Rabu 01 Oct 2014 18:30 WIB

Menilik Kesiapan Bank Syariah Hadapi MEA 2015

Red: operator

Bank syariah memperkuat permodalan, IT, dan sumber daya manusia.

Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tinggal menghitung bulan. Terhitung mulai 1 Januari 2015, MEA 2015 diterapkan di Indonesia. Semua sektor kini tengah melakukan serangkaian upaya untuk menghadapinya. Tidak terkecuali perbankan syariah yang harus siap menghadapi era persaingan yang semakin ketat saat MEA 2015 diberlakukan nanti.

Direktur Bisnis Ritel PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Adrian Asharyanto Gunadi mengakui, persaingan antarperbankan semakin hari semakin ketat.  "Baik itu persaingan di antara bank syariah maupun perbankan konvensional," ujarnya, Kamis (4/9).

Selain MEA, dia menambahkan bahwa sebenarnya tahun 2020 akan terjadi integrasi perbankan di ASEAN. Sehingga, bank asing dengan mudahnya bisa membuka kantor cabang. Namun, kata dia, jangankan pada 2020, bank dunia sekelas HSBC, Citibank, CIMB, atau Bank Singapura kini sudah memiliki jaringan kantor cabang di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Prayogi/Republika

Sebaliknya, di antara tiga bank konvensional Indonesia yang besar yaitu Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Central Asia (BCA), ternyata baru Bank Mandiri yang membuka cabang di luar negeri.  "Jadi, perbankan Indonesia masih cukup tertinggal," katanya.

Padahal, Adrian mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pernah mencapai 6,5 persen membuat  Indonesia  termasuk dalam peringkat 16 besar dunia. Jumlah kelas menengah di Indonesia tembus hingga 45 juta orang. Bahkan, kata dia, beberapa lembaga survei memprediksi jika Indonesia bisa terus menjaga pertumbuhan ekonomi maka tahun 2030 nanti Indonesia diperkirakan bisa berada di peringkat tujuh  besar negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dunia.

Jumlah kelas menengah diperkirakan bisa tumbuh hingga empat kali lipat dibandingkan jumlah kelas menengah tahun ini. Untuk itu supaya perbankan Indonesia, khususnya Bank Muamalat tidak kalah bersaing ketika menghadapi pasar bebas, ia menyebutkan bahwa ada beberapa strategi. "Strategi jangka pendek yang diterapkan dalam kurun waktu 2013-2015 yaitu memperkuat fondasi untuk teknologi informasi (TI) sekaligus memperkuat manajemen risiko," katanya.

Artinya, menjaga bank dari aspek risikonya seperti risiko likuiditas dengan menjaga dana selalu siap tersedia. Selain itu, pihaknya memperkuat kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan merekrut minimal 700 orang setiap tahunnya untuk menjadi karyawan Bank Muamalat. "Kemudian, kami memperkuat penetrasi pasar, memperluas jaringan kantor cabang, dan menambah mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Kami juga memperbaiki kualitas dan melakukan inovasi produk," katanya.

Pria lulusan S2 jurusan Finance dari Rotterdam School of Management Erasmus Graduate School of Business Netherlands ini menegaskan, perbankan syariah harus mampu meningkatkan infrastruktur dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga siap menghadapi era MEA maupun era terintegrasinya bank tahun 2020.

Direktur Utama (Dirut) Bank Syariah Bukopin (BSB) Riyanto mengatakan, ada dua langkah yang dilakukan untuk menghadapi era pasar bebas MEA 2015 yaitu meningkatkan daya saing dan permodalan. Daya saing di sini artinya membidik dan meningkatkan pembiayaan untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM)  sekaligus memperluas aksesnya. Tak heran kalau  penyaluran pembiayaan BSB dapat ekspansif.

"Kenapa menyasar UMKM? Karena kami masih memiliki modal atau aset Rp 5 triliun, di mana jumlah aset ikut menentukan ukuran untuk melakukan pembiayaan. Selain itu, jumlah wirausahawan UMKM yang sangat besar," ujarnya kepada Republika, Sabtu (13/9).

Diakuinya, jumlah wirausahawan UMKM di Indonesia yaitu 90 persen dari total pengusaha di Indonesia. Selama ini, pihaknya memang fokus menyalurkan pembiayaan untuk UMKM. Tercatat, selama Januari 2014 hingga Juni tahun 2014 ini, pihaknya telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 3,6 triliun.

Kemudian, 80 persen di antaranya atau sebesar Rp 2,88 triliun disalurkan untuk membiayai pengusaha UMKM. Pembiayaan tersebut mayoritas diberikan untuk wirausaha usaha kecil dan menengah (UKM) dan sisanya untuk pengusaha UMKM.

Karena prospek itulah, pihaknya akan terus masuk mengerjakan dan memperluas akses pembiayaan UMKM. Celah pembiayaan UMKM ini juga diakuinya tidak dimanfaatkan bank konvensional maupun bank asing. Ini karena dengan jumlah aset yang begitu besar, maka bank asing maupun bank konvensional memiliki kapasitas untuk memberikan akses pembiayaan kepada korporasi dan tidak melirik UMKM.

Meski demikian, bukan berarti BSB tidak memiliki kompetitor. Diakuinya, bank-bank syariah yang lain juga menyasar pembiayaan untuk UMKM. Namun, pihaknya menggunakan strategi margin keuntungan dari peminjaman (pricing) yang rendah. "Pricing inilah yang menjadi isu utama daya saing kami. Sehingga, pengusaha UMKM bisa lebih memilih menggunakan pembiayaan dari BSB," katanya.

Diharapkan, dengan langkah itu maka jumlah penyaluran pembiayaan BSB terus meningkat. Jika saat ini BSB menyalurkan pembiayaan untuk UMKM sebesar Rp 2,88 triliun, maka pihaknya memproyeksikan pada 2020 nanti mampu menyalurkan pembiayaan UMKM mampu menembus Rp 11 triliun.

BSB optimistis penyaluran pembiayaan untuk UMKM dapat terus meningkat karena masih ada ruang yang belum dibiayai. Adapun sasaran lokasi pembiayaan untuk UMKM terletak di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, hingga Solo.

Untuk aset maupun permodalan, BSB  optimistis dapat terus meningkat. Jika pada semester I 2014 ini jumlah aset BSB sekitar Rp 5 triliun maka diproyeksikan pada tahun 2020, jumlah aset meningkat jadi Rp 15 triliun. Tidak cukup sampai di situ, BSB juga sejak lama mempersiapkan sumber daya manusia (SDM)-nya.

Saat ini jumlah SDM BSB sekitar 850 orang. SDM ini bekerja di 23 kantor cabang dan di 75 kantor layanan maupun perwakilan BSB yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pihaknya memproyeksikan jumlah kantor cabang maupun perwakilan BSB dapat bertambah 30 persen setiap tahunnya. Bidang teknologi informasi (TI) juga tidak terlalu menjadi masalah untuk pihaknya.

Corporate Communication Panin Bank Syariah (PBS), Subeni mengatakan, pihaknya mempunyai strategi bisnis yang berbeda untuk menguasai MEA. Salah satunya dengan menyasar pembiayaan untuk UMKM dan pendanaan ibadah haji-umrah. Pihaknya menyatakan bahwa pembiayaan untuk UMKM selama 2014 hingga 10 September 2014 sebesar Rp 1,6 triliun.

Penyaluran pembiayaan itu untuk perkumpulan UMKM atau lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yakni induk koperasi syariah (inkopsyah), pusat koperasi syariah (puskopsyah), dan  Baitul Maal wat Tanwiil (BMT). Subeni mengemukakan, PBS memang sengaja hanya menyasar perkumpulan UMKM karena dirasa lebih mudah hanya berhubungan dengan ketiga lembaga besar tersebut.

PBS menetapkan target pembiayaan UMKM sampai akhir tahun ini sekitar 30 persen dari total pembiayaan. Kemudian pada tahun depan, pembiayaan untuk UMKM dapat tumbuh 20 persen. "Tetapi kami masih mengukur, karena saat ini perbankan syariah ibarat jalan di tempat karena terkendala di ekspansi. Kami masih menanti izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," katanya.

Sementara untuk program pendanaan haji, selama 2014 hingga bulan September, PBS telah menyalurkan pendanaan untuk haji sebesar Rp 245 miliar. Meski demikian, pihaknya optimistis pendanaan untuk haji dapat terus tumbuh.

"Karena, ibaratnya pendanaan haji adalah produk unggulan Panin Bank Syariah," katanya.

Di bidang internal, penguatan kualitas SDM juga menjadi perhatian pihaknya supaya siap menghadapi MEA. Beni menjelaskan, saat ini ada 400 SDM di PBS. Rencananya, PBS akan menambah sekitar 600 orang SDM, sehingga genap menjadi 1.000 orang.

Untuk itu, pihaknya tengah giat menjaring SDM terbaik, salah satunya dengan bekerja sama dengan berbagai universitas. rep:rr laeny sulistyawati  ed: irwan kelana

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement