Senin 18 Aug 2014 19:50 WIB

Uji Teknologi Hybrid di Ajang Reli Asia

Red: operator

Tidak menutup kemungkinan memasarkan Outlander PHEV di Indonesia.

Ajang balap kendaraan, seperti reli atau balap Formula One kerap menjadi arena uji ketangguhan kendaraan pabrikan selain menjadi sarana promosi bagi produk andalan mereka.

Upaya serupa juga dilakukan Mitsubishi Motor Corporations (MMC) bersama PT Kramayudha Tiga Berlian (KTB) Motors yang mencoba ketangguhan Mitsubishi Outlander PHEV dalam sebuah ajang Asia Cross Country Rally (AXCR) pada 9-15 Agustus 2014 di kawasan Thailand-Kamboja.

Uniknya, dalam ajang bergengsi tersebut, pihak KTB maupun MMC menurunkan Outlander PHEV di kelas T1.3 4X4 Elektrik. Kendaraan kelas SUV tersebut menggunakan teknologi hybrid dalam ajang reli yang cukup berat. Ajang ini adalah yang kedua kali diikuti Otlander PHEV setelah tahun lalu. Tapi, kali ini Outlander PHEV yang diturunkan memiliki sejumlah kelebihan dbanding pendahulunya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Hiru muhammad/Republika

 

Istilah PHEV merupakan kependekan dari Plug-In Hybrid Electric Vehicle. Yaitu, kendaraan berteknologi hybrid berpenggerak empat roda ini tetap mampu melesat cepat dengan tetap memperhatikan efisiensi bahan bakar.

Sistem PHEV sendiri terdiri atas baterai listrik berkapasitas tinggi yang mampu memberikan tenaga secara konstan guna mengggerakkan keempat roda. Pihak MMC juga memasang dua motor tambahan sebagai pendukung penggerak pada roda depan dan belakang agar sistem penggerak empat roda (4 WD) mampu bersinergi dengan super all wheel control (S-AWC).

S-AWC adalah teknologi canggih yang dikembangkan Mitsibishi untuk kendaraan berpenggerak empat roda. Teknologi ini sebenarnya telah digunakan pada Mitsubishi Lancer Evolution pada 2007. Mitsubishi  Lancer Evolution telah merajai ajang kejuaraan reli dunia (WRC) dalam beberapa tahun lalu.

Selain S-AWC, Outlander PHEV juga dibekali mesin berkapastias 2.0 MIVEC (Mitsubishi Innovative Valve timing Electronic Control system) yang kuat dan efisien meminimalkan emisi CO2 dan tetap menjaga kinerja 4WD responsif yang luar biasa. Mesin 2.0L MIVEC ini dipadukan dengan output tinggi 60kW mesin depan belakang dan baterai kapasitas tinggi 12kWh. Sehingga, dapat memproduksi kapasitas bahan bakar 1.9L/100km.

Untuk penggunaan harian, apabila digunakan mengelilingi kota dan suburban, Anda dapat mengemudi hingga 50 km per hari dengan mode EV apabila baterai terisi penuh tanpa bahan bakar dan emisi saat mengemudi. Anda hanya perlu mengisi baterai tiap beberapa hari.

Selain tenaga yang mumpuni, Outlander PHEV versi reli juga dibekali dengan kemampuan standar mobil reli. Seperti, peggunaan suspensi kompetisi dan bantalan yang diperkuat untuk meningkatkan ground clearance serta meningkatkan performa di semua medan, termasuk  permukaan yang buruk.

Kendaraan S-AWC terintegrasi dengan sistem dinamika kontrol dan akan disetel untuk digunakan pada kompetisi untuk memberikan traksi yang lebih baik pada keempat roda. Modifikasi lainnya adalah pemasangan roll cage dan pelat di bawah body skid, penggunaan kap mesin yang lebih ringan, bagian interior dan tailgate, serta penyegelan tambahan, termasuk snorkeling yang berguna saat melintasi sungai.

Untuk versi reli ini, bobot Outlander PHEV sudah dipangkas hingga 100 kilogram. Termasuk, penggantian sejumlah fitur yang lebih ringan agar kendaraan dapat melaju lebih cepat.

Perlu penyesuaian Intan Vidiasari, Head of Public Relations Department KTB, menyatakan, pihaknya tidak menutup kemungkinan memasarkan Outlander PHEV tersebut di Indonesia. Tapi, masalah penggunaan teknologi hybrid pada kendaraan yang belum sepenuhnya populer di masyarakat, masih perlu sosialisasi lebih lanjut. "Dari Mitsubishi, sangat mendorong hal itu," katanya.

Karena itu, ajang reli seperti ini menjadi peluang guna mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki, khususnya teknologi hybrid pada SUV andalan Mitsibishi tersebut. Sehingga, nantinya saat dilepas ke pasaran, sudah mampu diterima pasar dengan baik.

Pereli nasional Rifat Sungkar menilai, kehadiran kendaraan berteknologi hybrid dalam ajang reli merupakan hal yang positif. Khususnya, untuk membuktikan ketangguhan teknologi ramah lingkungan tersebut sebelum sepenuhnya bisa digunakan bagi produksi massal. Tersedianya baterai memungkinkan pasokan tenaga secara konstan yang dibutuhkan kendaraan. Sehingga, akselerasi akan terjaga dengan baik di tiap tingkat kecepatan. Selain itu, daya tempuh menjadi lebih jauh karena listrik dapat disimpan dalam waktu lama.

Ingin Masuk ke Indonesia

Ajang reli merupakan peluang bagi pabrikan otomotif untuk membuktikan ketangguhan produk mereka. Lomba Asia Cross Country Rally (AXCR) adalah reli bersetifikat FIA yang telah diadakan sejak 1996.

AXCR  memiliki rute yang dirancang untuk melewati berbagai jenis medan, seperti hutan, rawa-rawa, sungai-penyeberangan, juga gurun. Para pereli akan menghadapi tantangan mengemudi yang hebat, termasuk navigasi daya tahan, kerja sama tim, persiapan, dan daya tahan fisik. Selain itu, ketangguhan dari empat kendaraan roda tiap peserta diuji di medan berat ini.

Seperti halnya reli Paris-Dakar, selain kendaraan roda empat, reli ini juga diikuti pesrta berkendaraan roda dua. Karena itu, reli ini sudah mendapat dukungan dari federasi Internasional balap mobil (FIA) dan federasi Balap Motor Internasional (FIM).

AXCR telah memiliki penggemar tersendiri di dunia roda empat. Setiap tahun, reli terbesar di Asia ini memberikan tantangan berbeda bagi peserta  menempuh jarak antara 2.000 ribu hingga 4.000 kilometer selama durasi enam sampai sembilan hari. Ajang ini juga memberikan kesempatan kepada para pereli untuk saling berkenalan dengan pereli negara lain. "Kami menargetkan, ingin masuk ke Indonesia," kata Tadayuki Sasa Managing Director R1 Japan Inc selaku penyelenggara AXCR.

Pada 2013, di ajang yang sama, Outlander PHEV juga berpartisipasi dan berhasil menyelesaikan rute sejauh hampir 2.000 km dengan driver Takatsugu Aoki dan co-driver Kenji Ishida. rep:hiru muhammad ed:firkah fansuri

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement