Sabtu 30 Jul 2016 18:00 WIB

Pembangunan Manusia Dilupakan

Red: Arifin

KUPANG -- Indonesia disebut sudah terlalu lama melupakan pembangunan manusia. Disisi lain, negara tetangga sudah merencanakan generasinya sejak lahir. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty menjelaskan, besarnya jumlah penduduk Indonesia belum diikuti kualitasnya yang baik. 

"Kita sudah terlalu lama melupakan pembangunan manusia. Padahal, Korea Selatan yang sebelumnya kumuh pada 1960 bisa bangkit karena membangun manusia," kata Surya saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional "Upaya Membangun Karakter Bangsa Melalui Penyiapan Generasi Muda yang Berdaya Saing dan Mewujudkan Indonesia Sehat" di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (28/7).

Dia menjelaskan, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar memang belum diikuti dengan kualitas yang baik. Laporan Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan oleh UNDP menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sebesar 0,684.

Dengan nilai IPM tersebut, Indonesia termasuk ke dalam kategori pembangunan manusia menengah. Indonesia hanya berada pada peringkat ke-110 dari 188 negara dan peringkat ke-5 di antara 10 negara anggota ASEAN. 

IPM merupakan hasil perhitungan yang didapatkan dari empat indikator, yaitu angka harapan hidup (68,9 tahun), harapan lama sekolah (13,0 tahun), rata-rata lama sekolah penduduk berusia 25 tahun ke atas (7,6 tahun), dan pendapatan nasional bruto per kapita sebesar 9.788 dolar AS. 

"Semua ini berarti kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia masih jauh dari yang diharapkan karena IPM merupakan indikator penting yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk) di suatu negara/wilayah," kata dia.

Pernikahan dini Lebih lanjut, Surya menjelaskan, tingginya pernikahan anak di bawah umur di Indonesia masih tinggi. Menurut dia, masih banyak remaja di berbagai daerah yang menikah di bawah usia 21 tahun. 

"Contohnya di Kalsel, di NTT juga banyak," kata dia. Menurut Sur ya, pernikahan dini disebabkan ber bagai faktor. Dari ekonomi hingga budaya. Tak hanya itu, tingginya seks pranikah membuat angka pernikahan dini terus meningkat. 

Surya menjelaskan, Generasi Berencana yang diusung BKKBN dapat menjadi solusi permasalahan yang menggerus kualitas hidup penduduk Indonesia itu. Generasi Berencana, kata dia, harus memiliki program hidup yang jelas dari menyelesaikan pendidikan, bekerja mencari nafkah, menikah, dan berkeluarga.    rep: Ahmad Syalabi Ichsan, ed: Muhammad Hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement