Jumat 28 Nov 2014 11:00 WIB

Berupaya Menyejajarkan Diri

Red:

Keberadaan pelabuhan yang memiliki fasilitas memadai dan efisiensi tinggi, tak bisa dimungkiri berdampak besar pada perekonomian. Berdasarkan studi yang dilakukan Drewry Maritime Advisor pada 2012, diungkapkan efisiensi layanan logistik akan menurunkan biaya transportasi dan mendorong pembangunan di seluruh Indonesia.

Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan ukuran tingkat efisiensi suatu pelabuhan. Di antaranya, kepastian waktu sandar, produktivitas selama berada di terminal, dan kepastian waktu kedatangan serta keberangkatan kapal.

Menurut Direktur Utama PT Terminal Peti Kemas Indonesia (TPI) Ir Sumarzen Marzuki, saat ini kondisi efektivitas pelabuhan di Indonesia masih terkendala keterbatasan fasilitas dan infrastruktur. "Masih sering terjadi kapal terpaksa menunggu dalam jangka waktu yang tak pasti," ujarnya.

Padahal, waktu tunggu menjadi variabel penting dalam penentuan harga yang akan dibebankan pada konsumen akhir. Di Indonesia, kata Sumarzen, lamanya waktu tunggu berkontribusi sebesar 24 hingga 26 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB).

Angka ini terbilang tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain yang mampu menekan angka ini hingga 10 persen saja. "Kami masih terus berupaya membenahi banyak hal untuk meningkatkan produktivitas di pelabuhan-pelabuhan Indonesia," ungkapnya.

Sumarzen tak memungkiri, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi dalam upaya menyejajarkan diri. Di antaranya, keterbatasan pelabuhan Indonesia yang hanya bisa menampung kapal dengan kedalaman minus 10 di bawah permukaan laut.

Rencana pembangunan Kuala Tanjung, diakui Sumarzen, akan membawa dampak besar bagi perekonomian Indonesia. Tak hanya memungkinkan kapal dengan kedalaman minus 17 untuk bersandar, tapi juga mampu menekan waktu tunggu dan lamanya bongkar muat yang selama ini menyita sumber daya.

Jalur perdagangan ekspor-impor Indonesia juga dapat berubah menjadi lebih efisien. Komoditas ekspor dari Sorong, misalnya. Dulu, kapal harus melewati Makassar, Tanjung Priok atau Tanjung Perak, kemudian lanjut Singapura, sebelum menuju ke Eropa. "Kini, kapal hanya perlu menurunkan muatannya langsung di Kuala Tanjung sebelum diekspor ke berbagai belahan dunia," ujar dia. rep: setyanavidita livikacansera ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement