partner dalam program Jaring betul-betul bisa menciptakan produk-produk yang dibutuhkan oleh nelayan," ujar Muliaman. Ke depan, OJK akan merekrut tenaga pendamping untuk para nelayan yang disebut Sahabat Maritim. "Kehadiran Sahabat Maritim akan melengkapi impian kita agar penyaluran kredit ke sektor kelautan dan perikanan lebih cepat dan lebih baik," kata Muliaman.

 

Realisasi kredit

Muliaman mengungkapkan, realisasi penyaluran kredit program Jaring hingga 30 September 2015 telah mencapai Rp 4,41 triliun. "Ini merupakan 82 persen dari total target agregat delapan bank partner untuk program Jaring, yakni sebesar Rp 5,37 triliun," ujar Muliaman. (lihat tabel 1). Beberapa bank yang telah mencapai dan melebihi target penyaluran kredit gross adalah BRI, BTPN, dan BPD Sulselbar.

Sementara itu, pembiayaan untuk sektor kelautan dan perikanan dari konsorsium perusahaan pembiayaan periode Januari-Oktober 2015 mencapai Rp 252 miliar. Dari awal tahun hingga November 2015, Jamkrindo sebagai penjamin Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan UMKM sektor kelautan dan perikanan telah merealisasikan penjaminan untuk kredit dengan total plafon Rp 81,96 miliar secara nasional.

Berdasarkan data OJK, hingga 30 September 2015, total kredit kelautan dan perikanan mencapai Rp 20,19 triliun atau tumbuh 12,40 persen (year to date sejak 1 Januari 2015) atau tumbuh 22,94 persen dibanding 30 September 2014 (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pembiayaan di sektor maritim yang tumbuh 9,48 persen pada 2015 (ytd). Pertumbuhan kredit kelautan dan perikanan telah melebihi laju kredit seluruh industri yang tumbuh 11,09 persen (yoy) hingga 30 September 2015 (lihat tabel 2).

Selama ini, salah satu yang dikhawatirkan terkait penyaluran kredit ke sektor kelautan dan perikanan adalah kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang tinggi.  Namun, fakta membuktikan sebaliknya. Menurut Muliaman, rasio NPL sektor kelautan dan perikanan mengalami penurunan yang signifikan dalam empat tahun terakhir menjadi sebesar 2,13 persen per 30 September 2015. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan NPL seluruh industri yang mencapai 2,76 persen (lihat tabel 3). "Indikator penurunan NPL tersebut mencerminkan kinerja sektor yang semakin baik untuk menjawab tantangan persepsi kurang positif bahwa sektor kelautan dan perikanan memiliki risiko yang sangat tinggi," ujar Muliaman.

Dalam rangka akselerasi akses keuangan bagi pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan, dalam kegiatan di Sendangbiru terdapat lima bank partner yang meluncurkan kartu Jaring secara perdana. Kartu Jaring merupakan produk yang khusus diperuntukkan bagi masyarakat sektor kelautan dan perikanan. "Kartu Jaring diharapkan dapat mendukung tumbuh kembangnya budaya menabung dan mencatat transaksi pelaku usaha sektor dimaksud," kata Muliaman.

Muliaman menambahkan, di masa yang akan datang, informasi nasabah serta volume dan nominal transaksi keuangan para pelaku usaha di seluruh tempat pelelangan ikan (TPI) di wilayah Indonesia secara elektronik akan terekam melalui kartu Jaring. "Seluruh informasi tersebut akan memudahkan lembaga jasa keuangan untuk mengenali profil nasabah dan potensi bisnis calon debitur berdasarkan monitoring cashflow," ujarnya.

Pada akhirnya, kata Muliaman, kartu Jaring akan menjadi alat yang efektif untuk membantu dan mempercepat proses pengambilan keputusan bisnis antara lain persetujuan kredit bagi calon debitur serta penetapan kebijakan manajemen risiko lembaga jasa keuangan karena didasarkan pada data dan informasi berbasis teknologi informasi yang real time, lengkap, dan akurat.

"Peluncuran kartu Jaring oleh BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Sinarmas, dan Bank Jatim merupakan bukti nyata komitmen dan kesungguhan bank partner dalam mengembangkan dan menyediakan produk-produk inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kelautan dan perikanan dalam melakukan kegiatan ekonominya," kata Muliaman.

ed: muhammad iqbal 

***

Bank Partner Dukung Penuh Program Jaring

Sejak diluncurkan pada Mei 2015, terhitung hingga pertengahan November 2015, tercatat sudah 13 bank yang menyatakan komitmennya untuk mendukung program Jaring (Jangkau, Sinergi, dan Guideline) yang digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan. Para direksi bank partner itu menyatakan mendukung penuh program Jaring. Berikut kutipan pernyataan mereka:

"Sebelumnya, Bank Mandiri sudah menaruh perhatian terhadap sektor kelautan dan perikanan. Namun, yang kami layani adalah korporasi, misalnya, pembangunan pelabuhan dan lain-lain. Kini, melalui program Jaring, kami juga masuk ke nelayan dan UMKM bidang kelautan dan perikanan." (Direktur Utama Bank Mandiri Budi Sadikin)

"BRI berkomitmen untuk menyukseskan program Jaring melalui jaringan BRI yang tersebar luas di seluruh Indonesia." (Direktur Utama BRI Asmawi Syam)

"Bank BCA sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia mempunyai komitmen kuat untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan melalui penyaluran kredit di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan seluruh nusantara." (Direktur BCA Suwignyo Bondan)

"Kami akan terus berpartisipasi (melalui penyaluran kredit) di sektor kelautan dan perikanan atau kemaritiman." (CEO CIMB Niaga Tigor M Siahaan)

"Bank Sinarmas berkomitmen mendukung penuh program penyaluran kredit di sektor kelautan dan perikanan." (Presiden Direktur Bank Sinarmas Freenyan Liwang)

"Bank Jatim berkomitmen mendukung program Jaring untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan para pengusaha di sektor kelautan dan perikanan." (Direktur Utama Bank Jatim R Soeroso)

ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement