Senin 07 Jul 2014 12:00 WIB

Akankah Piala Dunia Bangkitkan Ekonomi Brasil?

Red:

Lupakan sejenak pemilihan presiden. Lupakan sejenak kampanye hi tam. Pesta empat tahun an Piala Dunia telah di mulai. Seluruh mata tertuju ke Bra sil, sebuah negara di Amerika Se latan.

Sejak terpilih menjadi tuan ru mah Piala Dunia 2014, Brasil berbenah. Segala jenis infrastruktur diba ngun, termasuk bandara, jalan tol, kereta bawah tanah, dan hotel-hotel. Brasil berjanji akan menyuguhkan sebuah pesta Piala Dunia termegah yang pernah ada.

Demikian ucap Presiden Brasil kala itu, Luiz Inacio Lula da Silva. Janji yang diucapkan pada 2007 ini tentu bukan se kadar omong kosong. Lula da Silva per caya diri menga ta kan hal tersebut lantaran negara ke lahiran Pele ini tengah berkembang pesat. Pertumbuhan ekono mi nya se dang tinggi-tingginya, bahkan men dekati dua digit. Kucuran dana asing telah mendongkrak ekonomi salah satu negara BRICS ini. BRICS terdiri atas Bra sil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.

Pada 2010, pertumbuhan eko nomi Bra sil nyaris dua digit. Brasil menjadi eko nomi ketujuh terbesar di dunia. Di Ame rika Latin, Brasil men jadi negara ekonomi terbesar.

Sayang, angin berembus ke arah yang berbeda. Pada 2013, bank sen tral Amerika Serikat memutuskan menghentikan pe long garan stimulus. Hal ini berarti dana keluar dari ne gara berkembang, termasuk Brasil. Pada 2013, ekonomi Brasil hanya tum buh 2,3 persen. Dibandingkan 2010 yang mencapai 7,5 persen. Ta hun ini, Bank Du nia memperkirakan Brasil akan tumbuh kurang dari tiga persen.

Meskipun demikian, keputusan sudah di ambil. Brasil yang tadinya bi sa dika ta kan sebagai negara ter ting gal, tetap membuktikan eksisten sinya di mata du nia, ti dak hanya di sepak bola, tapi juga eko nomi. Brasil tentunya tidak mau kalah da ri ne ga ra anggota BRICS lain yang juga ber hasil mengadakan berbagai pesta olahraga.

Pemerintah Brasil menyatakan, dana yang dihabiskan untuk membangun infrastruktur Piala Dunia mencapai 11 miliar dolar AS. Nilai ini sudah termasuk ban tuan dari FIFA. Jumlah ini termasuk 3,5 miliar dolar AS untuk perbaikan beberapa stadion yang sampai Piala Dunia digelar, masih belum selesai pengerjaannya.

Sebanyak 7,5 miliar dolar AS di pakai untuk perbaikan infrastruktur, termasuk jalur kereta bawah tanah dan bandara. Per April, bandara yang selesai baru tujuh bandara dari sejumlah yang ditetapkan. Sisanya, kebanyakan batal dibangun.

Dari 12 kota penyelenggara Piala Dunia, tidak satu pun yang meme nuhi seluruh rencana proyek. Bah kan, bebe rapa proyek terpaksa dise lesaikan oleh swasta. Contohnya, pe kerjaan kereta ba wah tanah di Sal va dor de Bahia yang akhirnya dibe rikan kepada swas ta. Itu pun tidak akan se lesai sam pai penyelengga raan Pi ala Dunia usai.

Sebuah landasan pacu diba ngun di bandara internasional Rio de Janeiro. Namun, ti dak jelas apakah ban dara ini akan selesai bahkan se belum Olimpiade 2016.

Kondisi ini jauh dari janji-janji 2007. Brasil harus menghadapi perlambatan ekonomi sejak 2012. Bah kan, salah satu lembaga pemeringkat Moody’s mengganjar tingkat kredit Brasil pada ‘Baa2’ yang merupakan tingkat kedua terendah dalam pe ringkat layak investasi.

Nasib malang Brasil diperparah de ngan aksi masyarakat yang memprotes pe merintah. Pemerintah di ang gap lebih me mentingkan Piala Du nia dibandingkan dengan kese hat an dan pendidikan rakyat. Moody’s melihat masyarakat Brasil skeptis dengan penyelenggaraan Pia la Dunia ini.

Namun, Moody’s masih optimistis dengan keputusan Peme rintah Brasil menjadi tuan rumah Piala Dunia. "Kami melihat ada se dikit dampak pada ekonomi Brasil pa da penyelenggaraan ini," kata Moody’s dalam per nyataannya, belum lama ini.

Lalu dengan penyelenggaraan Pia la Dunia, apakah ekonomi Brasil tumbuh? Kebanyakan analis dan lembaga riset pe si mistis. Euler Her mes Economic Research menilai, baik Piala Dunia atau Olimpiade ti dak akan menerbangkan perekonomian Brasil. "Kami perkirakan ka laupun tum buh, Piala Dunia hanya berkontribusi 0,2 poin persentase (pp) terhadap produk do mestik bruto (PDB)," kata Daniela Or donez, eko nom dari Euler Hermes.

Pasalnya, fundamental eko nomi Bra sil masih sa ngat buruk. Inflasi ting gi, suku bunga tinggi, dan ke giat an ekspor-impor yang tidak terken dali menjadi acuan fundamental ne gara beribu kota Bra silia City ini. Bank sentral Brasil mempertahan kan suku bunga acuan di le vel 11 per sen untuk meng antisipasi inflasi. Inflasi diperkirakan tetap tinggi hing ga akhir tahun, yaitu sebesar 6,3 per sen menurut perkiraan Euler Hermes.

Menjadi tuan rumah penyelenggaraan berskala internasional tidak begitu mem beri dampak positif pada Brasil. Investasi yang masuk ke Brasil karena Piala Dunia tidak berhasil mendorong roda perekonomian. Hal ini terlihat dari perlambatan PDB pada kuartal I 2014, yaitu sebesar 0,2 persen. Dibandingkan kuartal IV 2013 yang mencapai 0,4 persen. Tren ini diper kirakan tidak akan berubah hingga akhir tahun meskipun Brasil juga harus menghadapi pergantian presiden pada Oktober 2014. Investasi di sepanjang kuartal II meng alami penurunan 2,1 persen. Sementara, konsumsi keluarga turun 0,1 persen.

Mengharapkan pertumbuhan eko nomi dari kedatangan turis? Tunggu dulu. Pe ra yaan besar seperti Piala Dunia tentu menjadi ‘ladang’ bagi perusahaan penerbangan dan hotel untuk mengumpulkan uang. Turis berpendapat, ajang ini justru akan meningkatkan harga. Sehingga, me reka memilih untuk tidak menjadikan Brasil sebagai destinasi.

Pada 2010, Brasil memprediksi akan kedatangan jutaan turis selama penye leng garaan Piala Dunia. Na mun dua ta hun kemudian, jumlah ini direvisi menjadi 700 ribu target turis. Berdasarkan data dari Asosiasi Kegiat an Brasil, jumlah turis yang diperkirakan akan datang ke Brasil semakin menyusut. Mereka memperkirakan hanya 300 ribu turis yang datang selama penyelenggaraan Pia la Dunia.

Jadi, apakah Piala Dunia dan, nan ti, Oimpiade 2016 akan mem bang kitkan perekonomian Brasil? rep:friska yolandha ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement