Senin 27 Jun 2016 14:00 WIB

Republik Indonesia 2045

Red:

Tulisan ini dibuat sebagai tawaran gagasan dalam rangka mewujudkan Republik Indonesia, yang pada perayaan 100 tahun kemerdekaan, dapat menjadi sebuah negara maju. Dalam hal ini, indikator kemajuan negara diukur melalui peningkatan pencapaian posisi Indonesia pada penilaian kinerja pembangunan manusia (human development index/HDI) dan keunggulan kompetitif (Global Competitiveness Index/GCI).

Tiga dimensi HDI yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi menempatkan posisi Indonesia pada kategori menengah (koefisien 0,684). Di lain pihak, GCI yang menggambarkan kemajuan suatu negara dalam upayanya untuk dapat memakmurkan warganya memiliki 12 indikator yang tersebar pada tiga klaster pembangunan, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, keunggulan efisiensi, dan bisnis inovasi.

Posisi Indonesia saat ini menempati ranking 34 dari 144 negara pada tahun 2014/2015, dengan potensi peningkatan pencapaian kinerja dapat dilakukan antara lain pada bidang kesehatan dan pendidikan, keunggulan tenaga kerja, kesiapan teknologi dan infrastruktur.

Merujuk kepada kemajuan Singapura yang telah berhasil mengakselerasi peningkatan HDI dalam kurun waktu 20 tahun, sehingga memiliki predikat kategori sangat tinggi (very high human development), maupun Cina dalam kurun waktu yang sama mampu meningkatkan jumlah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan (PDB).

Kinerja Cina ini hingga mencapai 17 kali dari tahun 1990, maka Indonesia diharapkan dapat mengerakkan potensi sumber daya yang ada untuk mencapai peningkatan eksponensial pada indikator GCI untuk menempati posisi 20 pada tahun 2025 dan masuk dalam peringkat lima besar pada tahun 2045.

Di sisi lain, kategori HDI Indonesia diharapkan dapat meningkat menjadi di atas menengah pada tahun 2025 dan mampu mencapai kategori sangat tinggi (koefisien 0,9) pada tahun 2045.

Untuk mencapai target di atas, maka diperlukan adanya kesinambungan strategi dan pola pembangunan Indonesia untuk tahun-tahun mendatang. Menjadi negara maju dan berdaya saing tinggi di tengah sengitnya kompetisi global mensyaratkan Indonesia untuk dapat menguasai teknologi dalam rangka menghasilkan inovasi dan nilai tambah.

Berbagai sektor pembangunan dan industri memerlukan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, melakukan efisiensi, dan menciptakan nilai tambah bagi produk dan jasa. Dalam hal ini, penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan data, sebagai katalisator bagi akselerasi peningkatan daya saing bagi semua sektor pembangunan, menjadi kunci untuk menghasilkan produk dan jasa yang unggul dan kompetitif.

Dalam kurun waktu menuju satu abad kemerdekaan mendatang, maka diperlukan lompatan kemajuan di tengah era revolusi industri keempat saat ini yang telah memberi kesempatan posisi cukup berimbang bagi banyak negara untuk bersaing bersama-sama mencapai kemajuan.

Peningkatan keahlian dan keterampilan sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan teknologi, melakukan inovasi dan menciptakan berbagai terobosan kreatif dalam mengelola sumber daya alam, diharapkan dapat meningkatkan daya saing negara dalam kancah global. Bonus demografi menjadi aset produktif dalam pengembangan industri kreatif yang diharapkan dapat menjadi unggulan tiga besar sektor penyumbang devisa negara pada tahun 2045.

Kemajuan berbagai sektor pembangunan, termasuk pariwisata (eco tourism), pertanian modern, dan manufaktur terletak pada keunggulan inovasi dan kreativitas dalam rangka menghasilkan produk dan jasa yang bernilai tambah. Mentransformasi bangsa dari konsumtif menjadi prosumer, produser sekaligus konsumer terhadap produk dan jasa yang dihasilkan.

Dalam upaya peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia, serta mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi pergerakan logistik dan rantai pasok industri pada cakupan sebaran wilayah yang terbentang luas, maka strategi dan pola pembangunan dilakukan melalui pengembangan tiga koridor wilayah pembangunan yang terintegrasi.

Koridor pembangunan wilayah timur yang meliputi Pulau Sulawesi hingga Papua dibangun menjadi koridor pusat produksi dan komoditas, sementara koridor pusat pengelolaan produk lanjutan dibangun di pulau Sumatra dan Kalimantan. Pembangunan pulau Jawa difokuskan untuk menjadi koridor pusat pengelolaan nilai tambah dan pusat jasa, seperti potensi pengembangan kota walini sebagai wilayah silicon valley dan industrial teknologi.

Pengembangan jenis sentra produksi dan prioritas sektor pembangunan dilandaskan pada tujuan untuk saling melengkapi, mengakselerasi pemberdayaan potensi, dan menjawab kebutuhan pembangunan wilayah yang pada akhirnya dapat menciptakan keunggulan kolektif sebagai satu bangsa dan negara Indonesia yang maju dan sejahtera.

Indonesia membutuhkan akselerasi di berbagai sektor pembangunan untuk dapat bertransformasi menjadi negara maju dan berdaya saing tinggi. Oleh karenanya, diperlukan pola pembangunan berkelanjutan yang mampu mempercepat pencapaian kemajuan, sekaligus pemerataaan hasil pembangunan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup warga negara (well-being). 

Mohammed Ali Berawi

Dosen Universitas Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement