Jumat 28 Oct 2016 15:00 WIB

Lapan Luncurkan UAV

Red:

JAKARTA — Pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle/UAV) Ai-X1 buatan dalam negeri akan diluncurkan pada Jumat (28/10)di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Lapan, Pameungpeuk-Garut. Peluncuran pesawat buatan Aeroterrascan tersebut akan disertai dengan balon cuaca.

Dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (27/10), ekspedisi peluncuran pesawat tanpa awak "Menembus Langit" merupakan kerja sama Aeroterrascan, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan), dan sejumlah badan kajian ruang angkasa lain. Ekspedisi ini bertujuan mendukung eksplorasi stratosfer dan mengembangkan riset aeronautika Indonesia.

Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, mengatakan, ekspedisi Menembus Langit sangat positif untuk pengembangan sains. Ekspedisi dengan peluncuran balon cuaca dan UAV hingga ketinggian 30 kilometer akan memberikan informasi mengenai dinamika atmosfer di stratosfer. "Pemahaman ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi high altitude long endurance (HALE) yang tidak terganggu oleh awan," ujar Thomas di Jakarta, Kamis (27/10).

UAV dapat bertahan lama dan dapat mengumpulkan data yang lebih banyak. Ekspedisi ini secara jangka panjang dapat mendukung eksplorasi stratosfer dan mengembangkan riset aeronautika Indonesia. Ekspedisi memacu percepatan teknologi keantariksaan nasional. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan data acuan untuk mendukung penelitian lebih lanjut serta. Nantinya, data meteorologi dari ekspedisi tersebut akan dipakai untuk penelitian cuaca dan iklim Indonesia.

Sebelum peluncuran final, tim ekspedisi Menembus Langit telah menguji penerbangan menuju stratosfer dengan prototipe Ai-X1 pada 27 Agustus lalu. Lokasinya di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Lapan, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Uji coba penerbangan bertujuan mengetahui kemampuan UAV untuk kembali pada home point, kekuatan struktur UAV, jangkauan telemetri hingga ketinggian 12,9 KM, dan kemampuan autopilot secara umum.

Saat uji coba, UAV Ai-X1 pertama-tama diterbangkan dengan balon cuaca. Dalam pendakiannya, rata-rata kecepatan vertikal dari balon cuaca mencapai enam meter per detik. Waktu yang tercatat untuk menempuh 1 kilometer adalah 2,7 menit. Pada ketinggian 12,9 KM (daerah transisi menuju stratosfer), UAV Ai-X1 lepas dari balon cuaca dan berhasil menstabilkan diri dengan bantuan autopilot pada ketinggian 12,7 kilometer dan ground distance 9,9 kilometer.

Prototype UAV Ai-X1 secara tetap berkomunikasi melalui telemetri yang dilengkapi antena diversitas. Sistem ini dirancang oleh Lead Transmitter Communication Menembus Langit, William Sutanto. Kecepatan terbang jelajah dirancang dan dikalkulasi oleh tim Menembus Langit. Sebelum pelaksanaan uji coba penerbangan, kecepatannya sebesar 20 meter per detik dengan kecepatan vertikal lima meter per detik.

Autopilot yang diterbangkan juga memiliki fitur antibeku untuk mengantisipasi temperatur yang bisa mencapai -70°C. Sinyal dan data yang diberikan maupun ditangkap oleh telemetri meliputi kecepatan, posisi, ketinggian, dan jarak.

Dua antena tersebut mempunyai fungsi pemantauan yang berbeda. Antena omni memiliki kemampuan untuk membaca sinyal dari segala segala arah. Adapun antena direksional mempunyai kemampuan untuk membaca sinyal dengan lebih presisi dan terarah. "Antena transceiver yang ada di UAV dan pusat pengendali berkemampuan untuk memilih secara otomatis antena mana yang mempunyai sinyal paling kuat," ungkap William.

Fokus ekspedisi ini dalam konteks sains dan penelitian atmosfer adalah mengembangkan wahana ulang-alik. Wahana ulang-alik yang dimaksud di sini adalah UAV yang dilengkapi kemampuan kembali dan dapat digunakan kembali.

William menjelaskan, ini adalah ekspedisi unik karena UAV dapat kembali lagi. Selama ini, penelitian atmosfer dilakukan dengan mengirimkan pesawat yang tidak akan bisa kembali ke tempat awal diluncurkan. Dengan kemampuan kembali, UAV akan dapat digunakan lagi untuk misi selanjutnya.

Wahana ulang-alik yang diterbangkan tim ekspedisi ini mampu mengangkut beban hingga 600 gram sampai ke stratosfer. Beban yang dimaksud adalah sensor-sensor yang diperlukan untuk mendapatkan data stratosfer dan aeronautika.    rep: Dian Erika Nugraheny, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement