Rabu 20 Jul 2016 14:00 WIB

Sultan Larang Aksi Separatis

Red:

YOGYAKARTA  -- Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X melarang kegiatan separatisme di wilayahnya. Termasuk, soal aksi mahasiswa Papua yang menginginkan Papua merdeka.

"Orang Papua itu tidak sekadar saudara bagi masyarakat Yogyakarta, tetapi bagian dari bangsa Indonesia. Karena itu, bagi yang punya aspirasi separatis jangan tinggal di Yogyakarta. Yogyakarta sudah kondusif bagian dari Republik Indonesia,'' kata Sultan, Selasa (19/7).

Sultan mengatakan, setiap tahun pihaknya selalu memperingatkan orang Papua yang tinggal di Yogyakarta agar jangan melakukan aksi separatis.  Apalagi, mereka setiap tahun selalu memperingati hari ulang tahun OPM (Organisasi Papua Merdeka).

''Karena itu, saya minta kepada teman-teman (Orang Papua) sebangsa, sesaudara jangan punya aksi separatis,'' tuturnya.

Sultan mengatakan, rencananya, pada Kamis (20/7) ini seluruh ormas se-Yogyakarta ingin menemuinya.  Mereka akan menanyakan mengapa ada orang Papua yang diberi ruang melakukan aksi separatis. 

 

Ketika ditanya tentang keinginan anggota DPRD Papua untuk bertemu Sultan, dirinya akan menerima dengan baik. "Silakan saja kalau mau bertemu saya. Tetapi, saya belum menerima suratnya,'' kata dia.

Pada pekan lalu sejumlah mahasiswa Papua di Yogyakarta melakukan aksi untuk mendukung Organisasi Pembebasan Papua Barat bergabung dengan Melanesian Spearhead Group (MSG). Namun, aksi itu dilarang oleh pihak kepolisian dan mendapat penentangan dari sejumlah organisasi masyarakat. Bahkan, dikabarkan mahasiswa Papua yang berada di asrama dikurung.

Menanggapi informasi itu, Karo Ops Polda DI Yogyakarta Kombes Pol Bambang Pristiwanto mengatakan, penjagaan polisi terhadap asrama mahasiswa Kamasan, Papua, di Yogyakarta selama dua hari lebih pada pekan lalu dilakukan sebagai upaya pencegahan adanya gerakan separatisme.

"Ada rencana mahasiswa Papua akan menggelar aksi Papua Merdeka dengan long march dari asrama ke Titiik Nol Yogyakarta. Kita hanya berupaya mencegah itu dengan tidak membolehkan mereka keluar dari asrama," ujarnya saat jumpa pers terkait pengamanan asrama Kamasan Papua di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, pekan lalu.

Jumpa pers dilakukan di Polresta Yogyakarta, Selasa (19/7). Hadir dalam kegiatan ini Kapolresta Kota Yogyakarta AKBP Tommy Wibisono dan Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti.

Menurut Bambang, penjagaan polisi di asrama tersebut hanya dilakukan agar mahasiswa tidak jadi menggelar aksinya di titik nol. "Tidak benar ada blokade, kita hanya menahan mereka agar tetap berada di dalam asrama. Ada memang penjagaan di beberapa titik untuk memeriksa mahasiswa di luar asrama yang akan bergabung. Tetapi, itu untuk memeriksa adanya atribut separatisme yang dibawa," ujarnya.

Kapolresta Yogyakarta AKBP Tommy Wibisono jugaa mengatakan, pemberitaan di media sosial dan broadcast berantai yang isinya Yogyakarta tidak aman merupakan berita bohong atau hoax. Tommy juga memastikan bawa foto yang beredar di meda sosial terkait pengamanan mahasiswa papua di Yogyakarta banyak yang bohong.

Kabid Hukum PMI Kota Yogyakarta Edy Haryanto yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan, tidak benar jika mobil PMI dhalangi polisi, bahkan ditahan saat penjagaan asrama Papua dilakukan. "Itu tidak benar, saya sendiri yang ke sana setelah ada telepon memita bantuan makanan. Tetapi, saat saya datang dan koordinasi dengan polisi pihak yang minta bantuan tidak ada," ujarnya.

Karena tidak ada, PMI kemudian pulang ke markas. Baru malam harinya makanan dan minuman tersebut diambil seorang wanita bernama Erna yang mengaku menelpon meminta bantuan tersebut.  rep: Neni Ridarineni, Rizma Riyandi, Yulianingsih, ed: Muhammad Hafil

***

Klarifikasi Polisi Soal Informasi Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua

   

Informasi Versi Pro Mahasiswa

1.    Polisi mengepung asrama hingga penghuni kelaparan.

2.    Peserta aksi melakukan perusakan.

3.    Polisi melakukan tindakan represif saat penangkapan warga Papua di belakang asrama.

4.    Polisi menghalangi mobil PMI yang mengirim logistik dan obat.

5.    Warga yang simpati mengirim makanan lewat pintu belakang asrama.

6.    Ada tiga wartawan yang terjebak di dalam asrama.

7.    Warga Yogyakarta berteriak SARA dan menolak orang Papua.

Fakta

1.    Polisi meminta aksi dilakukan di dalam asrama agar tak terjadi keributan di luar. Di dalam asrama, banyak terdapat persediaan makanan.

2.     Situasi kondusif. Ketegangan kecil hanya terjadi saat massa didorong masuk asrama.

3.     Saat pelaksanaan sweeping, ditemukan enam mahasiswa Papua di luar asrama yang membawa panah. Mahasiswa itu juga lari dan memukul petugas.

4.    Mobil PMI datang karena menerima informasi ada mahasiswa yang sakit. Tetapi, setelah dihampiri, informasi tersebut tidak benar dan kemudian pulang.

5.    Makanan yang diantar warga merupakan pesanan yang dibeli mahasiswa agar tak keluar asrama.

6.    Tiga wartawan sudah datang ke asrama sejak pagi untuk wawancara, tapi demi keamanan mereka memilih tetap di asrama karena di luar sudah penuh dengan ormas dan warga.

7.    Yang ditolak dan dikecam warga adalah unsur separatis, bukan mahasiswa Papua. 

 

Sumber: Polda DI Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement