Selasa 24 May 2016 18:00 WIB

Menyongsong Konferensi ICIM

Red:

Seperti diberitakan Republika pada 21 Mei 2016, Mi'raj Islamic News Agency (MINA) bekerja sama dengan Kantor Berita Antara dan juga harian ini Republika akan menggelar Konferensi Media Islam Internasional (Islamic Conference of Islamic Media/ICIM) pada Rabu hingga Kamis (25-26/5) di Auditorium Adiana, Wisma Antara, Jakarta.

Acara ini mengangkat tema seputar bersatunya media Islam dalam membela kepentingan Islam, khususnya Palestina dan al-Quds. Tujuannya adalah dalam rangka membebaskan orang-orang yang teraniaya di bumi Palestina dan di tempat-tempat lain yang tertindas di muka bumi Allah serta mengembalikan Masjidil Aqsa ke pangkuan Muslimin.

Ini gagasan yang mulia, ditilik dari sudut manapun. Ambil contoh, dalam konstitusi negara kita pada Pembukaan UUD 1945 secara implisit mengamanatkan untuk memerdekakan Palestina dari penjajahan Zionis Israel, seperti jiwa alinea pertamanya, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

Itulah mengapa negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) masih memiliki utang untuk memerdekakan Palestina. Dari ratusan negara peserta KAA, Palestina menjadi satu-satunya negara yang belum bebas dari penjajahan Israel.

Di alinea keempat, secara implisit juga mengamanatkan kita untuk menjaga ketertiban dunia, in case seharusnya media mendukung kemerdekaan Palestina dan bukan media yang turut serta melanggengkan penjajahan.

"Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatam yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Media Islam adalah media yang berprinsip rahmatan lil 'aalamin, bukan media "tukang kompor", provokator, adu domba, menabur fitnah, melanggengkan imperialisme dan penjajahan.

Media Islam mempunyai akar yang kuat pada prinsip Kitabullah surah al-Anbiya ayat 107. "Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

Dan, al-Hujurat ayat 6, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Dalam tarikh disebutkan, Rasulullah SAW mengutus al-Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat yang telah dikumpulkan al-Harits. Di tengah jalan, al-Walid melihat al-Harits beserta sejumlah orang berjalan menuju Madinah.

Didasari ingatan akan permusuhan di masa jahiliyah antara dirinya dan al-Harits, timbul rasa gentar di hati al-Walid. Jangan-jangan, al-Harits akan menyerangnya. Karena itulah, kemudian ia berbalik kembali ke Madinah dan menyampaikan laporan yang tidak benar.

Al-Walid melaporkan kepada Rasulullah SAW bahwa al-Harits tidak mau menyerahkan zakat, bahkan ia akan dibunuhnya. Rasulullah SAW tak langsung percaya. Beliau mengutus lagi beberapa sahabat lain untuk menemui al-Harits.

Ketika utusan itu bertemu al-Harits, ia berkata, "Kami diutus Rasulullah SAW untuk bertemu denganmu." Al-Harits bertanya, "Ada apa?" Utusan Rasulullah itu pun menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengutus al-Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat. Lalu, ia mengatakan bahwa engkau tidak mau menyerahkan zakat, bahkan mau membunuhnya."

Al-Harits menjawab, "Demi Allah yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya dan tidak ada yang datang kepadaku." Maka, ketika mereka sampai kepada Nabi SAW, beliau pun bertanya, "Apakah benar engkau menolak untuk membayarkan zakat dan hendak membunuh utusanku?"

"Demi Allah yang telah mengutusmu dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian." Maka, turunlah ayat itu untuk membenarkan pengakuan al-Harits.

Berbeda dengan media Islam, media di luar Islam bersifat provokatif dan penyebar fitnah. Media dipakai alat untuk melegalkan invasi dan okupasi. Publik dunia pun tahu bagaimana media memvisualisasikan tentara yang menggunakan masker untuk memberi kesan kuat di negeri itu memiliki senjata kimia pemusnah massal, tapi belakangan tidak terbukti. Dan, negeri itu pun sudah telanjur dilumatkan negara adidaya berkat sokongan media.

Dalam bocoran Protokol Yahudi disebutkan, "Kontrol media akan diusahakan oleh kelompok ini, bahkan sebelum headline surat kabar dan media informasi diterbitkan. Surat kabar atau perusahaan media yang berpengaruh akan Zionis beli untuk mengimbangi suara-suara dari media independen yang lepas dari genggaman. Buku-buku berbobot akan dibebani pajak yang tinggi, sedangkan buku murahan akan dipopulerkan dan hanya dikenakan pajak rendah. Hal ini agar para sarjana enggan menulis buku." (Protokol 12).

Selanjutnya, "Opini umum harus dijauhkan dari kebenaran dan informasi sesungguhnya. Buah pikiran yang benar akan dihambat dan dikubur dalam-dalam dengan cara menampilkan berita populer yang menyita perhatian publik secara luas di surat kabar. Agen-agen Yahudi yang bekerja di surat kabar akan bekerja keras untuk mengalihkan perhatian masyarakat dengan hiburan, seni, olahraga, bahkan gosip." (Protokol 13).

Konferensi yang akan dihadiri pemimpin redaksi kantor berita dan media massa dari 50 negara itu, di antaranya, Ahmad Ashaaf (pemred Kantor Berita Palestina WAFA), Dr Daud Abdullah (direktur Middle East Monitor, Inggris), Dr Shamsi Ali (founder Nusantara Foundation, AS), Syaikh Ahmad Shoyyan (pemred majalah al-Bayan, Arab Saudi), Republika.

Semoga, dapat mempersatukan media Islam dalam membela kepentingan Islam, khususnya Palestina dan al-Quds. Membebaskan orang-orang yang teraniaya di bumi Palestina dan di tempat-tempat lain yang tertindas di muka bumi Allah serta mengembalikan Masjidil Aqsa ke pangkuan Muslimin. Itulah buah dari media yang rahmatan lil 'aalamin. 

Sakuri, Pengamat Media Islam

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement