REPUBLIKA.CO.ID, Meetings, incentives, conferences, and exhibitions (MICE) memberi kontribusi pendapatan hingga 40 persen di sektor pariwisata Indonesia. Pasar ini juga terus mencatat pertumbuhan 20 persen per tahun.
Indonesia layak menjadi surga MICE dunia. Mengapa? Negara ini menawarkan pelayanan berkualitas tinggi, namun berbiaya lebih rendah dibanding negara lain dan hal itu menjadi pertimbangan menarik bagi tamu. Indonesia juga memiliki budaya eksotis, pemandangan alam, kegiatan variatif, layanan personal mewah berkelas dunia, sight seeing, kuliner lezat, belanja dengan nilai mata uang terjangkau, ramah tamah, hingga suasana yang nyaman penuh kekeluargaan.
Ada dua badan dunia yang memberi peringkat destinasi MICE, yaitu International Congress and Convention Association (ICCA) dan Union of International Associations (UIA). ICCA yang merupakan organisasi dunia perhimpunan para penyelenggara konvensi dan kongres menyatakan bahwa nilai belanja wisatawan MICE besarnya tujuh kali lipat dibanding nilai belanja wisatawan yang berlibur biasa. Wisatawan MICE merupakan sosok yang berpengaruh karena menduduki jabatan papan atas dalam organisasinya.
ICCA sering digunakan sebagai parameter oleh para pelaku industri MICE. Organisasi ini menetapkan peringkat dunia berdasarkan negara dan kota. Pada 2012 Indonesia menduduki posisi ke-41 sebagai negara destinasi MICE di dunia. Indonesia berada di bawah Malaysia (35) serta Thailand dan Singapura yang sama-sama berada di peringkat 25. Posisi Indonesia pada 2012 naik dari peringkat 46 tahun 2011.
Jika dilihat berdasarkan kota, Bali menduduki peringkat ke-48 dunia, disusul Jakarta ke-176. Posisi Bali pada 2012 naik drastis ketimbang 2011 yang hanya menempati peringkat 92. Ini menunjukkan Bali dan Jakarta termasuk dua destinasi MICE utama Indonesia di mata dunia.
Kementerian Pariwisata pada 2014 lalu telah menetapkan 16 destinasi MICE di Indonesia yang terus dilakukan pengajian. Destinasi tersebut, yakni Jakarta, Bali (Denpasar dan Nusa Dua), Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Batam, Medan, Lombok, Bintan, Manado, Solo, Sumatra Barat (Padang dan Bukit Tinggi), Palembang, dan Balikpapan.
Kendala
MICE di Indonesia menghadapi sejumlah kendala, seperti ruang konvensi dan pameran dengan kapasitas hingga 5.000 orang masih terbatas di Jakarta dan Bali, sedangkan kapasitas 14 kota lainnya masih skala menengah. Kendala lainnya, yaitu keterbatasan infrastruktur, aksesibilitas, SDM, dan konektivitas.
Di Bandung, Hotel Accor Pullman hanya mampu melayani ruang pertemuan untuk 2.500-3.000 tamu. Hotel bintang lima itu terintegrasi dengan West Java Convention Centre. Di Makassar, hanya Celebes Convention Center yang bisa memasilitasi acara besar serupa. Di Surabaya, baru Dyandra Convention Center yang bisa memasilitasi lima ribu tamu.
Sejauh ini, baru Jakarta dan kota-kota di sekitarnya serta Bali yang telah memenuhi kriteria sebagai destinasi MICE dan bisa menjadi tuan rumah pertemuan besar. Bali memiliki lebih dari 90 ribu kamar dengan ruang pertemuan terbesar berlokasi di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Ruang berukuran 4.400 meter persegi (m2) itu mampu menampung hingga 4.400 tamu indoor reception. Lokasi outdoor, seperti Garuda Wisnu Kencana berkapasitas hingga 7.000 orang. Nuansa Pulau Serangan yang digunakan untuk APEC VIP Dinner tahun lalu bisa menampung 300 orang tamu penting dunia di bawah megahnya bangunan bambu beratap ilalang.
Promosi intensif
Ketua Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) Bali, Ida Bagus Surakusuma, mengatakan bahwa kegiatan MICE di Pulau Dewata sendiri masih terkosentrasi di Bali Selatan, yaitu Nusa Dua, Denpasar, Kuta, dan Gianyar. Padahal, pasar MICE bisa dikembangkan di seluruh wilayah Bali melalui promosi intensif dan juga event organizer (EO) yang aktif menawarkan potensi Bali pada klien mereka.
“Indonesia semestinya bisa dengan mudah menggaet berbagai event dunia dengan dua destinasi saja. Syaratnya, seluruh pihak mau duduk bersama memaparkan peran Bali dan Jakarta untuk Nusantara,” kata pria yang akrab disapa Lolek ini.
Pemerintah dan asosiasi kepariwisataan di Bali misalnya, melakukan berbagai cara untuk merangkul kelas dunia mengadakan sebuah acara di Indonesia. Mereka juga mengadakan acara-acara pariwisata lintas negara, seperti Tour de Singkarak, Sail Komodo, Bali Beyond and Travel Fair, SEA Games, dan sebagainya.
Oleh Mutia Ramadhani ed: Irwan Kelana