Kamis 22 Dec 2016 16:00 WIB

Dorong Terus Wisata Halal Daerah

Red:

 

Republika / Darmawan            

 

 

 

 

 

 

 

 

Indonesia berhasil menyabet 12 kategori kemenangan dalam World Halal Tourism Award (WHTA) 2016 yang diumumkan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, awal Desember 2016. Dari total 16 kategori yang dilombakan, Indonesia hanya mengikutsertakan 12 kategori dan semuanya menang.

Adapun 12 kategori tersebut adalah World's Best Airline for Halal Travellers (Garuda Indonesia), World's Best Airport for Halal Travellers (Sultan Iskandar Muda International Airport, Aceh), World's Best Family Friendly Hotel (The Rhadana Hotel, Kuta, Bali), World's Most Luxurious Family Friendly Hotel (Trans Luxury Hotel Bandung), World's Best Halal Beach Resort (Novotel Lombok Resort & Villas, Lombok, NTB), dan World's Best Halal Tour Operator  (Ero Tour, Sumatra Barat).

Selain itu, World's Best Halal Tourism Website (www.wonderfullomboksumbawa. com), World's Best Halal Honeymoon Destination (Sembalun Village Region, Lombok, NTB), World's Best Hajj & Umrah Operator (ESQ Tours & Travel, Jakarta), World's Best Halal Destination (Sumatra Barat), World's Best Halal Culinary Destination (Sumatra Barat), dan World's Best Halal Cultural Destination (Aceh).

"Memboyong 12 kategori World Halal Tourism Award (WHTA) 2016 dari 16 kategori yang dilombakan merupakan sebuah hasil yang luar biasa bagi Indonesia. Dengan persiapan yang lebih matang, pencapaian kemenangan memang pantas didapatkan," kata Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya Kementerian Pariwisata Lokot Ahmad Enda Siregar.

Lokot menambahkan,  kemenangan atas 12 kategori merupakan sebuah bentuk kemajuan yang terus dilakukan dalam industri pariwisata halal. "Semua negara memiliki peluang yang sama untuk memenangkan WHTA 2016. Hanya, Indonesia bisa dengan sigap menunjukkan potensi yang selama ini belum bisa diperlihatkan," ujarnya.

Jika pada 2015 Indonesia hanya memboyong tiga kategori, tahun ini 12 kategori sekaligus dapat diraih dengan sumbangan dari pelbagai wilayah yang lebih luas. Lokot menyatakan, hasil itu merupakan upaya bebenah dari potensi yang sangat kuat dari pariwisata halal.

Upaya bebenah yang dimulai dari Kompetisi Pariwisata Halal Nasional (KPHN) 2016 memang membuahkan hasil. Kepedulian industri pariwisata dan masyarakat umum terhadap pintu wisata halal semakin besar. Antusiasme tumbuh dan menumbuhkan industri pariwisata halal Indonesia yang bisa bersaing dengan standar internasional.

"Antusiasme itu menjadi modal kita untuk melaju ke internasional. Kan awalnya cuma Lombok dan Sofyan Hotel," kata Lokot.

Bahkan, Malaysia dan Turki yang menjadi legenda wisata halal dunia pun bisa tersalip. Lokot pun meyakini, tahun depan pun kedua negara tersebut akan tetap menjadi pesaing berat Indonesia dalam ajang pariwisata bertaraf internasional. Meski begitu, Indonesia akan melakukan langkah lebih luas setelah kemenangan telak.

Kembangkan daerah lain

Setelah kemenangan di WHTA 2016, Kemenpar berencana mengembangkan daerah-daerah lain yang akan menjadi jagoan di kompetisi tahun berikutnya. Lima daerah yang terdiri dari Kepulauan Riau, Riau, Makassar, Bandung, dan Jakarta disiapkan menjadi jagoan baru yang siap bersaing dengan daerah dari negara-negara lain di tingkat internasional.

Pemilihan kelima daerah tersebut, menurut Lokot, diambil dari kesiapan daerah untuk mengembangkan industri pariwisata halal yang sudah sesuai standar yang ditetapkan. Selain itu, dukungan dari pemerintah daerah pun menjadi penilaian utama untuk mendukung perencanaan selanjutnya. "Mulai tahun depan pun kita akan terus menggenjot sosialisasi. Sebab, tantangannya masih banyak juga yang belum mengerti dan paham tentang pariwisata halal," kata Lokot.

Dinas Pariwisata Sumatra Barat (Sumbar) mendorong wisata halalnya untuk memenuhi standar internasional. Hal ini sejalan dengan capaian Sumbar yang berhasil memenangkan tiga kategori dalam WTHA  2016.  Menurut Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Didit Permadi, penghargaan ini sebagai modal keyakinan untuk mengembangkan potensi wisata halal Sumbar menjadi lebih baik lagi.

"Halal ini sebetulnya sudah mengakar dengan budaya dan adat istiadat masyarakat Sumbar meskipun secara kepariwisataan belum terkemas dengan baik. Dengan mendorong Sumbar memenuhi standar wisata halal internasional, sertifikasi menjadi sebuah keharusan untuk dipenuhi," kata Didit saat dihubungi Republika, Senin (19/12).

Ciri khas

Chairman Aladin International Indonesia Riawan Amin menambahkan, setiap negara Muslim sebenarnya memiliki kebutuhan dan branding yang dijadikan ciri khas. Apalagi, Indonesia yang mayoritas Muslim terbesar di dunia. "Jadi setiap negara kalau mau menarik turis itu harus punya branding. Itu yang ditampilkan. Indonesia punya sebagai negara beragama dan Pancasila," ujar Riawan.

Namun, Riawan melihat Indonesia perlu sedikit memperbaiki agar wisata halal dapat menjadi tujuan utama wisatawan Timur Tengah. Ia menerangkan, misalnya, di toilet harus ada air untuk bersuci (wudhu). Jangan sampai di toilet hanya menyediakan tisu. Selain itu, di lokasi objek wisata harus ada mushala atau masjid, menyediakan sajadah, memberi petunjuk arah kiblat dan informasi waktu shalat.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Muhammad Arif Wibowo mengatakan, pencapaian yang diraih Garuda Indonesia dalam WHTA 2016 menjadi wujud dukungan kepada Pemerintah Indonesia. Kemudian, nantinya akan menjadi pilihan alat transportasi bagi konsumen yang menginginkan destinasi berbasis halal.

"Garuda bisa menjadi pilihan yang terbaik buat mereka. Toh ini juga mendorong tourism khusus segmen seperti itu. Pilihannya ada Garuda, hotelnya apa, dan ada tempat kuliner. Saya pikir itu adalah satu rangkaian terpadu," kata Arif, Senin (19/12).

Ketua Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Travel Solihin menilai, Indonesia memang sangat potensial menjadi destinasi wisata halal paling unggul di dunia karena memiliki keragaman destinasi dan kekayaan budaya nusantara dan hal semacam itu merupakan modal utama yang tidak dimiliki negara lain.

"Kami sebagai operator (wisata halal) sangat optimistis akan pasar wisata halal di Indonesia. Apalagi dengan kebijakan pemerintah terkait pembebasan visa dapat mendorong wisatawan, khususnya Timur Tengah untuk ke Indonesia, sehingga devisa negara dari pariwisata juga akan lebih unggul dari sektor migas," ujar Solihin kepada Republika, Jakarta, Senin (19/12).     rep: Dwina Agustin,Retno Wulandhari, Rossi Handayani, Novita Intan, ed: Irwan Kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement