Beberapa hari menjelang pelantikan presiden, banyak persiapan dilakukan. Seolah-olah Presiden Jokowi yang baru (akan) menjabat lebih berhak mendapatkan penghormatan ketimbang Presiden SBY yang telah menjabat dua periode.
SBY berhasil menorehkan sejumlah prestasi di dalam maupun di luar negeri. Karena itu, SBY lebih tepat diberikan penghormatan. Bukan sekadar penghargaan fasilitas keduniaan karena sejatinya tidak seberapa nilainya. Presiden SBY berhak mendapatkan perlakuan yang semestinya dari seluruh warga bangsa.
Boleh jadi, Presiden SBY tidak suka diarak di atas kereta kencana dari Istana Negara ke kediaman. Maka, kita jangan perlakukan seperti itu. Lagi pula, buat apa SBY pakai diarak segala?
Penghormatan kepada presiden yang telah menjabat sebaiknya dimulai dari sekarang. Kita sudah mengetahui kinerjanya. Kiprahnya telah dicatat dalam sejarah. Sementara kepada yang baru (akan) menjabat, sebaiknya kita bersabar menunggu sampai yang bersangkutan menunjukkan kinerjanya.
Penghormatan kepada Presiden SBY yang telah menjabat selama dua periode terakhir layak diberikan. Misalnya, melanjutkan kiprah beliau yang baik menjadi lebih baik. Dan, (kalau ada) memperbaiki apa-apa yang kurang baik. Adapun hal-hal yang belum dikerjakan maka kerjakanlah sepanjang hal itu baik bagi negara dan bangsa.
Klaim "hebat" oleh pihak yang belum melaksanakan tugasnya, sebaiknya dihindari oleh segenap warga bangsa. Bahkan, saya menilainya sebagai unjuk "kesombongan".
Kesombongan sangat dilarang. Bahkan, orang yang telah berhasil pun sebaiknya mengucap "alhamdulillah". Kita tidak bisa berbuat sesuatu tanpa Yang Maha Kuasa. Kita layak memberikan penghormatan kepada Presiden SBY karena yang bersangkutan telah "selamat" mengemban tugasnya.
Mahmud Yunus Misbah
Lingkungan Parunglesang, Kota Banjar, Jawa Barat