Sabtu 24 Sep 2016 17:00 WIB

Batu Fosil yang Mendunia

Red:

disbudparbanten                  

 

 

 

 

 

 

 

 

Kerajinan batu fosil Kabupaten Lebak, Banten, mampu menembus pasar dunia sehingga menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat dan penyerapan lapangan pekerjaan.

"Kami memberikan apresiasi terhadap perajin batu fosil karena produksinya menembus pasar mancanegara itu," kata Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Herisnen, di Lebak, Jumat (23/9).

Pemerintah daerah terus mendorong perajin batu fosil tumbuh dan berkembang sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Saat ini, jumlah perajin batu fosil tercata 16 unit tersebar di Kecamatan Sajira, Rangkasbitung, Cimarga, Maja, Cipanas, dan Curugbitung.

Daerah-daerah tersebut sebagai sentra produk batu fosil karena bahan bakunya banyak ditemukan di hutan ataupun sungai. Warga setiap hari menjualnya ke sejumlah perajin dengan kisaran antara Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram.

"Kami terus mendorong perajin dapat meningkatkan kualitas produk batu fosil itu," ujarnya.

Menurut dia, perajin batu fosil di Provinsi Banten yang ada hanya di Kabupaten Lebak karena dirintis sejak 1970-an.

Sebagian besar batu fosil itu dibuat kerajinan meja dan kursi. Batu fosil dinilai sangat unik dari segi warna ataupun jenis dan memiliki nilai seni cukup tinggi.

Pangsa pasar batu fosil sudah tembus negara ASEAN, Eropa dan AS. Kegunaan batu fosil itu untuk keperluan perlengkapan perumahan. "Biasanya, mereka digunakan untuk duduk-duduk sambil bersantai sebab batu fosil cukup dingin dan kuat hingga jutaan tahun," katanya.

Salah seorang perajin batu fosil, Pepen (45 tahun), warga Cidengdong, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, mengaku pihaknya banyak menerima permintaan batu fosil berbentuk kursi dan meja dari sejumlah negara. "Mereka langsung mendatangi perajin batu fosil dan tidak melalui agen lagi, ujarnya.

Sebelumnya, sistem pemasarannya dengan menjual langsung ke luar negeri melalui jasa agen di Jakarta, tapi sekarang langsung pembeli datang sendiri ke lokasi perajin. Sebab, jika mereka datang ke perajin, tentu merasa puas karena sesuai dengan keinginan mereka.

Batu fosil berasal dari akar pohon yang usianya mencapai jutaan tahun dan banyak diminati pasar domestik maupun mancanegara. Bahkan, dia sering kali menampilkan pameran-pameran di Jakarta berkat bantuan pemerintah daerah.

Pihaknya belum lama ini mendapat pesanan pembeli dari Jepang antara lima sampai 10 paket kursi dan meja.

Selain itu, pihaknya juga banyak permintaan dari Amerika Serikat, Cina, Thailand, Flipina, dan Eropa. Namun, perajin batu fosil masih dikerjakan secara manual sehingga memakan waktu cukup lama, bahkan ada yang sampai enam bulan. "Kami terus meningkatkan produksi karena permintaan pasar relatif tinggi," ujarnya.

Selain batu fosil dari kayu, Kabupaten Lebak juga dikenal sebagai penghasil batu kalimaya. Batu ini dikenal sebagai perhiasan cincin.

Batu kalimaya adalah julukan lokal yang diambil dari Kali Maja Kali Maja adalah nama sebuah sungai yang terdapat di daerah Rangkasbitung, tepatnya Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Banten. Tempat di mana batu kalimaya ditambang.     antara, ed: Muhammad Hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement