Meskipun kondisi perekonomian di dalam negeri se dang tidak kondusif, Ba dan Koordinasi Penanam an Modal (BKPM) meng klaim bahwa investasi tetap bergairah dan mi natnya masih tinggi. Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Azhar Lubis mengatakan, investasi merupakan prospek jangka panjang, sedangkan kondisi fluktuasi ekonomi sifatnya hanya sementara.
"Sebenarnya, kondisi pelemahan eko nomi ini yang paling berpengaruh adalah pasar modal, sedangkan investasi masih tetap bergerak dan berjalan," ujar Azhar. Azhar mengatakan, ketika memutuskan untuk berinvestasi, investor tidak terlalu fokus kepada fluktuasi saham dan nilai tu kar rupiah karena hal tersebut merupakan reaksi pasar yang sifatnya jangka pendek. Menurutnya, ketika akan berinvestasi, investor lebih memperhatikan tentang re gu lasi pemerintah, proses perizinan, dan keterbukaan investasi.
"Investor kalau sudah membangun tidak mungkin berhenti karena mereka me lihatnya jangka panjang," kata Azhar. Masih bergeraknya iklim investasi di dalam negeri ditandai dengan adanya perluasan pabrik yang dilakukan oleh investor di sejumlah daerah. Azhar menyebutkan, belum lama ini Sritex melakukan pemba ngunan perluasan pabrik di Semarang, Jawa Tengah. Tak hanya itu, perusahaan teks til terbesar di Indonesia tersebut juga memperluas bidang usahanya sampai ke sektor hulu dengan membangun pabrik rayon.
Realisasi penanaman modal di Indone sia sampai Maret 2015 mencapai Rp 124,6 triliun atau meningkat 16,9 persen diban ding kan perolehan kuartal I 2014 yang sebesar Rp 106,6 triliun. BKPM mencatat angka realisasi investasi kuartal I 2015 su dah mencapai 23,98 persen dari target in vestasi 2015 sebesar Rp 519,5 triliun.
Investasi yang masuk selama periode Januari-Maret 2015 berasal dari penanam an modal asing (PMA) sebesar Rp 72 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PM DN) sebesar Rp 34,6 triliun. Sektor usaha yang menyerap investasi terbesar adalah sektor pertambangan, yakni sebesar Rp 15 triliun.
Berdasarkan destinasi modal, BKPM melaporkan investasi di luar Pulau Jawa mencapai Rp 106,6 triliun atau 43,5 persen dari total keseluruhan. Kontribusi ini me ningkat dibandingkan realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada kuartal I 2014, yak ni 41,8 persen dari total investasi. "Kita berharap, kuartal II 2015 ini realisasi mungkin bisa meningkat sampai Rp 126 triliun dan kalau rata-rata per kuartal bisa meningkat sampai Rp 130 triliun maka target investasi tahun ini sudah bisa tercapai," ujar Azhar.
Sementara itu, Direktur Jenderal In dus tri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemen te rian Perindustrian Harjanto mengatakan, industri tekstil yang merumahkan pega wainya hanya bersifat musiman. Alasan nya, penyerapan anggaran oleh pemerintah di kuartal I 2015 memang agak tersendat dan terjadi turunnya daya beli masyarakat yang mengakibatkan permintaan juga me nurun.
"Industri yang merumahkan karyawannya sebagian besar merupakan skala mene ngah kecil dan orientasinya domestik," kata Harjanto. Harjanto mengatakan, ke depan industri domestik akan didorong untuk mening katkan daya saing. Salah satu caranya, yak ni dengan membangun program buffer stock.
Rencananya, program tersebut akan di mulai oleh Kementerian Perindustrian pa da tahun ini, khusus untuk bahan baku kulit dan kapas. Dengan adanya buffer stock, diharapkan dapat mengurangi biaya bahan baku bagi industri yang berorientasi domestik.
Harjanto menambahkan, industri lain yang juga merumahkan karyawannya, se perti semen dan baja juga hanya bersifat musiman. Menurutnya, seiring dengan pe nyerapan anggaran di kuartal II 2015 dan dimulainya pembangunan infrastruktur, pertumbuhan industri bisa kembali berjalan seperti semula.
"Perekonomian global memang turun, namun untuk Indonesia kasusnya beda. Ini karena seasonal (musiman) saja. Nanti, faktor penariknya adalah pembangunan infrastruktur dan pemerintah sudah mencanangkan pembangunan di kuartal II ini," kata Harjanto.
Berdasarkan data, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi pada kuartal I 2015 sebesar0,98 persen. Sedangkan, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki mengalami pertumbuhan 3,35 persen. Industri lain yang pertumbuhannya meng alami minus di kuartal I 2015, di antara nya, industri batu bara dan pengilangan migas sekitar5,66 persen serta industri mesin dan peralatan sebesar2,39 persen. Selain itu, pertumbuhan industri karet dan plastik juga turun sebesar3,49 persen. ¦ ed: irwan kelana