Selasa 26 Jul 2016 14:00 WIB

NW dan Kebangkitan Tanah Air

Red:

Nahdatul Wathan (NW), organisasi Islam terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB), akan menggelar Muktamar ke-13 tahun ini. Usia NW saat ini 81 tahun, lebih muda dibandingkan NU yang telah mencapai 92 tahun dan Muhammadiyah yang 103 tahun.

Jamiah Islam ini didirikan Maulana Syeh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul madjid, kakek dari Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) Dr H Muhammad Zainul Majdi, pada 15 Jumadil Akhir 1372 Hijriyah atau 1 Maret 1953 Masehi di Pancor, sebuah kota santri di Kabupaten Lombok Timur. Sebelum mendirikan NW, Maulana Syeh selama 17 tahun merintis dan mengelola Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Dari madrasah inilah cikal bakal Jamiiyah NW berdiri. Terbentuknya NW kurang lebih serupa dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang dirintis dan didirikan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan dari alas pesantren dan madrasah.  

Maulana Syeh memang dikenal memiliki visi ke depan. Ia perintis pendidikan sistem kelas dan sekolah khusus perempuan. Ia juga yang menjadi perintis mengirim santri sekolah ke luar daerah dan tradisi menulis sastra dan puisi di pesantren. Ia tahu persis tantangan umat ke depan setelah ia tiada akan semakin berat dan kompleks, terutama pada lapangan kehidupan pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan dakwah Islam. 

NW ia dirikan untuk menyatukan segenap potensi dan kekuatan umat yang kala itu terserak dan tak terorganisasi dengan baik dan kuat. NW ia dirikan di atas fondasi semangat keislaman yang kental sekaligus jiwa nasionalisme yang membara. Maulana Syeh, dalam Wasiat Renungan Masa menuliskan: Negara kita berpancasila. Berketuhanan yang Maha Esa. Umat Islam paling setia. Tegakkan sila yang paling utama. (Relevansi zaman).

Semangat kebangkitan Tanah Air yang berlatar Islam dan nasionalisme yang diusung Maulana Syeh ketika mendirikan NW 81 tahun silam tetaplah relevan hingga kini. Apalagi, NW telah berkembang pesat, amal usaha tumbuh dengan cepat, dan jamaah menyebar hingga hampir seluruh pelosok nusantara, bahkan hingga ke beberapa negara. NW diterima, didukung, dan menjadi tumpuan harapan hampir seluruh umat Islam di NTB. Untuk ukuran NTB, bahkan mungkin Indonesia Timur, NW boleh jadi merupakan fenomena sosial yang sulit dicari tandingannya.

Pada saat bersamaan, NW seperti galibnya jamiah Islam lainnya di Tanah Air, dihadapkan pada beragam persoalan umat dan kebangsaan. Boleh jadi, Maulana Syeh memberi nama NW yang berarti kebangkitan Tanah Air sebagai wasiat bagi penerusnya bahwa NW akan terus dihadapkan pada tugas dan tanggung jawab membangkitkan umat dari tidur panjang. NW dituntut menjadi jamiah yang berdiri terdepan memberikan pencerahan, membuka kesadaran, dan merawat optimisme umat untuk bangkit melawan kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan.

Maju dan berkah

Muktamar NW ke-13 mengusung tema "Iman Taqwa, Hubbul Wathan untuk  Indonesia Maju dan Berkah". Tema ini jelas menunjukkan NW berkehendak kuat terlibat lebih jauh dan berbuat lebih besar bagi kemajuan umat, bangsa, dan negara. NW dengan segenap potensi yang dimilikinya merasa berkewajiban ikut mendorong percepatan kemajuan bangsa dan negara sebagai refleksi iman takwa dan semangat nasionalisme atau cinta Tanah Air (hubbul wathan).

Sebagai jamiah Islam yang lahir di daerah kecil dan luar Jawa, NW tak merasa harus berkecil hati. Kerja-kerja nyata yang terukur dan berkelanjutan terus NW ikhtiarkan. Bagi NW, siapa saja dan di mana saja, sejauh ia Muslim dan mencintai Tanah Air ini, berjuang menegakkan iman dan takwa dan mendorong kemajuan Indonesia yang membawa berkah maka mereka adalah bagian dari keluarga besar jamiah Nahdlatul Wathan.

Dalam konteks inilah, NW mengusung agenda gerakan kebangkitan Tanah Air. Bangkit menjadi Tanah Air yang maju dan berkah. Dalam tradisi pesantren, berkah berarti kebaikan yang diperoleh terus-menerus. Ikhtiar mendorong Indonesia yang maju dan berkah, relevan dengan tujuan kehidupan bernegara kita, seperti yang termaktub pada pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial'.  

Indonesia maju dan berkah adalah cita-cita mulia. Cita-cita yang sepatutnya kita perjuangkan terus-menerus. Cita-cita yang tak boleh surut di tengah carut-marut keadaan kita sebagai bangsa dan negara. NW mengajak segenap komponen bangsa untuk bersama-sama menjadikan cita-cita Indonesia maju dan berkah ini menjadi nyata. Insya Allah.  

Iswandi Ibrahim

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pemerintahan IPDN Jakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement