Senin 14 Jul 2014 12:00 WIB

Pengedaran Uang di Pulau Terpencil

Red:

Bank Indonesia (BI) melakukan kas keliling kepada masyarakat untuk meyakinkan ketersediaan rupiah di daerah-daerah. BI membuka loket-loket penukaran secara langsung di seluruh kantor BI atau melalui kerja sama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.

Selain itu, untuk agenda tahunan, BI mengadakan Bhakti Kesejahteraan Rakyat (Bhakesra). Tim dari bank sentral, bekerja sama dengan TNI AL, menyusuri pulau-pulau terpencil dan melakukan penukaran uang, baik yang masih baik maupun sudah lusuh dan rusak. "Kita mendukung eksistensi rupiah di pulau terpencil," ujar Ketua Tim Bhakesra BI Handi Wijaya.

Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu daerah yang ditunjuk untuk Bhakesra tahun ini, tepatnya dilakukan di Waisai. Menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Banjarmasin 592, tim bertolak dari Makassar menuju Waisai melalui Sorong. Uang sebanyak Rp 10 miliar merupakan modal awal yang dibawa BI dari Jakarta untuk penukaran uang di pulau terpencil tahun ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Raisan Al Farisi/Republika

Rilis Uang Palsu

TNI AL tak hanya membantu BI dalam mengantarkan uang ke tempat tujuan, tetapi juga menjaga keselamatan uang tersebut. Rencana untuk penukaran uang di Waisai sebesar Rp 250 juta yang terdiri dari berbagai pecahan besar hingga kecil. "Asumsi modal itu dari permintaan. Kita survei ke pulau tersebut," ujar Handi.

Sebagai awalan, tim menawarkan penukaran uang pada warga. Kemudian sisanya ditawarkan pada bank.

Pasar Snon Bukor, Waisai, dipilih sebagai tempat penukaran. Uang yang diangkut di kapal, dipindahkan ke mobil. Penukaran dilakukan di mobil dengan jendela yang terbuka. Ketika mobil diparkir, warga sekitar langsung mengerubungi. Mereka membawa uang dalam kepalan tangannya. Tak terlihat ada yang membawa dompet. "Tipikal masyarakat kita menggunakan uang sangat mengkhawatirkan. Ditaruh begitu saja," ujarnya.

Contohnya Nursiyah (36 tahun). Ia datang ke tempat penukaran sambil menggenggam uangnya yang digulung-gulung. Ketika ia membuka kepalannya, ternyata uang di tangannya yang sebanyak Rp 48 ribu itu benar-benar sudah lusuh. Beberapa di antaranya malah sobek sebagian sehingga tidak diterima kasir. Uang yang bagian utuhnya kurang dari dua pertiga bagian memang tidak bisa diterima BI.

Petugas BI mengingatkan Nursiyah agar tidak melipat uang serta meminta agar menyimpannya secara rapi. "Dari awal dapat uang itu, memang sudah lecek," ujar Nursiyah berkilah.

Akhirnya ia hanya mendapat Rp 44 ribu. Namun, sepertinya ia tak mendengar ucapan petugas. Uang yang ia dapat langsung ia lipat dan gulung.

Dalam acara tersebut, BI berhasil menukarkan uang sejumlah Rp 80 juta dalam waktu yang terbilang singkat. Sisa modal awal masih banyak. BI menawarkan sisanya pada bank. Hanya ada satu bank di Waisai, yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Papua.

Kepala Cabang BPD Papua cabang Waisai, Asromy, mengatakan, menjelang Lebaran, kebutuhan uang kecil meningkat. Ia memutuskan untuk menukarkan uang pecahan besar dengan uang pecahan kecil sejumlah Rp 1,2 miliar. "Hari Raya, Rp 200 juta sudah cukup. Cuma harus ada stok juga. Sekalian saya ambil saja," ujarnya.

Asromy mengatakan bahwa pihaknya juga menerima penukaran uang rusak dari penduduk. Ia pun mengakui penduduk Papua menyimpan uang secara sembarangan. "Ada orang yang menyimpan uang di koteka. Dibuntel-buntel dimasukkan," ujarnya. rep:satya festiani ed:nur hasan murtiaji

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement