Senin 06 Oct 2014 15:00 WIB
Tajuk

Kado untuk TNI

Red:

Bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1435 Hijriyah yang tahun ini jatuh pada Ahad, 5 Oktober 2014, usia Tentara Nasional Indonesia (TNI) genap mencapai angka 69 tahun. TNI sudah merancang kegiatan puncak perayaan hari ulang tahun mereka di Surabaya pada 7 Oktober 2014. Jauh-jauh hari, TNI pun telah mengirimkan pesan kepada publik bahwa perayaan HUT ke-69 TNI tahun ini bakal berlangsung sangat megah.

TNI akan mempertunjukkan ratusan alat sistem utama persenjataan (alutsista) yang dimiliki ketiga matranya, Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Apalagi, perayaan HUT TNI tahun ini terasa istimewa lantaran TNI juga memberi tajuk kegiatan tersebut sebagai kado istimewa bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan menghadiri langsung acara. Selain itu, presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) juga turut diagendakan datang.

Di hadapan SBY, unjuk kebolehan TNI bak pesan terselubung ucapan terima kasih mereka terhadap SBY yang sudah 10 tahun memimpin negeri ini. TNI tentu ingin SBY merasa puas lantaran angkatan bersenjata nasional itu sudah banyak perubahan dibandingkan saat SBY baru menjabat. Adapun, di depan Jokowi, TNI tentu ingin menegaskan kesiapan mereka mengawal pemerintahan mendatang sekaligus ingin memberi tahu capaian TNI saat ini dalam hal kecanggihan alutsista mereka. Kendati sudah banyak perubahan, TNI pasti mempunyai mimpi bisa memiliki alat-alat tempur yang semakin canggih pada masa mendatang. Dan, untuk mencapai itu semua, dukungan dari sang kepala negara tentu hal yang sangat krusial.

Sejak diformulasikannya tiga tahap rencana strategis (renstra) pada 2009, TNI mulai membangun kekuatannya guna mencapai minimum essential force (MEF) atau syarat kekuatan minimum. TNI tidak boleh lagi mengandalkan pesawat-pesawat tempur sepuh, tank-tank tua, dan kapal-kapal bobrok pada saat negara-negara tetangga terus maju dalam hal kekuatan militer mereka. Jalan singkat yang ditempuh TNI untuk mengawali perwujudan renstranya memang masih mengandalkan pembelian alutsista dari luar negeri. Sebut saja pasokan tank Leopard yang bakal menambah gagah kekuatan AD. Leopard adalah tank kelas berat pertama yang dimiliki Indonesia. Di udara, pesawat Sukhoi T-50i, Super Tucano, dan F16 Blok 52/ID menjadi tunggangan baru para pilot tempur AU. Di laut, AL mendapat sejumlah kapal perang baru dan sedang menunggu kapal selam yang tengah dibangun di Korea Selatan.

Namun, terlepas dari perayaan unjuk kebolehan TNI esok hari, kita tidak boleh lupa untuk terus mengingatkan TNI betapa pentingnya pembangunan alutsista yang mandiri, alutsista yang dibuat oleh tangan-tangan anak bangsa sendiri. TNI dan Kementerian Pertahanan harus terus diingatkan akan keberpihakan tanpa syarat terhadap industri strategis pertahanan Tanah Air. Ujungnya tak lain bahwa suatu hari nanti Indonesia tak lagi mengimpor alutsista dari luar negeri.

TNI pasti tak ingin terulangnya kenangan sejarah nan pahit saat pesawat-pesawat AU kekurangan suku cadang lantaran diblokade negara Barat. Dalam konteks ini, eksistensi industri pertahanan yang mampu memproduksi kebutuhan alutsista TNI mempunyai arti yang sangat penting. Semakin banyak pengadaan alutsista TNI yang tidak bergantung pada produk industri pertahanan luar negeri maka akan semakin baik bagi kemandirian pertahanan nasional.

Lagi pula, dalam beberapa hal, kebolehan produk alutsista nasional juga sudah bisa disejajarkan dengan produk alutsista asing. Tengok saja Pindad yang sudah mampu memenuhi kebutuhan TNI soal senapan, pistol, dan amunisi. Senapan serbu generasi kedua Pindad, SS2, sudah digunakan sebagai senapan standar TNI dan Polri. SS2 sudah menggantikan M16, Steyr AUG, dan AK-47 yang sebelumnya digunakan TNI dan Polri sebagai senapan organik. Tak hanya menggantikan, SS2 bahkan memiliki keunggulan dalam aspek desain yang ergonomis, tahan terhadap kelembapan tinggi, dan lebih ringan. Selain senapan serbu, senjata laras pendek buatan Bandung itu juga sudah go international dan mampu bersaing dengan produksi negara maju. Pindad hanya butuh pemantapan dan penerapan teknologi yang lebih canggih untuk bisa sepenuhnya menunjang kebutuhan pertahanan nasional.

Di bidang kendaraan angkut laut, Indonesia juga sudah berhasil membuat kapal pengangkut monster lapis baja alias tank. Kapal yang dinamakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Bintuni 520 ini merupakan hasil produksi industri galangan kapal dalam negeri di Lampung.

Segala upaya untuk menambah kekuatan sekaligus memandirikan TNI inilah yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan percepatannya pada masa mendatang. Pemerintah harus terus mengambil inisiatif guna mendukung berkembangnya pembangunan industri pertahanan strategis nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement